共有

5. WAJAH ASLI MEREKA

作者: Rosemala
last update 最終更新日: 2025-05-27 15:30:12

Alvin menarik kursi kayu dan duduk tepat di depan Gladys. Wajahnya tampak lembut, mata gelapnya memantulkan ketulusan yang seolah bukan kepura-puraan. Ia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, lalu tersenyum kecil.

"Aku tahu ini berat buatmu, Kak," ucap Alvin pelan. "Tapi Mama dan aku di sini bukan untuk menghakimi atau menyakiti."

Gladys menatap pemuda seusia dengannya itu. Ia belum bicara. Hanya menggenggam jemarinya sendiri erat-erat di atas pangkuan.

“Kak, kamu gadis baik. Tidak seharusnya menghabiskan hidup dengan orang-orang yang cuma tahu bagaimana menyakitimu.”

Ada guncangan di dada Gladys. Bukan karena simpati mereka, melainkan karena betapa persuasifnya semua ini. Seandainya ia adalah Gladys yang dulu, yang mudah percaya, mudah berharap, mungkin ia sudah luluh.

"Aku cuma ingin tenang.” Suara Gladys nyaris tak terdengar. Ia menunduk. “Tapi rasanya semua orang datang hanya untuk memaksa dan mengambil."

"Tidak semua," balas Alvin cepat. "Aku dan Mama datang bukan untuk itu."

Garnetha menyentuh tangan Gladys. "Kami cuma ingin kamu sadar. Hidup ini terlalu singkat untuk kamu pertahankan ikatan dengan orang yang hanya menyedot nyawamu perlahan."

Gladys menoleh pelan, matanya mulai berkaca-kaca.

Untuk sementara hening menjalari ruangan. Tak ada yang bergerak. Bahkan jam dinding pun seolah menahan detiknya.

“Kak,” suara Alvin kembali mengisi ruang. Kali ini lebih lembut. “Jangan biarkan hidupmu redup, kamu bisa mulai lagi dari awal.”

Gladys menatap Alvin lama. Dan itulah saatnya.

"Apa maksudmu?" bisiknya pelan.

Alvin melirik ibunya. Pun dengan Garnetha.

"Maksud Alvin, kamu bisa membangun lagi hidupmu, Sayang. Kamu bisa mulai dengan seseorang yang benar-benar bisa kamu percaya juga bisa menjagamu dengan benar.”

Kening Gladys berkerut. Ia tersenyum dingin. “Apa sebenarnya yang ingin kalian katakan?” Ditatapnya Garnetha dan Alvin bergantian.

Ibu dan anak itu saling pandang sesaat seolah berkompromi siapa yang akan mengatakannya.

“Sayang … jika ingin hidupmu tidak hancur, sebaiknya kamu ceraikan Tyo sekarang juga. Dan kemudian menikah dengan Alvin. Hanya Alvin yang cocok sama kamu.”

Suasana mendadak membeku. Gladys menatap Garnetha tanpa kedip. Namun, tak ada kata yang terucap. Ia hanya diam. Bahkan terlalu lama. Matanya menatap kosong dua wajah yang menunggunya dalam harap.

Detik berikutnya Gladys berdiri.

"Keluar," ucapnya pelan tanpa emosi apa pun.

Garnetha mengerjap. “Gladys?” Menatap tak percaya.

"Aku bilang keluar."

Alvin berdiri. "Kak, tunggu dulu. Kami—"

"Keluar dari kamar ini, sekarang juga!" teriak Gladys pada akhirnya, suaranya pecah. "Kalian sama saja! Kalian tetap manusia-manusia yang ingin mengambil dari hidupku! Bahkan sekarang pun... kalian masih menekan, menyamar jadi penolong hanya untuk menukar luka dengan belenggu baru! Aku pikir kalian benar-benar ingin menolongku. Memberi solusi. Ternyata ….”

"Gladys, dengarkan—"

"Tidak! Aku tidak butuh kalian. Aku tidak butuh siapa pun! Aku bodoh karena sempat percaya!"

Garnetha bangkit, matanya menyala penuh emosi. "Jadi begitu? Setelah semua nasihat baik yang kami beri, kamu malah usir kami?"

"Itu bukan nasihat. Itu jebakan baru."

"Kau benar-benar tidak tahu diuntung! Sudah diberi kesempatan, malah menolak seperti orang gila!"

"Keluar!" Gladys menunjuk pintu.

"Kau pikir siapa dirimu? Perempuan rusak yang dicampakkan di hari pernikahan. Jangan harap kau akan bertahan lama tanpa kami!" Garnetha menunjuk wajah Gladys, suaranya kini melengking.

"Mama!" Alvin mencoba menghentikan ibunya, tapi Garnetha sudah terlanjur murka.

“Kau akan jatuh lebih dalam, Gladys! Tak seorang pun akan menyelamatkanmu! Dan saat itu terjadi, jangan datang mencium kakiku minta bantuan!”

Dengan satu gerakan kasar, Garnetha menyeret Alvin keluar dari kamar. Pintu dibanting keras, membuat jendela bergetar.

Gladys tak bergerak. Ia berdiri mematung beberapa detik, sebelum akhirnya lututnya lemas. Ia jatuh duduk di tepi ranjang, tubuhnya berguncang hebat. Tangisnya pecah.

Akhirnya ia rebah di ranjang. Tak peduli lagi pada air mata yang membasahi bantal. Dunia luar menghilang. Yang tersisa hanya ruangan itu, isinya hanya satu gadis yang kehabisan kepercayaan, kehabisan harapan.

Dan satu kalimat terus bergema di benaknya: Aku bodoh karena sempat percaya pada mereka.

**

Gladys terbangun dalam keheningan aneh. Matanya menatap langit-langit putih, sedikit bingung. Ia yakin terakhir kali tertidur di kamar ayahnya. Tapi kini, ia berada di kamarnya sendiri.

Ia bangkit, menatap sekeliling. Tak ada siapa-siapa.

Siapa yang memindahkannya? Atau apa ia berjalan dalam tidurnya?

Tubuhnya terasa berat, tapi ia memaksa bangkit. Berjalan keluar kamar dengan langkah tertatih. Dan setelah berada di luar kamar, suara keributan terdengar dari depan.

"Jangan sentuh barang-barang itu!" teriak suara laki-laki. Gladys mengenali suara itu. Tyo.

Gladys terlonjak. Memaksa berlari ke sumber keributan meski tubuhnya lemah.

Pemandangan yang menyambutnya membuat jantungnya nyaris berhenti. Puluhan pria berjas gelap, sebagian membawa map, sebagian lagi tampak seperti satu profesi dengan Tyo dilihat dari perawakan dan tampilan mereka. Tak seorang pun yang Gladys kenali.

Di tengah orang-orang itu, Tyo berdiri dengan wajah memerah dan mata yang liar.

"Ada apa ini?!" teriak Gladys.

Salah satu pria, yang penampilannya paling rapi dan membawa berkas tebal, melangkah ke arahnya. "Nyonya Gladys. Maaf mengganggu pagi Anda. Tapi rumah ini secara resmi telah disita karena pelanggaran dan utang yang belum dilunasi oleh Tuan Satrio Wiradarma."

“Apa?” Bukan hanya bibir Gladys yang bergetar, tapi juga kaki dan seluruh tubuhnya. Tapi ia bertahan, meyakinkan diri hanya pendengarannya yang salah.

Pria itu membuka map coklatnya, menarik selembar dokumen berstempel merah, lalu menyerahkannya ke tangan Gladys yang gemetar. "Ini surat resmi dari pengadilan. Mulai hari ini, rumah ini bukan lagi milik keluarga Anda. Anda punya waktu dua puluh empat jam untuk keluar dari rumah ini."

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   6. APA INI MIMPI?

    “A-apa maksud kalian?!” Suara Gladys pecah meski gemetar. “Ini rumahku! Rumah keluargaku!”Salah satu petugas maju dengan sikap tenang tapi tak bisa disangkal ketegasannya. “Maaf, Bu. Kami hanya menjalankan putusan pengadilan. Mohon kerjasamanya.”“Tidak! Ini tidak masuk akal! Kalian pasti salah!” Gladys melangkah mundur, matanya liar menatap surat di tangannya. “Ayahku tidak mungkin….”"Surat itu sah, Bu," ujar pria itu datar. "Utang almarhum Tuan Satrio pada beberapa perusahaan dan bank sudah jatuh tempo. Tidak ada pembayaran. Proses hukum sudah berjalan. Hari ini rumah ini resmi disita.""Tidak! Kalian bohong!" jerit Gladys, memelintir surat di tangannya. "Ayahku tidak mungkin membiarkan ini terjadi! Papi tidak akan mewariskan kekacauan seperti ini padaku!"Tyo melangkah cepat ke arahnya dan mencoba menahan tubuh Gladys yang mulai bergetar tak terkendali. “Nona Gladys, tolong tenang dulu….”"Tidak! Aku tidak akan keluar dari sini! Ini rumahku! Ini kenangan ayahku… semua hidupku di

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   5. WAJAH ASLI MEREKA

    Alvin menarik kursi kayu dan duduk tepat di depan Gladys. Wajahnya tampak lembut, mata gelapnya memantulkan ketulusan yang seolah bukan kepura-puraan. Ia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, lalu tersenyum kecil."Aku tahu ini berat buatmu, Kak," ucap Alvin pelan. "Tapi Mama dan aku di sini bukan untuk menghakimi atau menyakiti."Gladys menatap pemuda seusia dengannya itu. Ia belum bicara. Hanya menggenggam jemarinya sendiri erat-erat di atas pangkuan.“Kak, kamu gadis baik. Tidak seharusnya menghabiskan hidup dengan orang-orang yang cuma tahu bagaimana menyakitimu.”Ada guncangan di dada Gladys. Bukan karena simpati mereka, melainkan karena betapa persuasifnya semua ini. Seandainya ia adalah Gladys yang dulu, yang mudah percaya, mudah berharap, mungkin ia sudah luluh."Aku cuma ingin tenang.” Suara Gladys nyaris tak terdengar. Ia menunduk. “Tapi rasanya semua orang datang hanya untuk memaksa dan mengambil.""Tidak semua," balas Alvin cepat. "Aku dan Mama datang bukan untuk itu."Gar

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   4. BIBIR MANIS

    “Menjauh dari istriku, Pak Rajendra!”Suara Tyo terdengar rendah namun mengancam. Rahangnya mengeras, matanya menatap tajam.Rajendra berbalik, mendengus sinis. “Istri? Kau pikir kau pantas menyebutnya begitu? Dasar lelaki tak tahu diri. Kau pikir aku tidak tahu alasanmu menikahi Gladys? Cuma demi harta, kan?”Tyo melangkah masuk. Tubuhnya yang menjulang membuatnya sedikit menunduk saat berdiri di depan Rajendra.“Saya tidak peduli apa penilaian Anda. Tapi saya tidak akan membiarkan Anda menekan Gladys lagi.”Rajendra tertawa mengejek. “Hah! Gaya bicaramu seperti pahlawan. Padahal kau cuma kacung yang numpang hidup! Dasar lelaki parasit!”Gladys menahan napas. Hatinya berdegup tak karuan. Meski Tyo hanya seorang pengawal, tetapi rasanya tidak pantas Jendra berkata demikian. Bagaimanapun, Tyo adalah suaminya sekarang. Ia tidak numpang hidup. Ia bekerja di rumah itu. Dan Jendra tidak dirugikan apa pun, bukan?“Aku tidak akan pergi sampai anak sialan ini tanda tangan!” Rajendra melangkah

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   3. KEPERGIAN ORANG TERSAYANG

    Dinginnya lantai rumah sakit menembus hingga ke tulang Gladys, namun ia tak menggubrisnya. Gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya kini tampak kusut dan kotor. Ujung gaunnya yang menjuntai anggun kini menyeret di lantai, nyaris menyerupai kain pel.Di depan ruang tindakan, ia duduk menggigil.Matanya sembap, jantungnya berdegup liar, dadanya sesak seakan tak ada udara yang cukup untuk bernapas. Detik-detik menunggu kabar dari dokter terasa seperti hukuman abadi.“Bocah bodoh!” Rajendra—sang paman—terus mengumpat. “Ayahmu syok karena kamu berulah dan membuat Rafael mencampakkanmu. Sampai-sampai dia gila sesaat dan menyuruhmu menikahi pesuruhnya.”Tak ada empati sama sekali meski kini kakaknya dalam penanganan dokter.“Seharusnya kamu bisa bersikap waras dengan menolak, apalagi sudah aku bantu,” lanjut Rajendra. “Tapi ternyata kamu sama gilanya seperti ayahmu.”Gladys menoleh, tatapannya kosong namun dalam. Ingin sekali ia menjawab. Ingin sekali ia teriak bahwa semua ini bukan sal

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   2. PERNIKAHAN DADAKAN

    “Papi… apa yang barusan Papi katakan?”Suara Gladys bergetar. Tubuhnya limbung, seperti kehilangan tulang-tulang yang menyangga dirinya. Namun, ia tetap bertahan duduk di dekat sang ayah, menatap wajah Satrio yang semakin pucat dan tersengal saat bernapas. Di sekelilingnya, pesta yang semula meriah kini berubah jadi sirkus kekacauan.Tatapannya beralih cepat ke arah Tyo. Pengawal yang dua tahun belakangan berkerja untuk keluarganya. Wajah pria itu datar seperti patung batu. Tapi bagi Gladys, justru ketenangan itu yang membuat dadanya kian sesak. Ia tidak tahu, tak bisa menebak, seperti apa isi hati pria yang kini dinginkan sang ayah untuk menikahinya.“Menikah? Dengan Tyo?” bibir Gladys bergetar. Suaranya lebih mirip bisikan ketakutan daripada pertanyaan.Satrio mencoba mengangguk. Gerakannya sangat pelan, penuh perjuangan. “Ya, menikahlah dengan Tyo. Dia … pemuda baik. Ini permintaan terakhir Papi ….”“Tidak! Aku mohon jangan berkata seperti itu, Pi.” Gladys menggeleng kuat. Kata-kat

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   1. BATAL NIKAH

    Ia akan menikah dan hari ini akan menjadi hari bahagianya. Atau itulah yang tadinya dipikirkan oleh Gladys.“Selamat siang, semua.” Pria dengan beskap putih bersulam emas itu berdiri di panggung pelaminan. Gladys mengamati calon suaminya yang tengah menyapu hadirin dengan pandangannya yang penuh percaya diri. “Saya mohon waktunya sebentar.”Hening.Gladys berpikir bahwa calon suaminya akan kembali mengungkapkan rasa terima kasih dan syukurnya, serta betapa pria itu mencintai Gladys meski mereka sudah berpacaran selama bertahun-tahun. Sampai pada akhirnya, mereka sampai di hari ini.Namun, ternyata Gladys salah. “Saya Rafael Sanjaya, dengan ini … secara sadar membatalkan pernikahan saya dengan Gladys Maharani Wiradarma.”Jantung Gladys terasa seperti berhenti berdetak. Suara calon suaminya itu mantap, lantang, tanpa getar, tanpa ragu sama sekali. Memantul ke seluruh ruangan megah tempat acara pernikahan digelar. Para tamu yang sebelumnya tersenyum, kini membatu. Musik pengiring peng

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status