Share

Bab 46

Author: HierzhaThree
last update Last Updated: 2025-06-14 11:00:30

Setelah Andini pulang, Bu Rodhiah meminta semua anak-anaknya berkumpul di ruang tamu. Suasana terasa tegang. Tidak ada yang berani bersuara, hanya suara napas dan detak jam dinding yang terdengar jelas. Wajah Bu Rodhiah tampak tegang, matanya menyapu satu per satu orang di hadapannya dengan sorot penuh kekecewaan.

"Semuanya duduk!" perintahnya tegas. Napasnya terdengar memburu. Wanita itu sudah menahan amarahnya sejak tadi.

Tanpa membantah, semua orang menuruti perintah itu. Anak-anaknya, menantu-menantunya, merasakan ketegangan yang memenuhi ruangan.

Bu Rodhiah menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap Linda tajam. Suaranya parau ketika berbicara, mencerminkan luka yang teramat dalam.

"Linda, Ibu nggak pernah menyangka kamu akan seberani ini mencuri sertifikat rumah. Memangnya Ibu pernah ajarin kamu mencuri?" tanya Bu Rodhiah dengan tatapan yang sulit diartikan.

Linda menunduk dalam, air matanya terus menet
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 51

    "Bu, mulai minggu depan aku pulangnya sore. Ada les tambahan di sekolah," cerita Andini sambil menggigit bolunya.“Sudah mulai les ya.”“Iya Bu. Untuk menghadapi try out pertama.”Ratna menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengelap meja. "Terus, yang jemput Athala siapa?" tanyanya dengan nada khawatir.Andini menghela napas pelan. "Itu dia, Bu. Kalau aku jemput, pasti telat terus. Kasihan Athala kalau harus nunggu lama."Athala, yang mendengar percakapan itu, langsung menyahut tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas gambarnya. "Jangan telat terus, Kak. Aku jadi nggak ada temannya kalau nunggu lama."Andini tersenyum kecil. "Terus gimana dong? Mau minta tolong siapa?""Minta tolong Kak Rio aja, Kak," usul Athala polos.Andini terdiam sejenak, mempertimbangkan. "Oh ya, Rio. Dia mau nggak ya?""Dicoba aja, Kak," sambung Ratna. "Besok kamu tanya dia. Kalau dia bisa, kan masalah selesai."Sejenak, suasana dapur sunyi. Hanya terdengar bunyi langkah kecil Athala yang kembali ke kurs

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 50

    "Maaf, Lin. Aku," ucapan Robi terhenti ketika Linda memotongnya tajam."Kamu apa? Kamu pakai uang itu buat judi, kan?" "Nggak, Lin. Sumpah, aku nggak," Robi berusaha membantah.Linda tertawa sinis. "Nggak, ya? Aku sengaja nggak ganti password biar tahu siapa yang sering buka ponselku. Dan ternyata, orang itu suamiku sendiri. Kamu pikir aku nggak tahu?""Terus siapa Hendri?" tanya Linda tiba-tiba, nadanya penuh selidik."Hendri itu cuma teman, Lin," jawab Robi."Teman? Jadi kamu transfer uangku ke temanmu? Kamu gila!" Linda mendengus marah. "Aku banting tulang kerja setiap hari, uangnya malah kamu kasih ke orang lain!""Bukan gitu, Lin. Hendri cuma perantara. Uangnya aku yang pakai, kok.""Kamu pakai uang itu buat apa? Jawab, Mas! Buat judi, kan?" Linda semakin emosi."Bukan, Lin. Aku nggak judi," Robi mengelak lagi.Linda sudah di ujung kesabaran. Dia meraih bingkai foto di meja dan melemparkannya ke lantai.Prang! Kaca pecah berhamburan."Linda, jangan ribut! Kalau orang rumah denga

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 49

    "Eh, enak aja sesuka hati kalian mau buka tas saya!" sergah Linda dengan nada tajam, tangannya refleks melindungi tas yang sedang dibahas.Andini menatap Linda tanpa gentar. "Bu, makanan yang ibu pesan dan teman ibu pesan itu dimasak bersamaan. Bumbunya sama, bahan-bahannya sama. Mustahil punya teman ibu rasanya enak, sementara punya ibu asin," ujar Andini dengan tegas, meski tetap menjaga sopan santun. "Kalau ibu datang ke sini hanya untuk membuat onar, maaf, saya nggak bisa diam. Semua pelanggan di sini sudah mendengar keributan ini. Saya harus menyelesaikannya."Sambil mengarahkan pandangannya ke Rena, Andini menegaskan, "Buka tasnya, Mbak Rena."Rena menoleh ke Linda, mencoba tetap sopan. "Maaf ya, Bu, boleh saya pinjam tasnya sebentar?""Nggak mau!" jawab Linda dengan nada tinggi, matanya menyipit penuh perlawanan."Kasih saja lah. Semua orang di sini udah ngelihatin kita," bisik Tanti yang duduk di depan Linda."Tapi, Tan—" Linda terdiam, kalimatnya terputus."Kalau memang ibu n

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 48

    Linda diliputi amarah. Andini telah menghancurkan segalanya, membongkar rahasia yang selama ini ia jaga dengan susah payah. Namun, bukan hanya Andini yang menjadi sasaran dendamnya. Anisa, kakak iparnya, juga telah mengkhianatinya dengan membuka mulut.Sejak kejadian itu, Linda lebih sering mengurung diri di kamar. Ia tak lagi duduk di depan televisi seperti biasa, menghindari tatapan dan bisikan sinis dari anggota keluarga lainnya. Rasa malu dan takut disindir membuatnya enggan berlama-lama di ruang keluarga.Pagi itu, saat hendak berangkat kerja, Linda berpapasan dengan Anisa di depan pintu. Keduanya jarang bertemu belakangan ini, karena Anisa yang juga lebih sering di kamar dan Linda juga sama, akhir-akhir ini lebih suka menyendiri di kamar."Mau berangkat, Lin?" tanya Anisa dengan ragu, mencoba berbasa-basi.Linda menatapnya tajam, ekspresinya penuh kemarahan. "Jangan sok akrab, Mbak! Kamu sudah ingkar janji." Suaranya ding

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 47

    Satu per satu anggota keluarga meninggalkan ruang tamu, meninggalkan Linda seorang diri. Air matanya masih mengalir, hatinya terasa hancur setelah dihujani hinaan dan tuduhan yang tidak pernah ia bayangkan. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya, meskipun sia-sia. Dengan langkah lemas, ia menyeret kakinya menuju kamar.Di dalam kamar, Robi sedang duduk bersandar di kepala ranjang, matanya fokus pada layar ponsel seolah tidak peduli dengan apa yang baru saja terjadi di luar. Linda masuk tanpa mengucapkan sepatah kata pun, langsung membuang tubuhnya ke kasur dan membelakangi suaminya. Ia terlalu lelah, terlalu marah untuk sekadar menatap wajah pria itu.Tiba-tiba, ia merasakan sentuhan di bahunya. Linda tetap diam, tidak bereaksi. Ia tahu siapa yang menyentuhnya, tapi hatinya terlalu panas untuk menerima belas kasih dari orang yang justru telah menghancurkannya."Sayang, maafkan aku, ya?" suara Robi terdengar lembut, tapi bagi

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 46

    Setelah Andini pulang, Bu Rodhiah meminta semua anak-anaknya berkumpul di ruang tamu. Suasana terasa tegang. Tidak ada yang berani bersuara, hanya suara napas dan detak jam dinding yang terdengar jelas. Wajah Bu Rodhiah tampak tegang, matanya menyapu satu per satu orang di hadapannya dengan sorot penuh kekecewaan."Semuanya duduk!" perintahnya tegas. Napasnya terdengar memburu. Wanita itu sudah menahan amarahnya sejak tadi.Tanpa membantah, semua orang menuruti perintah itu. Anak-anaknya, menantu-menantunya, merasakan ketegangan yang memenuhi ruangan.Bu Rodhiah menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap Linda tajam. Suaranya parau ketika berbicara, mencerminkan luka yang teramat dalam."Linda, Ibu nggak pernah menyangka kamu akan seberani ini mencuri sertifikat rumah. Memangnya Ibu pernah ajarin kamu mencuri?" tanya Bu Rodhiah dengan tatapan yang sulit diartikan.Linda menunduk dalam, air matanya terus menet

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status