Share

Bab.6. Sungguh Aneh

Dzaky menatap punggung kepergian dari Sahwa, dia mengusap wajahnya dengan gusar.

"Kenapa meski Arumi mandul! Andaikan dia tidak mandul hal semacam ini tidak akan pernah terjadi pada hidupku!"

Galang diam-diam tersenyum tipis menanggapi perkataan gerutunya Dzaky.

"Makanya jangan jadi orang kaya! Paling utama kenapa meski menikah dengan wanita yang sudah jelas-jelas sudah ketahuan mandulnya, tapi malah tetap menikahinya," cibirnya Galang yang terkadang mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan sikapnya yang tidak menyukai Arumi.

Berselang beberapa menit kemudian, semua orang yang berada di dalam rumah itu takjub melihat penampilan dan perubahan positif dari wajahnya Sahwa.

Diah sang penata rias pengantin itu memegangi kedua lengannya Sahwa dengan senyuman lebarnya.

"Masya Allah Anda sangat cantik Nona, aku yakin calon suaminya Anda pasti akan jatuh cinta berkali-kali hingga Anda tua nanti," ucapnya Diah.

Sahwa yang tidak percaya dengan perkataan dan segala pujian yang diberikan untuknya hanya membalas perkataan itu dengan sangkalan saja.

"Aah itu tidak mungkin Mbak, mana mungkin saya bisa secantik yang kalian katakan. Jelas-jelas tadi tuan Dzaky mengatakan saya ini perempuan kampungan jadi mana mungkin bisa secantik itu," tampik Sahwa.

Sahwa tidak mau jumawa, sombong ataupun berbangga hati dengan segala pujian itu. Dia yang memang tidak pernah merias wajahnya, karena mengingat pekerjaannya yang hanya seorang karyawan bagian dapur di salah satu restoran bintang lima. Tepatnya sebagai asisten koki.

"Iya benar sekali apa yang Bu Diah katakan Nona Muda, kami tidak bercanda apalagi berbohong. Tapi, kalau nggak percaya Anda langsung bercermin saja," usulannya karyawannya bu Diah yang tanpa sungkan membantu Sahwa berputar arah dan menghadap langsung ke cermin.

Sahwa yang memakai gaun berwarna gold cukup membuatnya semakin cantik dan elegan serta tidak seperti gadis kampungan. Semua orang mengelilingi Sahwa dan terus menatap Sahwa dengan pandangan mengagumi kecantikan alami yang dimiliki oleh Sahwa.

Sahwa menatap tajam dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya langsung dengan menggunakan kedua bola matanya sendiri.

"Astaghfirullahaladzim! Dia siapa? Ini tidak mungkin sa-ya kan?" Sahwa pun terkejut melihat perubahan penampilannya yang cukup banyak.

Semua orang tertawa mendengar perkataan dari Sahwa yang meluncur dari bibirnya begitu saja tanpa filter saking kagetnya melihat perubahan penampilannya. Karena sejak dirias dia sama sekali tidak memperhatikan kondisi wajahnya dari pantulan cermin.

Apalagi tim make up dengan sengaja membelakangi cermin agar Sahwa tidak banyak goyang dan fokus terhadap make-upnya begitupun juga dengan penata rias.

"Astaghfirullahaladzim Non Sahwa, ternyata pangling juga dengan penampilannya sendiri, Anda yang tidak percaya akan kecantikan paripurna yang Anda miliki apalagi dengan kami Nona," sahutnya Mbak Diah.

"Anda itu semakin cantik dengan balutan hijab yang menutupi mahkota rambut Anda, sungguh aku tak percaya jika Anda memiliki kecantikan alami yang ditutupi dengan hijab yang begitu mempesona," ujarnya atasannya Diah.

Sedangkan di tempat lain, masih di dalam area lokasi rumah yang sama. Seorang pria kaget mendengar perintah dari atasannya yang menurutnya itu sungguh konyol dan aneh. Sehingga dia hanya melongo keheranan seolah berusaha untuk mencerna perkataan dari tuan mudanya itu.

"Apa perkataanku kurang jelas?"

"Ti-dak Tuan Muda, hanya saja…," ucapannya Galang terpotong oleh kalimat yang sungguh mencengangkan.

"Aku meminta padamu untuk menyampaikan kepada perempuan udik dan kampungan itu untuk menutupi wajahnya ketika proses ijab berlangsung!"

Dzaky memperbaiki penampilan pakaian pengantinnya di depan cermin seraya menatap Galang melalui pantulan kaca rias tersebut.

Aku sungguh heran baru kali ini ada mempelai pengantin pria yang tidak ingin melihat wajah dari calon istrinya.

"Apa perkataanku kurang jelas!?"

Galang menaikkan kedua telapak tangannya ke arah Dzaky," tidak kok Tuan Muda, aku hanya merasa tidak mendengar baik apa yang Anda katakan barusan, ke-na-pa?" kilahnya Galang yang menutupi keterkejutannya dengan kebohongan.

"Aku yakin kamu terheran-heran dengan apa yang barusan aku sampaikan. Aku tidak ingin pada saat ijab kabul aku melihat wajahnya yang jelek itu mengganggu konsentrasiku sehingga prosesi sakralnya terganggu setelah aku memandangi wajahnya yang menjijikkan itu!" Sarkasnya Dzaky.

Ya Allah ternyata seperti ini alasannya, tapi aku berdoa dan berharap kepada Allah SWT agar perkataan Anda barusan akan anda telan mentah-mentah kelak dikemudian hari dan akan menjadi penyesalan terdalam Anda.

"Kalau gitu aku akan meminta penata busananya untuk menyiapkan burka atau kain cadar yang bisa dipakai menutupi wajahnya Nona Sahwa," Dzaky berucap kemudian segera pergi dari sana untuk menyampaikan amanat dari atasannya.

Aku tidak ingin karena wajahnya yang jelek akan membuatku muntah dan mengganggu kenyamananku.

Galang menoleh sekilas ke arah Dzaky, biasanya sih orang yang sangat membenci pasangannya akan menjadi bucin kelak.

Kalau dia menjadi budak cinta, aku akan mengingatkan padanya tentang peristiwa hari ini.

Galang berjalan ke arah ruangan dimana Sahwa yang sudah bersiap untuk menunggu panggilan untuk bertemu dengan pria yang akan menikahinya. Dia duduk di atas ranjang dengan hatinya yang mulai berdetak kencang dan berdebar-debar.

Untuk menutupi kegugupannya ia terkadang melantunkan dzikir dan tasbih kehadirat Allah SWT Sang Maha Pencipta dari segala-galanya. Hal itu terlihat dengan jelas ketika Sahwa sesekali menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya dengan cukup keras.

Diah yang sedari tadi memperhatikan dan melihat apa yang terjadi pada Sahwa tersenyum simpul. Dia pun berjalan ke arah Sahwa yang sesekali memperbaiki posisi duduknya itu.

"Non Sahwa harus tenang, insha Allah semuanya akan berjalan lancar. Dan apa yang Non alami aku yakin semua orang mengalami hal yang sama.," Ujarnya Diah.

Sahwa berusaha untuk tersenyum walau dalam hatinya ia cukup nervous, grogi, takut dan khawatir menghadapi pernikahannya.

"Sa-ya ti-dak…," ucapannya Sahwa terjeda dengan kehadiran Galang yang membuka pintu ruangan tersebut.

Semua orang mengarahkan pandangannya ke arah kedatangan Galang yang terlihat cuek, dingin dan cool. Padahal dalam hatinya masih tertawa dan tersenyum jika harus mengingat permintaan yang luar biasa dari atasannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status