Keheningan berbalut ketegangan. Hanya suara detak jarum jam yang terdengar pelan di dinding. Tyo berdiri mematung tak jauh dari meja, sedangkan Gladys masih berdiri dengan ekspresi penuh kecurigaan. Ponsel Tyo masih dalam genggamannya."Aku tanya sekali lagi, Tyo, siapa kamu sebenarnya?” Gladys mengulang pertanyaan. Suaranya bergetar. “Apa kamu salah satu yang mengincar harta ayahku?”Tyo masih terdiam. Namun, raut wajahnya yang sempat tegang, berangsur kembali seperti semula. Datar tanpa ekspresi.“Tyo–”“Namaku Bramantyo,” ucap Tyo kemudian. “Saat akad nikah kemarin, penghulu menyebut namaku.”Gladys mengerjap cepat. “Apa?”“Tyo, Brama … dua nama itu adalah namaku.” Kini, kepala Gladys sedikit tertunduk, mencoba menggali kembali momen-momen yang terasa kabur di benaknya. Ia bisa mengingat ruangan penuh orang berbisik-bisik, Rajendra yang terus mengumpat, deru napas ayahnya yang berat. Tapi, suara penghulu? Nama pengantin pria? Itu sama sekali tidak ada dalam otaknya."Aku ...." bi
Last Updated : 2025-06-03 Read more