Share

Bab.6. Sungguh Aneh

Author: Kasma Daeng
last update Last Updated: 2023-11-15 08:03:22

Dzaky menatap punggung kepergian dari Sahwa, dia mengusap wajahnya dengan gusar.

"Kenapa meski Arumi mandul! Andaikan dia tidak mandul hal semacam ini tidak akan pernah terjadi pada hidupku!"

Galang diam-diam tersenyum tipis menanggapi perkataan gerutunya Dzaky.

"Makanya jangan jadi orang kaya! Paling utama kenapa meski menikah dengan wanita yang sudah jelas-jelas sudah ketahuan mandulnya, tapi malah tetap menikahinya," cibirnya Galang yang terkadang mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan sikapnya yang tidak menyukai Arumi.

Berselang beberapa menit kemudian, semua orang yang berada di dalam rumah itu takjub melihat penampilan dan perubahan positif dari wajahnya Sahwa.

Diah sang penata rias pengantin itu memegangi kedua lengannya Sahwa dengan senyuman lebarnya.

"Masya Allah Anda sangat cantik Nona, aku yakin calon suaminya Anda pasti akan jatuh cinta berkali-kali hingga Anda tua nanti," ucapnya Diah.

Sahwa yang tidak percaya dengan perkataan dan segala pujian yang diberikan untuknya hanya membalas perkataan itu dengan sangkalan saja.

"Aah itu tidak mungkin Mbak, mana mungkin saya bisa secantik yang kalian katakan. Jelas-jelas tadi tuan Dzaky mengatakan saya ini perempuan kampungan jadi mana mungkin bisa secantik itu," tampik Sahwa.

Sahwa tidak mau jumawa, sombong ataupun berbangga hati dengan segala pujian itu. Dia yang memang tidak pernah merias wajahnya, karena mengingat pekerjaannya yang hanya seorang karyawan bagian dapur di salah satu restoran bintang lima. Tepatnya sebagai asisten koki.

"Iya benar sekali apa yang Bu Diah katakan Nona Muda, kami tidak bercanda apalagi berbohong. Tapi, kalau nggak percaya Anda langsung bercermin saja," usulannya karyawannya bu Diah yang tanpa sungkan membantu Sahwa berputar arah dan menghadap langsung ke cermin.

Sahwa yang memakai gaun berwarna gold cukup membuatnya semakin cantik dan elegan serta tidak seperti gadis kampungan. Semua orang mengelilingi Sahwa dan terus menatap Sahwa dengan pandangan mengagumi kecantikan alami yang dimiliki oleh Sahwa.

Sahwa menatap tajam dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya langsung dengan menggunakan kedua bola matanya sendiri.

"Astaghfirullahaladzim! Dia siapa? Ini tidak mungkin sa-ya kan?" Sahwa pun terkejut melihat perubahan penampilannya yang cukup banyak.

Semua orang tertawa mendengar perkataan dari Sahwa yang meluncur dari bibirnya begitu saja tanpa filter saking kagetnya melihat perubahan penampilannya. Karena sejak dirias dia sama sekali tidak memperhatikan kondisi wajahnya dari pantulan cermin.

Apalagi tim make up dengan sengaja membelakangi cermin agar Sahwa tidak banyak goyang dan fokus terhadap make-upnya begitupun juga dengan penata rias.

"Astaghfirullahaladzim Non Sahwa, ternyata pangling juga dengan penampilannya sendiri, Anda yang tidak percaya akan kecantikan paripurna yang Anda miliki apalagi dengan kami Nona," sahutnya Mbak Diah.

"Anda itu semakin cantik dengan balutan hijab yang menutupi mahkota rambut Anda, sungguh aku tak percaya jika Anda memiliki kecantikan alami yang ditutupi dengan hijab yang begitu mempesona," ujarnya atasannya Diah.

Sedangkan di tempat lain, masih di dalam area lokasi rumah yang sama. Seorang pria kaget mendengar perintah dari atasannya yang menurutnya itu sungguh konyol dan aneh. Sehingga dia hanya melongo keheranan seolah berusaha untuk mencerna perkataan dari tuan mudanya itu.

"Apa perkataanku kurang jelas?"

"Ti-dak Tuan Muda, hanya saja…," ucapannya Galang terpotong oleh kalimat yang sungguh mencengangkan.

"Aku meminta padamu untuk menyampaikan kepada perempuan udik dan kampungan itu untuk menutupi wajahnya ketika proses ijab berlangsung!"

Dzaky memperbaiki penampilan pakaian pengantinnya di depan cermin seraya menatap Galang melalui pantulan kaca rias tersebut.

Aku sungguh heran baru kali ini ada mempelai pengantin pria yang tidak ingin melihat wajah dari calon istrinya.

"Apa perkataanku kurang jelas!?"

Galang menaikkan kedua telapak tangannya ke arah Dzaky," tidak kok Tuan Muda, aku hanya merasa tidak mendengar baik apa yang Anda katakan barusan, ke-na-pa?" kilahnya Galang yang menutupi keterkejutannya dengan kebohongan.

"Aku yakin kamu terheran-heran dengan apa yang barusan aku sampaikan. Aku tidak ingin pada saat ijab kabul aku melihat wajahnya yang jelek itu mengganggu konsentrasiku sehingga prosesi sakralnya terganggu setelah aku memandangi wajahnya yang menjijikkan itu!" Sarkasnya Dzaky.

Ya Allah ternyata seperti ini alasannya, tapi aku berdoa dan berharap kepada Allah SWT agar perkataan Anda barusan akan anda telan mentah-mentah kelak dikemudian hari dan akan menjadi penyesalan terdalam Anda.

"Kalau gitu aku akan meminta penata busananya untuk menyiapkan burka atau kain cadar yang bisa dipakai menutupi wajahnya Nona Sahwa," Dzaky berucap kemudian segera pergi dari sana untuk menyampaikan amanat dari atasannya.

Aku tidak ingin karena wajahnya yang jelek akan membuatku muntah dan mengganggu kenyamananku.

Galang menoleh sekilas ke arah Dzaky, biasanya sih orang yang sangat membenci pasangannya akan menjadi bucin kelak.

Kalau dia menjadi budak cinta, aku akan mengingatkan padanya tentang peristiwa hari ini.

Galang berjalan ke arah ruangan dimana Sahwa yang sudah bersiap untuk menunggu panggilan untuk bertemu dengan pria yang akan menikahinya. Dia duduk di atas ranjang dengan hatinya yang mulai berdetak kencang dan berdebar-debar.

Untuk menutupi kegugupannya ia terkadang melantunkan dzikir dan tasbih kehadirat Allah SWT Sang Maha Pencipta dari segala-galanya. Hal itu terlihat dengan jelas ketika Sahwa sesekali menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya dengan cukup keras.

Diah yang sedari tadi memperhatikan dan melihat apa yang terjadi pada Sahwa tersenyum simpul. Dia pun berjalan ke arah Sahwa yang sesekali memperbaiki posisi duduknya itu.

"Non Sahwa harus tenang, insha Allah semuanya akan berjalan lancar. Dan apa yang Non alami aku yakin semua orang mengalami hal yang sama.," Ujarnya Diah.

Sahwa berusaha untuk tersenyum walau dalam hatinya ia cukup nervous, grogi, takut dan khawatir menghadapi pernikahannya.

"Sa-ya ti-dak…," ucapannya Sahwa terjeda dengan kehadiran Galang yang membuka pintu ruangan tersebut.

Semua orang mengarahkan pandangannya ke arah kedatangan Galang yang terlihat cuek, dingin dan cool. Padahal dalam hatinya masih tertawa dan tersenyum jika harus mengingat permintaan yang luar biasa dari atasannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ku Ikhlas Menjadi Orang Ketiga   Bab. 10. Malam Pertama

    Sahwa yang mendengar perintahnya Dzaky dengan meninggikan volume suaranya itu segera bersiap-siap untuk ke kamar mandi. Tetapi, baru beberapa langkah kakinya menuju ke arah kamar mandi."Stop!" Teriak Dzaky."Ada apa Tuan Muda Dzaky?" Tanyanya Sahwa yang tidak paham kenapa dirinya disuruh untuk berhenti."Kamu mau ngapain ke kamar mandi? Bukannya aku perintahkan padamu untuk bersiap melayaniku di ranjang!" Ketusnya Dzaky yang masih mengeringkan rambutnya dengan menggunakan selembar handuk."Sa-ya mau ganti pakaian dulu Tuan Muda," jawabnya Sahwa sekenanya saja.Dzaky menatap jengah ke arah istrinya itu, "Kamu tidak perlu berganti pakaian atau apapun, karena bagiku kamu tidak akan pernah berubah menjadi cantik dimataku!" Sarkasnya Dzaky.Sahwa pun berdiri mematung dengan pakaian gamis dan cadar yang sedari tadi melekat pada wajahnya. Dzaky pun sebenarnya enggan untuk menyentuh Sahwa, akan tetapi ketika mengingat perkataan dari istri pertamanya Arumi tentang keberlangsungan hubungan per

  • Ku Ikhlas Menjadi Orang Ketiga   Bab.9. Perasaan Serasa Akrab

    Sahwa menatap intens ke arah pria yang berstatus anak buah dari suaminya itu dengan tatapan matanya yang sulit diartikan.Kenapa aku diperlakukan seperti itu merasakan kehangatan yang tiba-tiba menjalar ke dalam lubuk hatiku yang terdalam.Apakah seperti ini merasakan memiliki seorang kakak laki-laki, memang sejak kecil aku sudah memiliki Mbak Arumi tapi kehidupan kami sebagai kakak adik sungguh jauh berbeda dengan kehidupan orang lain.Galang segera berdehem dan mengeraskan suaranya itu agar Sahwa segera tersadar dari lamunannya."Hemmph! Nyonya Sahwa kita sudah sampai di mall," ucapnya Galang.Sahwa menjadi salah tingkah ketika ketahuan diam-diam menghayal dan memerhatikan Galang."Iya Pak Galang," balasnya Sahwa yang kemudian berjalan mengekor membuntuti kemanapun perginya Galang.Galang yang berjalan di depannya Sahwa membuka percakapan keduanya setelah bebas langkah kakinya menuju ke arah lebih jauh ke dalam area mall."Masuklah dan pilihlah beberapa pakaian yang cocok untuk dirim

  • Ku Ikhlas Menjadi Orang Ketiga   Bab. 8. Aturan Pertama Dzaky

    "Hemph!" Pak Penghulu segera berdehem kuat untuk membuyarkan lamunannya Dzaky dan mengajaknya ke dunia real.Galang memegangi lengannya Dzaky tapi, tidak berpengaruh sedikitpun sehingga diam-diam dia menekan kuat tangannya Dzaky agar segera tersadar dari lamunannya itu."Augh," keluhnya Dzaky yang reflek melototkan matanya saking terkejutnya dengan kekuatan tangannya Galang yang tidak disangka-sangkanya.Galang hanya memberikan kode melalui kepalanya agar Dzaky melihat ke arah Pak Penghulu. Dzaky yang mengerti dengan arti kode tersebut, menetralkan perasaannya ketika tersadar dengan apa yang dilakukannya itu."Maafkan saya Pak, tolong dilanjutkan," perintahnya Dzaky.Sedangkan Sahwa sedari tadi hanya menundukkan kepalanya karena tidak ingin melihat langsung wajah pria yang dilihatnya cukup sangar di penglihatannya itu."Baiklah bapak ulangi, Tuan Muda Dzaky Nashif Fathan saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Nak Athiyyah Sahwa Shabiyah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan p

  • Ku Ikhlas Menjadi Orang Ketiga   Bab.7. Dzaky Yang Aneh

    Sahwa menatap ke arah kedatangan Galang dengan senyuman simpulnya."Maaf ganggu, apa Non Sahwa sudah siap?" Tanyanya Galang yang berbasa-basi sebentar sebelum menyampaikan maksud kedatangannya."Non Sahwa sudah siap sedari tadi Tuan Galang," jawabnya Diah yang mewakili Sahwa untuk menjawab pertanyaan dari Galang.Galang menatap ke arah Diah sebelum mengutarakan keinginannya itu, sedangkan Diah yang ditatap seperti itu cepat tanggap."Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?""Tolong carikan kain yang bisa dipakai sebagai cadar penutup wajahnya Non Sahwa," pintanya Galang.Diah dan Sahwa yang mendengar perkataan itu cukup dibuat tercengang dengan permintaan tersebut."Kain cadar! Kenapa dan untuk apa harus memakai penutup wajah segala? Bukannya wajahnya Non Sahwa secantik ini kok disembunyikan yah," Diah semakin keheranan dengan kenyataan yang barusan didengarnya."Tolong tidak perlu mengeluarkan pertanyaan segala! Cukup penuhi apa yang diminta oleh tuan muda Dzaky atau Anda mengingink

  • Ku Ikhlas Menjadi Orang Ketiga   Bab.6. Sungguh Aneh

    Dzaky menatap punggung kepergian dari Sahwa, dia mengusap wajahnya dengan gusar."Kenapa meski Arumi mandul! Andaikan dia tidak mandul hal semacam ini tidak akan pernah terjadi pada hidupku!"Galang diam-diam tersenyum tipis menanggapi perkataan gerutunya Dzaky."Makanya jangan jadi orang kaya! Paling utama kenapa meski menikah dengan wanita yang sudah jelas-jelas sudah ketahuan mandulnya, tapi malah tetap menikahinya," cibirnya Galang yang terkadang mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan sikapnya yang tidak menyukai Arumi.Berselang beberapa menit kemudian, semua orang yang berada di dalam rumah itu takjub melihat penampilan dan perubahan positif dari wajahnya Sahwa.Diah sang penata rias pengantin itu memegangi kedua lengannya Sahwa dengan senyuman lebarnya."Masya Allah Anda sangat cantik Nona, aku yakin calon suaminya Anda pasti akan jatuh cinta berkali-kali hingga Anda tua nanti," ucapnya Diah.Sahwa yang tidak percaya dengan perkataan dan segala pujian yang diberikan untuknya h

  • Ku Ikhlas Menjadi Orang Ketiga   Bab. 5. Keterkejutan Sahwa

    Bu Narti bersorak gembira kegirangan saking senangnya anak yang selama ini diasuhnya tanpa sepengetahuan dari siapapun tentang asal usul Sahwa yang sebenarnya.Bu Narti menatap selembar foto yang sudah usang bahkan gambarnya telah kabur dan hanya tersisa sebagian yang terlihat."Ternyata mengakui kamu itu hanya anak angkatku saja membuatku bisa mendapatkan uang yang cukup banyak dari Dzaky. Biarlah rahasia tentang siapa kamu dan gimana caranya aku mendapatkanmu cukup aku saja yang mengetahuinya, bahkan Arumi dan semua orang yang mengenalku mengaggap kamu adalah putri kandungku,"Bu Narti membuka sebuah amplop putih yang isinya cukup tebal. Uang yang diberikan oleh Dzaky untuknya, sebelum dia dan Sahwa berangkat ke pulau Dewata Bali.Kedua pasang matanya langsung berbinar binar seketika melihat begitu banyak uang pecahan seratus ribu rupiah dalam genggamannya. Bahkan Bu Narti mengambil uang itu kemudian melemparnya ke atas hingga mengenai wajah,kepala dan sepreinya."Hahaha, akhirnya a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status