Setelah pulang, Bayu segera masuk ke kamar Asti, tanpa berpamitan dengan Mawar. Pria itu terlanjur kesal dengan ulah istri keduanya. Bayu berganti pakaian, lalu salat, kemudian merebahkan diri di samping Asti.
"Aa, kenapa, kok suntuk?" tanya Asti.
Bayu membalikkan badan ke arah Asti, hingga mereka saling bertatap. "Gimana Aa nggak sebel, Mawar bilang sakit perut, ya udah ayo, Aa anter ke dokter. Di jalan tiba-tiba katanya udah nggak sakit, bilang laper. Ngajak makan, eh, Aa tinggal ke toilet, Mawar ngilang."
Asti mengerutkan kening. Wanita itu berpikir mengapa Mawar selalu menunda ke rumah sakit saat Aa Bayu mau mengantarnya?
"Sabar, ya, Aa."
"Aa kesel, Ti."
Asti memeluk sang suami agar mereda emosinya. Lagi, Asti kembali memikirkan alasan Mawar. Sepertinya dia harus mencari tahu semuanya.
Tidak lama Bayu tertidur pulas dan mulai mendengkur. Segera Asti mengambil ponsel untuk mengirim pesan pada Ayumi.
[Yum, sudah tidur, blum?]
Asti berpikir keras bagaimana caranya untuk mengajak Bayu untuk ke Dokter Kandungan. Tidak mungkin dia bilang kalau mau cek kesuburan Bayu karena nyatanya Mawar bisa hamil anak sang suami.Kecurigaan Asti semakin menjadi, saat Mawar terlihat sudah bersiap untuk pergi. Wanita hamil yang mengaku keram perut kemarin terlihat sangat sehat berjalan."Yum, aku mau ikutin Mawar. Kamu di rumah saja, gimana?" Aku meminta saran pada Ayumi yang sedang makan."Nggak apa-apa kalau sendiri?" tanya Ayumi memastikan."Tenang aja. Aku bisa, kok. Untungnya aku sudah rapi, kalau Mas Bayu pulang, bilang saja aku lagi ke swalayan.""Sip."Gegas Asti mengikuti Mawar. Namun, ia harus menjaga jarak agar tidak mencolong oleh wanita itu. Segera ia menutup wajah dengan masker setelah ojek datang.Asti meminta tukang ojek mengikuti kemana taxi online itu pergi. Sempat mereka kehilangan jejak, tapi kembali terlihat taxi yang ditumpangi Mawar.Taxi itu berh
Mawar masih saja ketakutan jika suatu hari Asti memberikan fotonya dengan Roy Sebelum itu terjadi, mawar telah memikirkan cara.Mawar menemukan ide untuk menghapus semua foto dalam ponsel Asti. Ia mengendap-endap masuk ke kamar kakak madunya. Mawar tahu Asti sedang masak di dapur.Matanya menyelusuri isi kamar, tetapi sama sekali tidak menemukan benda yang ia cari. Mawar mengembuskan napas kasar, tangannya terus mengobrak-abrik laci kamar. Sama saja hasilnya nihil."Cari apa Mawar?"Mawar terlonjak kaget mendengar suara memanggilnya. Ia membalikkan badan, saat itu Asti sudah berada di ambang pintu."Cari ini?" Tangan Asti menunjukkan ponsel miliknya.Seketika raut wajah Mawar berubah pias. Tidak menyangka Asti lebih cerdik darinya. Mau beralasan apa pun tetap sulit.Asti menyunggingkan senyum melihat Mawar mati gaya. Sebelumnya Asti sudah melihat saat Mawar akan masuk ke kamar. Hanya saja, ia belum selesai memasak. Lagi pula, ponselny
Semakin hari, Roy seperti meneror Mawar. Pria itu selalu meminta bertemu. Kini, Roy meminta Mawar datang ke rumah kontrakannya.Sekali lagi Mawar menolak, tetapi Roy selalu mengancam akan menemui suaminya. Ketakutan Mawar akhirnya membuat ia setuju bertemu dengan Roy."Kamu mau kemana?" tanya Rahayu."Ada urusan, Mi," jawab Mawar."Kemana?"Rahayu mulai curiga karena Mawar sekarang sering keluar rumah. Namun, ia tidak sama sekali berbicara akan pergi kemana.Mawar mencoba tenang di hadapan sang ibu. Ia tahu kalau Rahayu sedang mencurigainya. Akan tetapi, ia tak mau sang Ibu tahu tentang pertemuannya dengan mantan kekasihnya dulu."Aku pergi dulu, Mi."Setelah berpamitan Mawar langsung meninggalkan kamar. Sementara, dari kejauhan Asti memandang penuh curiga.'Sudah beberapa hari ini Mawar selalu keluar siang hari. Apa dia menemui selingkuhannya itu? Ah, aku mau mengikuti, tapi aku belum masak.' Asti bergumam dalam hati.
Mawar sudah dipindahkan ke ruangan. Rahayu masih saja menangisi sang anak sampai Ayumi merasa curiga dengan sikap ibunya.Sejak datang dan sampai Mawar masuk ke dalam ruangan, Rahayu tak henti mencemaskan Mawar. Seharusnya jika hanya sebagai menantu, tidak seharusnya menangis seperti sedih menangisi sang anak."Mami, jangan nangis terus. Lebay banget, sih. Itu, kan menantu Mami bukan anak Mami. Jadi, nggak usah sampai menghabiskan air mata," oceh Ayumi kesal.Rahayu salah tingkah dengan apa yang dituturkan sang anak. Memang dia mencemaskan Mawar karena memang dia anak kandungnya. Akan tetapi, tidak mungkin ia bicara sesungguhnya dengan Ayumi.Rahasia besar itu sudah tersimpan sejak lama. Saat wanita itu datang dan mengaku janda tanpa anak."Mami sedihlah, kan itu anak kita tunggu-tunggu. Eh, malah keguguran." Rahayu mencari alasan agar Ayumin tidak semakin curiga."Ya, nggak gitu juga kali."Ayumi meninggalkan sang ibu. Gadis itu memi
Bayu semakin perhatian pada Mawar. Selain merasa bersalah karena telah kalau dalam kehamilannya, Bayu juga merasa dirinya tidak becus menjadi suami yang siaga.Asti merasa geram melihat Mawar yang menunjukan semakin manja pada suaminya. Harusnya ia bisa langsung membongkar kebohongan Mawar, tetapi sengaja ingin melihat sampai mana kebohongan itu.Harusnya Mawar tidak ada di keluarganya dan tidak menjadi duri dalam rumah tangganya jika ia tahu suaminya tidak memberikannya keturunan.Tiga hari sudah Mawar di rumah sakit. Kini, ia bersiap pulang ke rumah. Bersama Rahayu, Mawar di titah dengan baik. Sementara, Bayu sigap jika Mawar membutuhkan sesuatu.Sementara, di rumah Asti menunggu madunya dengan kesal. Malam ini ia harus membongkar kedok wanita kedua suaminya. Dengan berbekal sebuah kertas hasil pemeriksaan, ia berjanji akan membuat Mawar ke luar rumah itu dengan cepat."Teh, tuh yang ditunggu sudah datang," goda Ayumi."Tau, ah. Kesel Tete
Rahayu menghampiri Mawar di kamarnya. Ia bingung harus berbuat apa karena semuanya serba salah. Wanita tua itu tidak ingin membahayakan dirinya sendiri. Namun, ia juga tidak mungkin membiarkan Mawar untuk tetap tinggal di sini.Mawar masih saja menangis sesegukkan. Ia tidak menyangka dirinya akan secepat itu ke luar dari rumah besar itu. Dirinya pun tidak menyangka jika Bayu ternyata mandul."Kamu mau ke mana Mawar?" tanya Rahayu."Apa urusan Mami? Mami nggak peduli bukan sama Mawar, tadi saja tidak sama sekali Mami membela Mawar. Padahal, Mami yang membawa Mawar ke keluarga ini." Mawar menatap jengkel sang ibu.Rahayu bergeming. Ia merasa bersalah dengan Mawar karena tidak bisa membela sang anak. Seperti pepatah, maju mundur salah."Mawar, Mami bukannya nggak mau membela kamu." Rahayu mencoba membela diri, tapi tetap saja Mawar begitu kecewa dengan keadaan."Aku tahu, Mami ingin menyelamatkan diri sendiri, kan? Aku tahu, Mami takut rahasia
Rahayu gelisah saat Mawar tidak bisa dihubungi. Wanita tua itu sangat sulit memejamkan mata karena belum mendapat kabar dari sang anak.Menelepon mantan ibu mertuanya pun ia enggan karena jika Mawar berada di sana, pastilah dia akan tersalahkan. Rahayu yang mengajak Mawar bersamanya, tetapi malah pulang sendiri ke rumah sang nenek.Suami Rahayu terbangun saat mendapatkan Rahayu tengah duduk di ranjang menatap ponsel miliknya."Ada apa?" tanyanya."Nggak, Pa. Hanya aku dapat pesan dari Neneknya Mawar kalau dia bertanya ada apa dengan Mawar." Rahayu mencoba mencari alasan."Sudahlah, Mi. Papa sudah malas membahas tentang Mawar, intinya jangan sampai orang itu datang lagi. Papa nggak suka, ya, Mi."Rahayu terkesiap mendengar ucapan sang suami. Begitu bencinya ia dengan Mawar, sampai membahasnya saja enggan. Bagaimana jika dia tahu Mawar adalah anaknya dari suami sebelumnya.Tidak mau menambah suaminya curiga, ia kembali membaringkan tubu
"Pa, masa Papa nggak bisa lihat dari gerak-gerik Mami?""Gerak gerik apa, sih?""Mami itu kalau sama Mawar baik banget, coba Papa perhatikan kalau Mami selalu membela dia.""Ya, karena dia, kan memang jadi istri kedua Bayu, dan Mami yang ingin Bayu memiliki keturunan dari Bayu."Ayumi bingung menjelaskan pada sang ayah. Sudah mencoba pelan-pelan, tapi pria beruban itu sama sekali tidak mengerti maksudnya.Gadis tomboy itu mengusap wajah kasar. Lalu, ia kembali berpikir bagaimana caranya untuk menjelaskan kalau sang ibu memiliki sebuah rahasia yang tidak diketahuinya."Gini, deh. Ada hubungan sesuatu antara Mami dan Mawar. Papa sampai sini ngerti nggak?"Pria tua itu menggeleng. Lagi, Ayumi gemas dengan sang ayah. Harus bagaimana lagi menjelaskannya."Pa, saat Papa nikah sama Mami, dari pernikahan sebelumnya, apa Mami mempunyai anak?""Kok kamu nanyanya begitu?""Udah, Pa. Jawab aja," ujar Ayumi kesal."Ngga