“Anak muda, tadi kau menyebut nama guru besar Duwandaru dan guru besar Sangkawaru dengan sebutan paman, siapa kau ini sebenarnya. ?”. ucap salah satu tetua itu lagi.
“Nama hamba Jaka Laksono dan ini adik hamba Ayuandira, kami berdua adalah putra putri dari romo Suwandaru”. ucap Jaka Laksono dengan lantang. Ucapan Jaka Laksono ini jelas langsung membuat wajah-wajah yang ada ditempat itu berubah.
“Dasar pembohong licik, dulu kau juga mengaku-ngaku seperti itu tapi nyatanya kalian semua hanyalah mata-mata yang ingin menghancurkan Perkumpulan Pengemis”. bentak Sebaya lagi dengan keras.
“Kau tak perlu bersandiwara lagi Sebaya, Sangkawuni bisa membuktikan kalau kau adalah dalang dari semua ini”. ucap Bintang tiba-tiba hingga kembali membuat wajah Sebaya berubah. Kini para tetua Perkumpulan Pengemispun ikut menatap kearahnya.
“Benar, sejak tadi kami tak melihat Sangkawuni, dimana dia Sebaya. ?”. tanya s
“Kita semua ini bersaudara, kenapa kita harus saling bertempur.”. ucap gusti Patih Suwandaru lagi dengan keras.“Sebaya, sekarang katakan apa maumu. ?”. ucap gusti Patih Suwandaru lagi, ucapan mengalah gusti Patih Suwandaru jelas mengejutkan semua orang yang ada ditempat itu, sementara Sebaya hanya tersenyum penuh kemenangan.“Aku hanya ingin diberi kesempatan untuk menjadi guru besar di Perkumpulan Pengemis ini gusti patih. Aku yakin ditanganku Perkumpulan Pengemis akan menjadi semakin kuat dan akan sangat disegani keberadaannya dirimba persilatan”. ucap Sebaya lagi dengan yakinnya.“Huh !! kau salah Sebaya, ditanganmu justru Perkumpulan Pengemis ini akan semakin hancur”. ucap salah seorang tetua lagi tak kalah keras.“Kalian jangan terlalu meremehkan kesaktianku, aku bisa membuktikan kalau aku mampu untuk menjadi guru besar di Perkumpulan Pengemis”. ucap Sebaya tak kalah sengit.Suasana
“Keparat”. maki Sebaya dengan amarahnya.“Crabbb.”. Sebaya terlihat langsung memendamkan hulu tongkatnya ketanah, sesaat kemudian terlihat Sebaya langsung memejamkan kedua matanya dengan mulut berkomat kamit.Semua perhatian kini tertuju kearah Sebaya, menantikan apa yang akan dilakukan oleh Sebaya, dan ;“Creaabbb.....werrrr...”. tiba-tiba saja tongkat yang sejak tadi tertanam dihadapan Sebaya melenting keudara, bahkan bersamaan dengan itu sosok Sebayapun ikut melesat keudara dan menangkap tongkatnya dengan tangan kanannya.“Tongkat Darah.”. ucap Gusti Patih Suwandaru dengan wajah berubah. Ucapan Gusti Patih Suwandaru rupanya cukup terdengar oleh para tetua Perkumpulan Pengemis yang saat itu berada tak jauh dari Gusti Patih Suwandaru.“To....ongkat Darah....”. ulang salah satu tetua lagi dengan suara bergetar.“Maksud gusti patih itu adalah jurus Tongkat Darah milik Pengemis
“Gusti patih... Para tetua.”. ucap Sebaya dengan terbata-bata. “Tolong maafkan semua kesalahan saya, saya benar-benar menyesal atas apa yang selama ini telah saya lakukan”. ucap Sebaya lagi.“Sudahlah Sebaya, yang terpenting kau sudah menyadari kesalahanmu dan mau memperbaikinya.”. ucap Gusti Patih Suwandaru dengan bijaknya.“Terima kasih gusti patih. Dan jika gusti patih berkenan saya ada satu permohonan terakhir”. ucap Sebaya lagi dengan mengerahkan segenap kekuatannya untuk berbicara. Gusti Patih Suwandaru terlihat langsung menempelkan telapak tangannya ketubuh Sebaya untuk menyalurkan hawa murninya, walau Gusti Patih Suwandaru menyadari kalau tidak mungkin bagi Sebaya untuk tertolong, jurus Rahasia Tongkat Raja Pengemis yang tadi dipergunakan oleh Jaka Laksono dengan telak menghantam jantungnya, seperti jurus Tongkat Darah jurus Rahasia Tongkat Raja Pengemispun merupakan jurus yang tak kenal ampun kepada lawanny
PERKUMPULAN PENGEMIS adalah sebuah perkumpulan persilatan yang keberadaannya sudah sangat diakui dirimba persilatan, kebesaran nama dan begitu banyak pengikutnya membuat kehadirannya didunia persilatan amat dihormati dan disegani, baik oleh teman maupun lawan. Sebagaimana dikisahkan pada kisah sebelumnya (Kemelut Perkumpulan Pengemis) telah terjadi satu pemberontakan besar-besar yang dilakukan oleh Sangkawaru yang diakhiri dengan tewasnya guru besar Duwandaru, Sangkawaru sendiri akhirnya tewas ditangan muridnya sendiri, Sebaya. Untunglah bencana dan perpecahan yang terjadi di Perkumpulan Pengemis dapat dihindari dengan ikut campur tangannya Bintang dan akhirnya Sebaya harus tewas setelah bertarung sengit dengan Jaka Laksono putra tertua dari Gusti Patih Suwandaru. Malam ini semua tetua Perkumpulan Pengemis dari berbagai daerah telah berkumpul, sesuai perintah Gusti Patih Suwandaru, malam ini akan diadakan rapat penunjukan guru besar untuk memimpin Perkumpulan Pengemis. Di aula utama
“Bagaimana menurut Jaka Laksono, semua keputusan romo serahkan padamu”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi. Cukup lama Jaka Laksono terdiam memikirkan hal itu, hingga akhirnya Ratih Kumala istri tercintanya terlihat menganggukkan kepalanya. “Baiklah saya akan menerima tanggung jawab ini, tapi tetap saja saya butuh dukungan dan nasehat-nasehat dari para tetua apabila saya melakukan kesalahan”. ucap Jaka Laksono akhirnya hingga terlihat para tetua dapat menarik napas lega mendengar hal itu. “Kalau begitu baiklah, tapi sekali lagi saya ingin tanyakan kepada kalian semua, apakah ada yang tidak setuju dengan keputusan ini”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi. Dan kembali para tetua didalam ruangan itu saling pandang satu sama lain, dan ; “Tidak, kami semua sangat setuju dengan hal ini gusti”. ucap salah seorang tetua lagi mewakili yang lain dan Gusti Patih Suwandaru terlihat mengangguk tersenyum. “Baiklah kalau begitu dalam beberapa hari kedepan pelantikan akan segera dilaksanakan”. ucap Gust
“Ada apa Ayu ?”. ucap Bintang tersenyum. “Ah tidak apa-apa kang”. ucap Ayuandira tersenyum. “Jangan bohong, kakang tahu pasti ada apa-apanya”. goda Bintang. Ayuandira hanya tersenyum tipis melihat Bintang yang menggodanya, padahal selama ini ada begitu banyak hal yang ingin dibicarakannya dengan Bintang, tapi saat berhadapan seperti ini, justru Ayuandira tak berani untuk mengutarakan semuanya. “Ada apa Ayuandira ?”. ucap Bintang lembut dan Ayuandira lebih terkejut lagi saat tiba-tiba saja Bintang telah menggenggam lembut jemari tangannya. “Kang... Apakah benar besok kakang akan pergi ?”. akhirnya terucap juga ucapan itu dari bibir tipis indah milik Ayuandira. Mendengar hal itu Bintang justru terlihat menarik napas panjang. “Benar ayu, ada urusan diluar sana yang harus kakang selesaikan”. “Aku ikut ya kang”. “Jangan ayu, saat ini romo dan kakang Laksono sangat membutuhkanmu.”. ucap Bintang lagi. “Tapi aku... Aku..”. Ayuandira tak kuasa untuk melanjutkan ucapannya. Hal ini membua
Senja baru saja menyapa saat langkah seorang pemuda tampan berjubah biru memasuki pintu gerbang sebuah desa, melihat raut wajah dan sosok penampilannya, tak salah lagi kalau sosok pemuda itu adalah Bintang adanya. Bintang sudah meninggalkan Perkumpulan Pengemis sejak siang tadi dan meneruskan perjalanannya untuk menuju ke Bukit Bayangan. Desa itu ternyata cukup ramai penduduknya, ini terbukti dari ramainya penduduk yang berlalu lalang dijalan desa tersebut, bahkan beberapa diantaranya langsung menjura hormat saat berpapasan dengan Bintang, rupanya mereka cukup mengenal sosok Bintang, saat melewati sebuah kedai makan yang juga tempat penginapan, langkah Bintang terhenti, pandangan Bintang terlihat mengarah kearah tempat yang tampak dipenuhi oleh para pengunjung tersebut. Sejenak masih terbayang dibenak Bintang beberapa waktu yang lalu Bintang pernah menginap ditempat tersebut, dimana saat beberapa waktu yang lalu pula Bintang baru mengetahui kalau tempat penginapan milik Ki Lantuk itu
“Wah, ternyata kau sangat pintar memijat Melati”. puji Bintang lagi yang memang harus mengakui kalau pijatan Melati benar-benar membuat Bintang merasakan keenakan. “Ah tidak juga kang, Melati juga masih belajar”. ucap Melati lagi tersipu. Sejenak keduanya hanya diam. “Melati, boleh tidak kakang bertanya sesuatu yang pribadi ?” “Hem... Boleh saja kang, tanya apa ?” “Aa...aa.. apakah Melati pernah... Pernah ?”. Bintang tak kuasa untuk melanjutkan pertanyaannya, Bintang takut kalau Melati akan tersinggung dengan ucapannya. “Pernah melayani laki-laki maksud kakang ?”. ucap Melati tiba-tiba. “Oh maaf kakang tidak bermaksud” “Tidak apa-apa kang, sebenarnya selama disini ki Lantuk yang selalu melarang hal itu.”. “Oh kalau begitu syukurlah Melati, tapi apakah Melati tetap ingin bekerja disini ? apakah tidak sebaiknya mencari kerja ditempat lain”. ucap Bintang lagi. “Melati tidak ada pilihan lain kang, Melati harus mengumpulkan uang untuk membelikan bu’le sawah dikampung.”. ucap Melati