Bab 34 Zorah dan Arza
Sementara itu di sebuah rumah Arza terlihat sedang bercengkrama bersama Zorah.
"Aku tidak menyangka Nadine akan tega berbuat seperti ini."
"Maksud Mas?"
"Ya Aku tidak menyangka saja dia mampu menduakan aku di belakang. Berani bermain api. Dia menghianati ku Zorah. Foto-fotonya bersama pengacara Ricardo yang kau berikan tadi, membuatku sangat yakin mereka berdua pasti mempunyai ikatan khusus."
Zorah menghela nafas panjang. Sesungguhnya dia tidak suka mendengar kekesalan Arza tersebut terhadap Nadine. Karena nampaknya Arza terluka oleh foto-foto Nadine bersama Pak Ricardo yang ia berikan tadi. Ya memang Zorahh yang memotret mereka yang sedang keluar dari area perkantoran secara berbareng
Bab 35 Tidak Mengakui Darah Daging Sendiri Sebelum Arza ingin menemui Nadine besok, ia merasa harus menyiapkan mental terlebih dahulu. Mungkin besok dia akan langsung mengutarakan niatnya ingin menceraikan Nadine. Dan juga sekaligus memberitahu kepada Nadine soal Zorah yang sesungguhnya. Dinginnya udara malam tidak membuat Arza beranjak dari teras. Ia masih memikirkan rencananya yang ingin menceraikan Nadine. Namun pikirannya tidak hanya terpaku pada niatnya yang ingin berpisah. Namun masih ada beberapa pertanyaan yang menghantui. Salah satunya adalah perkataan Zorah yang mencurigai jika kemungkinan Davin dan Divan bukan anak kandungnya. Kecurigaan itu terus saja mengusik pikiran Arza. Ia berpikir, kenapa ia tidak menyadari perbuatan buruk Nadine yang berselingkuh di
Bab 36 Kejutan Pertama Buat Arza Di sebuah restauran mewah, dua orang tengah bercengkrama dengan raut muka sumringah. Seperti biasa mereka memesan masakan mahal nan mewah. "Nggak sabar rasanya ingin lihat ekspresi Nadine nanti." Zorah memicingkan mata. "Hahaa palingan perempuan itu cuma nangis." Arza menyeringai. "Apakah Nadine ada dirumah? Pastikan dulu, mas. Dia ada di rumah atau tidak." "Sebentar, sayang. Mas akan menghubungi Nadine terlebih dahulu." Arza berkata seraya mengangkat ponsel miliknya. Zorah mengangguk. "Haloo... Nadine Apakah kamu ada di rumah?" "Ya saya di rumah." Jawab Nadine cepat dari seberang telepon. "Hari ini aku
Bab 37 Malu "Apa semua ini sudah menjadi keputusan bulatmu?" Tanya Ayahnya Nadine. Memang Nadine sengaja menyambangi orang tuanya untuk memberitahu masalah perceraiannya dengan Arza. Nggak etis juga kan apabila berjarak tidak memberitahu kepada kedua orang tua. "Apakah kamu sudah menimbang matang-matang baik buruknya nak?" Ibunya juga ikut menimpali. "Insyaallah Nadine tidak akan menyesal. Karena jalan ini adalah yang terbaik. Nadine tidak sanggup Bu apabila terus berhadapan dengan Arza yang sudah terang-terangan menghianati Nadine." Dengan segala bukti yang disodorkan oleh Nadine kedua orangtuanya tidak bisa menyalahkan keputusan yang telah Nadine ambil. Nadine memperlihatkan bukti tersebut bukan dengan maksud apa-apa melainkan untuk member
Bab 38 Mencari Uang Yang Hilang Arza tidak habis pikir mengapa semua ini bisa terjadi pada rekeningnya. Mengapa jumlah saldonya hilang entah kemana? "Ini pasti ada yang tidak beres. Pasti ada seseorang yang mengambil uangnya. Tapi siapa. Siapa yang mengambil uang yang begitu banyak." Arza berpikir keras. "Apakah Zorah? Bukankah kartudebitku lama berada di tangannya. Ya mungkin saja dia? Tapi bagaimana caraku untuk menanyakan kecurigaan ini padanya." Arza masih saja terpekur di dalam mobil. Sedangkan Zorah entah kemana. Sejak kejadian memalukan di depan meja kasir tadi, perempuan itu malah menghilang. Dengan berusaha menenangkan dirinya sendiri, Arza memutar haluan mobil. Mobil berjalan pelan menuju ke kediaman Zorah. &nbs
Bab 39 Kecurangan Arza "Maaf Pak Arza, kami tidak menemukan kan jenis transaksi mencurigakan dari segi manapun. Yang kami temukan adalah transaksi biasa yang normal dan wajar, keseluruhannya dilakukan oleh bapak sendiri. Tidak di temukan adanya tindakan menyimpang. Atau semua itu diakibatkan oleh kecerobohan bapak sendiri. Segala sesuatu yang disebabkan oleh kecerobohan nasabah, pihak bank tidak bisa bertanggung jawab." Arza lemas mendengar penjelasan dari pihak bank. "Bagaimana sekarang kemana uang uang itu? Kalau begini bagaimana caranya aku bisa menikah Zorah?" Arza membatin dalam hati. Mukanya kuyu. Dengan lemas Arza melangkah meninggalkan Bank. Padahal tadi dia menaruh banyak harapan pihak bank akan membantunya. Namun apa daya sepertinya uang itu sudah bukan rezekinya lagi.
Bab 40 Rumah Yang Zorah Miliki itu... Wah banyak sekali mas, uangnya... Ini mah lebih dari cukup untuk biaya pernikahan kita. Memang mas ini calon suami yang bisa aku andalkan. Piawai sekali dalam membahagiakan anak dan istri. Sayang sekali Nadine melepaskanmu secara cuma-cuma. Eh ngomong-ngomong dari mana Mas ngambil uang sebanyak itu." Zorah penasaran. "Idih tidak usah tanya deh dari mana. Yang penting sekarang kamu bisa membeli apapun yang kamu suka. Dan juga untuk Debbie anak kita. aku tidak bisa melepaskan tanggung jawabku terhadap Debby karena walau bagaimanapun Dia adalah anak kandung ku. Cukuplah beberapa tahun lalu Ramon mengambil alih peran ku sebagai ayah kandung Debbie. Dia mau mengakui anakku sebagai anaknya. Tapi beruntung juga ada Ramon, laki-laki bodoh itu mau menutupi aibku." Ujar Arza. "Salah Mas dulu tidak mau menikahiku, Untung sa
Bab 41Pertemuan Dengan Zorah Nadine duduk di taman samping rumahnya. Sambil menikmati biskuit favorit bersama kedua anak kembarnya. Sesekali Davin dan Divan bercanda ria membuat senyum Nadine mengembang menyaksikan kebahagiaan mereka. "Anak-anak tampak baik-baik saja nduuk, tanpa kehadiran nak Arza." Celetuk mbok Jum. Ya, memang Nadine membawa serta perempuan yang telah lama bekerja dengannya itu kerumah barunya. "Iya mbok. Syukur mereka tidak terlalu sering menanyakan perihal Arza." Nadine melirik jam mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Nak, sekarang sudah waktunya untuk tidur siang. Ayo buruan." Ujar Nadine. Kedua bocah yang tengah bermain itu sontak menoleh dengan cemberut. "Ma, nanti saja tidur sian
Bab 42 Mendesak Zorah Nadine menatap mata Zorah dengan tajam. "Zorah kau boleh memilih dua hal, yang pertama, kau meninggalkan rumah itu, lalu menyerahkan sertifikatnya padaku, dan mengurus hal-hal yang berkaitan secara damai. Atau kau memilih pilihan yang kedua, menyelesaikan semua ini di pengadilan. Di pengadilan nanti aku akan menuntutmu." "Kenapa harus bertindak seperti ini Nadine?" "Karena kau sudah membohongi kami sekeluarga. Aku tidak terima perbuatanmu." "Atas alasan Apa kau mau menuntutku?" "Cukup banyak hal yang bisa ku jadikan alasan untuk menuntutmu. Salah satunya sudah kubilang tadi, kamu membohongi keluarga kami atas status Debbie yang sebenarnya, lalu melalui rekaman pembicaraanmu dan Arza, kamu seperti bersyukur dengan kematian kakakku, lalu kau bersekongkol dengan Arza. Aku su