Share

Bab 7

Kuputuskan mendobrak pintu kamar. Tak ada cara lain. Kuulangi berkali-kali mendobrak dengan bahuku seperti kesetanan hingga akhirnya,

Braak!

Pintu terbuka.

Seketika aku bergeming dari tempatku berdiri, mematung setelah apa yang kulihat. Mataku membulat. Lututku lemas bak tak bertulang. Tak terasa butiran embun di netraku seperti berkaca-kaca.

Akhirnya, tubuh ini ambruk di atas lantai dalam keadaan berlutut.

Apa yang terjadi denganmu sayang?

Luna, aku tak bisa hidup tanpamu, Lun!

Kupaksakan kaki ini bangkit kemudian mendekatinya, "Luna, ini aku sayang. Kau baik-baik saja kan?"

Luna masih meringkuk di atas tempat tidur sambil memeluk kedua lututnya seperti ketakutan. Kenapa jadi seperti ini sama Luna-ku.

"Luna ... sadar, Lun." Segera kumemeluknya.

"Ga!"

"Iya, ini aku, sayang!"

Hatiku merasakan damai saat ia berada dalam dekapanku. Seminggu tidak mendengar sapaannya terasa lama sekali. Tak akan kubiarkan Luna terlalu lama seperti ini.

**

Setelah Kunjungan kami ke psikiater b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status