Home / Rumah Tangga / Ku Tentukan Takdirku / Bab 34– Benih Perlawanan (Part 2)

Share

Bab 34– Benih Perlawanan (Part 2)

Author: Mommy Sea
last update Last Updated: 2025-10-15 12:41:43
Sejak pertemuannya dengan Pak Arif, Alya menjadi lebih hati-hati. Setiap langkahnya ia rancang seolah sedang menapaki lantai kaca—sedikit saja salah gerak, segalanya bisa pecah.

Ia mulai mengarsipkan dokumen-dokumen penting ke dalam dua salinan: satu disimpan di rumah, satu lagi di tempat aman yang hanya diketahui dirinya dan Pak Arif.

Nomor rekening bank pun ia ubah ke cabang berbeda, menonaktifkan beberapa akses lama. Semuanya ia lakukan tanpa suara, tanpa perlu konfrontasi.

Namun diamnya justru menimbulkan tanya.

Raka mulai menyadari perubahan kecil. Alya sering pergi pagi tanpa memberitahu jelas ke mana. Ia juga lebih sering menolak ajakan Raka untuk makan malam bersama teman-temannya.

“Ada kerjaan, Rak,” jawab Alya tiap kali.

Padahal, kerjaan itu adalah rencana melindungi masa depannya sendiri.

Sore itu, Raka berdiri di balkon lantai dua, memandangi Alya yang berbicara dengan seseorang lewat telepon di taman belakang.

Wajah Alya serius, bahunya tegak. Tidak seperti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 47-Alya yang Berubah (part 1)

    Udara pagi di rumah itu terasa berbeda—tidak lagi sehangat dulu. Tidak ada aroma kopi yang biasa Alya seduh untuk Raka, tidak ada suara lembut dari dapur yang mengiringi langkahnya turun dari kamar. Yang ada hanyalah keheningan, dan denting jam di dinding yang terdengar begitu tajam di telinga. Raka menuruni tangga dengan wajah kusut. Kemejanya belum disetrika, dasi di tangannya kusut karena Alya tak menyiapkannya seperti biasanya. Ia menatap ruang makan kosong, piring bersih tertata tanpa makanan di atasnya. “Mana sarapannya?” suara Raka berat, menahan kesal. Alya muncul dari arah taman belakang, mengenakan kemeja putih longgar dan celana panjang hitam. Rambutnya terurai sederhana, tapi tatapannya—dingin dan tenang—berbeda dari biasanya. Ia membawa secangkir teh, duduk di kursi tanpa tergesa, seolah pertanyaan Raka tak penting sama sekali. “Kalau mau sarapan, ada di kulkas. Hangatkan sendiri.” Suaranya datar, tak sedikit pun melunak seperti dulu. Raka mengerutkan kening. “Biasan

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 46-Pertengkaran Hebat (Part 2)

    Hujan turun deras malam itu. Rintiknya menampar kaca mobil, menciptakan ritme tak beraturan yang seolah mencerminkan isi kepala Alya — berantakan, tapi jernih di satu titik: ia sudah tidak mau diam lagi. Mobil berhenti di halaman rumah. Lampu depan menyorot wajah Alya yang dingin. Ia membuka pintu tanpa menunggu Raka, melangkah masuk dengan payung kecil yang tadi ia ambil di teras rumah mertuanya. Suara langkah sepatu Raka menyusul di belakang, keras, terburu, penuh kemarahan. Begitu pintu rumah tertutup, Raka langsung bersuara tajam, “Kamu puas sekarang, Alya? Puas mempermalukan aku di depan orang tua?” Alya tidak menoleh. Ia meletakkan payungnya di rak, melepas selendang basah, lalu berkata tenang, “Aku nggak mempermalukan siapa pun. Kamu yang melakukannya sendiri.” “Jangan berbalik kata!” Raka membentak. “Kamu sengaja bicara seperti itu biar mereka simpati sama kamu!” Alya akhirnya berbalik, menatap suaminya dengan sorot mata yang tidak lagi lembut seperti dulu. “Aku nggak bu

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 45-Pertengkaran Hebat (Part 1)

    Suara denting sendok dan gelas berpadu dengan tawa ringan memenuhi ruang makan keluarga besar Baskara. Di atas meja panjang, hidangan tersaji lengkap — mulai dari sop buntut, sate lilit, sampai kue favorit Ibu Baskara. Semua tampak seperti reuni keluarga yang damai dan bahagia. Namun bagi Alya, suasana itu seperti panggung sandiwara yang nyaris selesai. Raka duduk di ujung meja, tersenyum sopan, berbicara seolah segalanya masih sempurna. “Alya sekarang sibuk ngurus rumah dan bantu urusan yayasan, ya, Ma,” katanya sambil melirik sekilas. Senyum itu terasa dingin bagi Alya, seperti senyum seseorang yang sudah menyiapkan pisau di balik meja. Ibu Baskara mengangguk puas. “Bagus, Nak. Kamu memang cocok jadi pendamping Raka. Keluarga kita butuh perempuan tenang seperti kamu.” Alya hanya tersenyum. Ia tahu, di balik pujian itu, Ibu Baskara tidak tahu apa-apa tentang retakan yang mulai muncul di rumah tangga mereka. Namun retakan itu tidak akan lama lagi tersembunyi. Semua dimulai dari

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 44-Bisnis Gelap (Part 2)

    Malam berikutnya, rumah itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Alya duduk di ruang tengah, lampu sengaja dibiarkan redup. Raka sudah pergi lagi — katanya, ada rapat mendadak di luar kota. Tapi Alya tahu, setiap “rapat mendadak” selalu berarti sesuatu yang lain. Ia membuka laptopnya, menatap deretan angka dan nama perusahaan di layar. "Arjuna Global", "Bima Logistics", dan satu nama baru yang baru saja dikirimkan oleh Pak Wisnu: "Hantera Group". Ketiganya terhubung dalam rantai transaksi yang rumit — seperti jaring laba-laba yang rapat tapi beracun. Di pojok bawah email itu, ada satu kalimat tambahan dari Pak Wisnu: > “Saya curiga, Hantera Group digunakan untuk menyalurkan dana hasil proyek fiktif. Ada kemungkinan besar Raka terlibat langsung.” Alya menghela napas panjang, menggenggam mug tehnya yang sudah dingin. “Jadi ini alasan kamu kelihatan tenang, Rak…” gumamnya lirih. “Karena kamu pikir semua orang bisa kamu kendalikan.” Ia menatap layar dengan mata tajam. Kali ini, ia

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab43-Bisnis Gelap (Part 1)

    Sudah tiga hari Alya memperhatikan perubahan sikap Raka. Sejak “amplop rahasia” itu ia temukan, lelaki itu menjadi lebih pendiam, mudah tersentak, dan setiap kali menerima telepon, ia berjalan menjauh, berbicara dengan suara rendah. Alya tidak lagi mencoba mencari tahu secara langsung. Ia tahu, semakin ia pura-pura tidak peduli, semakin ceroboh Raka bertindak. Pagi itu, saat menata bunga di taman belakang, Alya mendengar percakapan samar dari ruang kerja. Suara Raka terdengar tegang. > “Nggak bisa sekarang. Kita tunggu dulu situasinya aman.” “Jangan sebut nama saya di laporan itu, paham? Alya mematung di balik kaca jendela, pura-pura fokus pada bunga yang ia siram. Kalimat itu hanya dua potong, tapi cukup untuk membuat pikirannya berputar. Laporan? Nama disembunyikan? Apa yang sebenarnya disembunyikan Raka selama ini? Siangnya, Alya berkunjung ke galeri seni milik temannya, Dini — seorang kurator yang juga dulu sering berurusan dengan ayahnya. Ayah Alya, semasa hidupnya, di

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 42-Jejak Perselingkuhan (Part 2)

    Keesokan paginya, rumah mereka terasa lebih sepi dari biasanya. Tidak ada obrolan ringan seperti dulu, tidak ada tawa, hanya suara sendok dan piring yang saling beradu di meja makan. Raka duduk di seberang Alya, memainkan sendoknya dengan resah. Alya menyibukkan diri dengan sarapan, gerakannya tenang dan rapi—seolah tidak terjadi apa-apa semalam. “Kayaknya kamu akhir-akhir ini sering keluar sendiri ya,” tanya Raka akhirnya, mencoba terdengar santai. Alya menatapnya sekilas, lalu tersenyum tipis. “Kenapa? Aku juga butuh udara segar, Rak. Bosan di rumah terus.” Raka tertawa kecil, tapi tawa itu terdengar canggung. “Iya sih. Cuma heran aja, kamu sekarang banyak kegiatan.” “Orang yang kehilangan dua orang tuanya dalam waktu berdekatan pasti perlu kegiatan baru,” jawab Alya lembut, tapi ada sesuatu di balik nada itu—sesuatu yang membuat Raka menunduk sejenak. Ia tak tahu kenapa, tapi akhir-akhir ini, tiap kali Alya bicara, hatinya justru tidak tenang. Ada sesuatu di balik ketenangan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status