Share

Pesona Suamiku

Penulis: Wafa Farha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-20 15:59:06

Mas Revan datang dengan senyum mengembang ke luar dari mobil sport putih. Lelaki setampan dan sekaya dia pasti lah banyak yang klepek-klepek di luar sana. Aku bahkan tak yakin jika hanya kakakku saja yang jadi selingkuhannya.

"Hai, Mas." Aku tersenyum manja menyambut pria yang mengenakan kemeja rapi itu.

Mas Revan tersenyum manis. Dengan pesona seperti itu, mana mungkin ada perempuan yang menolak? Sedang aku, dulu juga terpesona karena ketampanan di samping kebaikan hatinya.

Bau harum parfum maskulin menguar saat aku memeluk tubuh Mas. Biasanya tak pernah kupamerkan kemesraan seperti ini di depan orang lain. Namun, sekarang aku perlu membuat Mbak Wenda kejang-kejang meski ia pura-pura tak ada apa-apa antara mereka.

"Kalian baik-baik, ya. Jangan mudah tersulut emosi. Apalagi kalau hanya karena gosip atau prasangka," nasehat Mbak Wenda seolah dia wanita paling baik di dunia ini.

"Iya, Mbak," jawabku. Kentara sekali tatapan Mas Revan pada Mbak Wenda. Bukan hanya terbius cinta, tapi matanya menyiratkan nafsu menggelora.

"Makasih, Mbak. Udah jagain Ria." Lagi, Mas Revan melemparkan senyumnya yang dibalas anggukan kecil kakak perempuanku.

Yah, puaskan saja melihat Mbak Wenda hari ini, Mas. Bisa jadi sekarang adalah waktu terakhir kalian saling bertatap penuh cinta.

Hai, Mas Rayyan! Apa kamu tidak lihat itu? Kesal rasanya melihat pria polos itu tak tahu apa-apa.

___________

Mobil yang kami kendarai ke luar dari pelataran, meninggalkan rumah Mbak Wenda dan Mas Rayyan.

"Mas maaf, ya. Soal kemarin. Harusnya aku percaya kalau di kantor ada serangga yang gigit leher Mas." Tidak mudah berlembut-lembut dengan kondisi hati seperti sekarang.

Rasanya mau BAB tapi aku harus menahannya kuat-kuat karena tak menemukan toilet. Menyemburkan kemarahan sekarang tanpa berpikir hanya membuat semua tambah kacau. Dan bisa jadi aku lah korban yang paling menderita.

"Ya, maaf juga Mas gak nahan kamu pas pergi." Dia melirik sebentar padaku di sela fokusnya menyetir.

"Ya, Mas. Aku ngerti, Mas pasti bingung gimana ngadepin aku yang kadung marah dan marah karena salah paham." Aku bergelayut manja di lengannya.

"Oya, Mas. Kita mampir apotik, ya. Aku kayaknya hamil, deh. Mau periksa pakai tespack dulu. Pantesan aku suka uring-uringan belakangan ini," pintaku beralasan sekalian membeli obat lain buat ngerjain suamiku.

"Hem? Bukannya kamu haid minggu lalu?" Mas Revan tampak berpikir.

Tak menyangka kalau dia tahu dan ingat soal itu. Aku pikir dia sudah benar-benar cuek.

"Ish ... kan setelah itu kita udah berhubungan. Masa Mas lupa?" Aku mencoba berkilah.

"Iya ... tapi masa baru seminggu udah ...."

"Mas ... belajar lagi, deh soal reproduksi. Seminggu itu bisa jadi sudah hamil." Aku sengaja menekan kata-kataku, agar Mas Revan menyerah. "Aku tuh udah pengen banget punya anak, Mas. Apalagi dari suamiku yang tampan dan baik ini," pujiku. "Makanya kita mampir ya, Mas gausah bahas-bahas lagi kalau gak ngerti," cerocosku panjang. Tak memberinya kesempatan untuk menolak.

"Ahya. Ya. Kita ke apotik." Mas Revan akhirnya setuju.

Ya lah. Mana ada laki-laki yang betah berdebat. Dia akan mengalah dibanding mendengar ocehan istrinya ke sana ke mari.

Mungkin itu juga yang jadi salah satu sebab, kenapa priaku ini berselingkuh. Dia bisa saja bosan mendengarku nyerocos panjang lebar. Padahal kalau dia tahu bagaimana Mbak Wenda, aku jamin saat mereka bersama, Mas Revan akan tersiksa dan menyesal bisa dekat dengan wanita bermulut ember sepertinya.

Setelah sampai apotik, mobil berbelok. Sementara Mas Revan tetap berada di mobil, aku segera ke luar membeli barang-barang yang kuperlukan.

____________

Sampai rumah belum lagi berganti baju apalagi mandi, tangan kekar Mas melingkar di perutku dari belakang.

Sudah kuduga. Dia akan melakukannya. Itu kenapa aku perlu ke apotik tadi.

"Mas, sebentar, ya. Mas pasti lelah." Ku lepas tangan itu.

Jijik rasanya ketika napasnya yang hangat berbau mint mengenai pipi. Pasti tangan itu juga sudah menyentuh kakakku. Dan entah wanita mana lagi?

Kemarin aku memang dimabuk cinta Mas Revan. Aku sungguh tergila-gila padanya. Setiap sentuhannya adalah setrum yang kehangatannya kurindukan. Tapi tidak setelah aku tahu dia berselingkuh. Aku jijik. Bahkan hanya sekedar meneyebut namanya.

Kamu harus membayar semua ini dengan mahal, Mas.

"Emmm."

Bukannya melepas. Mas Revan malah mengeratkan pelukannya. Dia tak rela tangan itu lepas dariku.

Dia berjalan mendorong hingga kami sama-sama jatuh ke ranjang. Saat itu lah, aku menggeser tubuh cepat menghindarinya.

"Hahaha. Nafsu banget, sih Mas!" Aku terbahak-bahak. Sambil berlalu ke luar pintu kamar. Jelas sekali tadi kulihat gurat kecewa di wajahnya.

Sampai di dapur. Kubuat minum yang sudah kucampur sesuatu di dalamnya. Minuman yang bukan hanya berefek ke tubuhnya tapi juga lebih dari itu, akan berlengaruh pada harta yang akan kumanipulasi. Kupastikan kamu akan menderita dengan Mbak Wenda, Mas!

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Ekstra Part

    Ayash meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku jas koko yang ia kenakan. Sudah lebih dari tiga jam Fathan dan Hamidah pergi, tapi belum ada tanda-tanda keduanya akan pulang. Barusan Ayash menelepon Fathan, pria itu mengatakan bahwa kedua anaknya masih betah jalan-jalan menikmati suasana kota."Bagaimana Bi?" tanya Raudah pada Ayash."Fathan bilang mereka masih belum mau pulang terutama kedua anaknya," jawab Ayash."Oh ya sudah kalau begitu, mungkin mereka sedang ingin menghabiskan waktu dan mencoba sesuatu yang baru yang tidak mereka temui di Mesir," ucap Raudah sambil bangkit dan berjalan ke belakang guna membuatkan minuman untuk Ayash.Selang beberapa menit Raudah sudah kembali dan duduk di samping suaminya sambil meletakkan gelas di atas meja."Tidak usah khawatir, Bi. Toh mereka pergi bersama Ustadz Yusuf, jadi pasti aman dan baik-baik saja.""Iya juga, cuma Abi heran aja, mereka kok nggak mau diantar sama kita, ya?""Mungkin karena Fathan tahu bahwa kita punya kewajiban mengaja

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Ending

    "Jika anda menganggap ini hutang, maka kami akan mengembalikannya. Uang dibayar dengan uang, tidak ada perjanjian bayaran yang lainnya," jawab Ayash penuh penekanan. Pengasuh pondok pesantren Almujahid itu meradang karena Hendra mempermainkannya.Mendengar jawaban dari Ayash, Hendra sontak tertawa. Pria itu sepertinya sangat puas mendengarnya."Manis sekali Ustaz. Jadi anda akan tetap mempertahankan istri anda yang cantik itu dan rela kehilangan harta benda untuk mendapatkan uang sesuai jumlah yang tertera di sini " Hendra menunjuk surat tagihan yang dulu ia berikan pada Ayash."Tentu saja, bagaimana pun kehormatan pesantren dan kehormatan diri saya dipertaruhkan disini. Jadi setelah ini saya harap urusan kita selesai." Ayash mengeluarkan uang di dalam tasnya yang dimasukkan ke dalam sebuah amplop lalu ia meletakkannya di hadapan Hendra.Sementara Hendra masih tersenyum menyeringai melihat benda yang disodorkan oleh Ayash."Bagaimana kalau saya tidak bisa menerima uang ini dan tetap m

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Membayar Hutang

    "Eum ... ini ada tamu mencari Abi.""Tamu? Tamu siapa?""Dia bilang tidak boleh memberitahu dulu Abi. Pokoknya ini tamu dari jauh.""Oh, ya, baiklah. Abi akan segera pulang. Ini sedang dalam perjalanan." "Iya, Bi. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Sambungan telepon terputus. Ayash sedikit berpikir siapa tamu yang dimaksud oleh istrinya."Kita langsung pulang ke pesantren saja Ustaz, istri ana barusan menelepon katanya ada tamu yang sedang menunggu ana," ucap Ayash pada Ustaz Yusuf yang kali ini bertugas mengemudikan mobil."Baik Ustaz, awalnya juga kita tidak ada rencana mampir ke mana-mana 'kan" jawab Ustaz Yusuf."Iya juga, sih." Ayash terkekeh. Pikirannya sedikit kalut, pasalnya orang yang baru saja hendak dia temui dan bermaksud menyelesaikan permasalahan yang cukup menyita dan mengganggu pikirannya sedang tidak ada di tempat. Ayash kira saat ini masalah dengan Hendra sudah selesai tapi nyatanya pria itu terlalu sibuk dengan berbagai kegiatannya. Atau jangan-jangan sengaja men

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Jalan Keluar

    Melihat pemandangan di hadapannya Ayash memalingkan wajahnya, ia tidak bisa membayangkan jika suatu saat Gaza tahu siapa sebenarnya Gus Rofiq. Bagaimana kalau anak itu berpaling darinya. Ayash tidak ingin kehilangan Ghaza, walau bagaimana anak itu sudah dia urus sejak bayi. Bagaimana ia berusaha membagi waktu antara mengajar dan menjaga bayi itu. Ayash berusaha membagi waktunya untuk menghadirkan sosok Ayah dalam kehidupan Ghaza. Hingga anak itu seakan sudah menjadi bagian dari nafasnya.Ayash tersentak ketika Ghaza kembali ke dalam pangkuannya."Apa ana boleh pergi, Abi?" Ghaza mendongak menatap wajah Ayash"Sebentar lagi, ya, temani Abi di sini," ucap Ayash sambil mengelus kepala anak sambungnya. Ia mengerti bahwa Gus Rofiq tentu masih ingin bertemu dengan anaknya, makanya Ayash berusaha menahan Ghaza supaya tidak cepat pergi.Ghaza sendiri biasanya anteng ketika Gus Rofiq datang menjenguknya. Tapi entah apa yang terjadi, kali ini anak itu meminta izin untuk cepat pergi dari sana.

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Gus Rofiq

    "Bude Atikah itu sedang sakit, kenapa Ghaza bertanya seperti itu?""Karena Bude Atikah memakai selimut, orang yang memakai selimut 'kan orang yang kedinginan." Ghaza yang menjawab dengan mimik lucu."Bude itu sakit demam, orang yang sedang demam itu menggigil dan kedinginan meski suhu tubuhnya terasa panas, jadi Bude harus ke selimut." Raudah mencoba menjelaskan karena sepertinya Ghaza belum mengerti tentang kondisi Bude Atikah."Sekarang Ghaza duduk disini, ya, jangan nakal. Berdoa supaya Bude cepet sembuh," lanjut Raudah meminta supaya Ghaza duduk di ruang tengah sementara dia pergi ke dapur membantu abdi dalam yang sedang membereskan dapur.Sementara Ghaza menurut apa yang diperintahkan oleh Uminya, anak itu mengangguk lalu duduk di sana. Hal inilah yang membuat Raudah selalu bersyukur memiliki anak penurut dan tidak pernah membantah.Itu tak lepas dari didikannya selama ini juga didikan Bude Atikah dan Abi Ayash yang selalu mengajari Ghaza dengan penuh kasih sayang. Lagi, Raudah m

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Masalah dari Hendra

    "Sekali lagi terima kasih Ustadzah. Ayo Ghaza kita masuk." Setelah berterima kasih pada Ustadzah Nara, Ayash mengulurkan tangannya dan meminta Ghaza supaya masuk rumah."Umi di mana?" tanya Ghaza karena tidak melihat Uminya, biasa' ketika dia pulang maka yang pertama menyambutnya adalah Umminya."Umi sedang beres-beres di kamar, tunggu di sini, ya!" Ayash meminta Ghaza untuk duduk di ruang tengah, sementara ia kembali ke kamarnya dan mendapat Raudah sedang bersiap akan mandi."Umi mau mandi duluan,ya," kata Raudah seraya masuk ke kamar mandi. "Ah ya, siapa yang datang?" Wanita itu urung melangkah ke kamar mandi lalu menoleh ke arah suaminya."Ghaza bersama Ustadzah Nara, katanya anak itu bersikeras ingin pulang," jawab Ayash."Sekarang Ghaza-nya di mana?" Raudah menoleh lagi ke arah suaminya."Abi memintanya menunggu di ruang tengah," sahut Ayash enteng.Lalu tanpa sengaja Raudah melirik kancing jas koko Ayash yang tidak pas."Astagfirullah, Abi!" Mata Raudah terbelalak dan tanganny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status