"Ngapain sih kamu kesini?" tanya Anisa pada laki-laki yang berdiri didepannya."Aku kan sudah bilang, kalau kamu nggak mau angkat teleponku. Aku akan datang ke rumahmu," jawab laki-laki tersebut dengan santai."Tapi nggak malam juga kali. Ada suamiku. Sekarang, kamu pergi!" usir Anisa dengan suara yang sedikit rendah."Oke, aku akan pergi. Tapi besok kamu harus mau aku ajak jalan-jalan.""Gampanglah itu. Yang penting sekarang, kamu pergi dulu."Anisa mendorong laki-laki tersebut, dan langsung menutup pintu rumah. Ia begitu takut kalau ada yang melihatnya.Anisa begitu menyesal memberitahu rahasia ini kepada temannya. Karena ternyata temannya memberitahu kepada laki-laki itu langsung.Karena semua sudah terlanjur, dan dia tahu kenyataannya, Anisa tidak bisa menolaknya. Dan selama ini pula, Anisa selalu membalas chat dan menerima telepon darinya.Anisa memperbaiki bajunya ag
"Aku tahu kamu pasti mau jemput ibu kamu ya," ujar Linda kepada Andini. "Kamu kenal dia Lin?" tanya Tanti pada Linda."Kenal lah," jawab Linda."Kamu Andini kan? Brand Ambassador brand kosmetik yang sedang viral," tanya Tanti pada Andini.Andini hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Tanti."Brand Ambassador? Nggak mungkin lah," ujar Linda tidak percaya."Iya Lin. Ada kosmetik produk baru, kualitasnya bagus dan harganya sangat ramah di kantong. Aku juga pakai semua produknya," ujar Tanti. "Yang kemarin aku pinjamkan ke kamu itu loh. Nah itu produknya.""Produknya memang bagus sih, tapi kalau Ambassadornya Andini, aku nggak percaya," ucap Linda."Maaf, kalau kalian masih ingin berdebat, silahkan lanjutkan. Aku permisi dulu ya," ucap Andini kemudian berjalan meninggalkan dua wanita tersebut."Eh tunggu Andini!" panggil Linda. Wanita itu belum puas, kalau belum
"Linda, kamu kerja bagian dapur ya," ujar Andi tiba-tiba.Robi yang juga sedang makan cemilan sambil menonton televisi, langsung menoleh ke arah Andi dan Linda secara gantian."Bukannya kamu bagian melayani pelanggan?" tanya Robi ke istrinya."I-iya, aku bagian melayani pelanggan," jawab Linda gugup."Tapi tadi aku kesitu, nggak lihat kamu bawa makanan antar ke pelanggan, Lin. Jadi aku kira kamu bagian dapur," ujar Andi."Kamu ke warung jam berapa?" tanya Linda."Jam makan siang," jawab Andi."Oh, kalau siang hari aku di tugaskan belanja ke luar. Makanya kalau ke warung siang, ya nggak ketemu sama aku," ujar Linda mengarang cerita."Mbak Ratna juga kerja disitu Lin?" tanya Andi."Mbak Ratna?" tanya Linda balik. Linda jadi teringat saat dirinya mendaftar, Linda bertemu dengan Andini. Mungkinkah saat itu Andini mendaftarkan untuk ibunya.p"Iya, Mb
Tahun ini juga, Athala masuk sekolah. Andini sengaja memasukkan Athala ke sekolah fullday, karena ibunya sibuk di warung barunya.Setiap pagi, Andini berangkat sekolah sambil mengantarkan Athala ke sekolahnya. Ketika Andini mengantarkan Athala, tiba-tiba saja ban motornya kempes. Andini terpaksa menghentikan motornya dan menepi."Kenapa Kak?""Motornya bocor dek," jawab Andini. "Mana Kakak nggak tahu bengkelnya dimana.""Kita tuntun aja yuk Kak.”"Athala berdiri saja di depan. Biar Kakak aja yang menuntun motornya," ucap Andini meminta adiknya agar tetap berdiri di depan.Saat Andini sedang menuntun motor, tiba-tiba terdengar suara klakson motor. Ternyata Rio yang berboncengan dengan temannya."Motornya kenapa Andini?" tanya Rio berhenti tepat disamping Andini."Ban nya bocor," jawab Andini. "Kira-kira yang ada bengkel dimana ya?""Bengkel jauh
"Mamahku ternyata tadi meneleponku banyak kali," ucap Firda yang baru membuka ponselnya. "Terus gimana? Nanti kamu di marahi apa gimana?" tanya salah satu teman Firda.“Oh my God, tadi kan aku pesankan gojek untuk Mamahku. Aku kira sudah berhasil, ternyata di cancel sama driver ojek online nya.""Ih kamu gimana sih Fir, nggak di cek lagi. Terus nasib Mamah kamu gimana?”Firda terdiam, ia pun memikirkan mamahnya. Kalau gojeknya tidak datang, terus bagaimana mamahnya pulang. Apa mamahnya masih menunggu gojek sampai sekarang?Firda mencoba menelepon Mamahnya, tapi nggak di angkat. Berkali-kali Firda mencobanya, tapi tetap saja nggak diangkat. "Nggak diangkat.""Mungkin Mamah kamu sudah pulang, dan sedang istirahat. Kalau masih di tempat tadi, pastinya diangkat.""Iya juga sih. Masa iya, Mamahku menunggu selama itu. Pastinya sudah pulang lah," ucap Firda kemudian memasukkan ponsel ke dalam
"Bisa nggak sih kalian kalau ngomong itu yang baik-baik?" tanya Andini kemudian turun dari motornya. "Kenapa mulut kalian itu mudah sekali bicara yang jelek-jelek? Atau memang ajaran ibu kalian seperti itu?""Maksud kamu apa? Kamu menghina ibuku?" tanya Linda."Loh, aku kan cuma tanya. Memangnya salah?" tanya Andini. "Memang kalian satu keluarga begitu kan? Setiap bertemu denganku dan ibuku selalu menghina. Padahal kita sudah tidak satu rumah lagi, tapi kalian tetap saja mengganggu kami.""Memang kalian pantas untuk dihina. Kalian kan maling uang ibuku!”"Maling uang ibumu? Anda yakin yang maling uang nenek itu ibuku, bukan suamimu?" tanya Adini dengan senyum tipis."Kamu menuduh suamiku yang mencuri? Dasar anak nggak tau malu!" Linda hendak menampar Andini, namun Andini segera menampik tangan Linda."Kamu mau menamparku? Atas dasar apa? Memangnya kamu yang memberi makan aku, atau kamu yang membiayai sekolahku?" tanya Andini melepaskan tangan Linda dengan keras."Kamu memang sama kura