Ia memotret makanannya menggunakan ponsel. dengan senyum tersungging dibibirnya.
Lalu mengirim foto tersebut kepada sahabatnya Misami.“Bagaimana?aku sudah pandai memasak! rasanya enak sekali!” Alesya membanggakan diri lalu mengirimnya.****
Aidan sedang mengetik pekerjaan yang diberi bos satu devisi dengannya, yaitu Morin klexin Ia adalah wanita lajang, berawakan tinggi putih, dan memiliki wajah kebulekan. Dia lebih tua tiga tahun dari Aidan.
Ia selalu saja menyuruh Aidan mengerjakan sesuatu, dan selalu saja menggodanya dengan perkataan yang membuat jantung berdebar.
Aidan sudah selesai mengerjakan tugas yang diberi Morin, dan terlihat sudah hari semakin gelap, ia kelelahan lalu berselonjoran dikursinya .
“Apa kau mau, makan malam berdua?”
Aidan tersentak dari bangkunya, ternyata orang yang memanggilnya adalah bosnya Morin. “Eh tidak saya makan dirumah saja.”Timpal Aidan. Jawabnya.Morin mencoba memaksa halus Aidan. Dengan menggodanya seraya berkata
“Bos mu mengajak makan, tapi malah menolaknya!!menyebalkan sekali!.”Mori mengerucutkan mulutnya. Ke arah samping dengan melipatkan kedua tangannya.
Aidan yang tidak ingin berpikiran sempit. Lalu menyetujui permintaan Morin dengan
terpaksa.Aidan membereskan segala peralatan kerjanya dengan cepat. Lalu ketika ia turun dari tangga pintu masuk, Morin sudah menunggunya dimobil yang dia kenakan.
Aidan berjalan seraya menghembuskan nafasnya secara perlahan.
“Aku akan menggunakan mobilku sendiri, kau bisa duluan.”Usul Aidan sembari melihat jam tangannya.“Naik saja! Aku akan mengantarkan kembali untuk menjemput mobilmu.” Ia meyakinkan Aidan sambil tersenyum.
Aidan mau tidak mau harus menuruti perkataan bosnya, karena ia tidak ingin menyinggung lagi.
Aidan masuk ke dalam mobil bosnya, dengan tersenyum canggung.
“Padahal aku mengajakmu makan!! bukan mengajakmu makan racun!” Morin tersenyum geli sambil menginjak gasnya.****
Alesya sedang duduk diruang meja rias, Ia sedang berdandan. Temannya Misami mengajak Alesya bersenang-senang.
Alesya dengan senang hati setuju. karena Ia juga, ingin mencari hiburan diluar sana.Alesya bergegas mengenakan pakaiannya dengan gaya kasual. Lalu ia melihat kearah cermin dengan tatapan gembira.
Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ia lalu memeriksa isi ponselnya, yang ternyata itu pesan dari temannya Misami. Bahwa dia telah sampai dan sedang menunggu diluar. dengan sedikit menambahkan lipstik dibibirnya Alesya pun beranjak pergi.
"Mau kemana kita? " Tanya Alesya yang sedang memasang sabuk pengamannya.
"Tentu saja kelab malam." Ucap Misami dengan menangangkat tangannya dengan bersorak semangat, lalu ia mulai mengendarai mobilnya.Setelah mobil sampai dan berhenti, bukannya berhenti ditempat kelab malam. Misami malah menyinggahkan ketempat Kafe , yang sedang terkenal akhir-akhir ini karena Kafe tersebut sering di datangi para tamu sepasang kekasih yang tengah kencan.
“Kau yakin! ini tempat yang kita datangi.?” Alesya tampak kebingungan, lalu Misami tersenyum malu bahwa ia sedang kelaparan dan tidak punya energi untuk bersenang-senang.Alesya hanya tertawa kecil. Ia mengejek Misami " Berat badan mu bahkan tidak bertambah ketika makan."
"Kau tidak tahu saja, aku sudah naik tiga ons." Ejek Misami yang menjulurkan lidahnya kearah Alesya.
Alesya tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya tertawa sembari membuka pintu mobil.
Mereka berdua sedang bercerita , sambil Menuju tempat makan tersebut.
“Kau harus bergembira di kelab nanti!!”Ujar Misami yang tampak perhatian kepada Alesya."Ok nyonya!!!" Jawab Alesya yang mengundang gelak tawa mereka.
Saat ketika hendak melangkah lagi, Misami terhenti, karena dia mendapatkan panggilan telepon. Lalu menyuruh Alesya memesan duluan, Ia akan berbicara selama lima menit.
"Baiklah aku duluan!!jangan lama oke? ." Ucap Alesya. dengan senyum manisnya, lalu berjalan kearah pintu masuk restoran.Kala ia hendak membuka pintu kaca restoran. Ia melihat penampakan yang membuat darahnya berdesir dengan cepat. Ia terpelongo sebentar, Ia mendapati Aidan sedang makan malam, dengan perempuan cantik, dan mereka kelihatan memegang tangan satu sama lain.
Batin Alesya mulai berkecamuk. lalu dengan cepat-cepat menutup kembali pintu yang yang ia pegang, sebelum Aidan melihatnya seperti badut, yang sedang memergokinya bermesraan dengan orang lain.
Alesya kembali, Ia berjalan melamun dan bahkan tidak mendengar Misami memanggilnya.
“Sya kenapa tidak masuk!?”
Alesya tidak menjawab sama sekali. Misami ingin menyadarkan Alesya ia memegang pundak Alesya lalu menggoyangnya dengan lembut. “Sya!!!apa terjadi sesuatu?”Lamunan Alesya pun tersadar, Ia menatap Misami dengan bingung.
Dan mencoba mengubah ekspresinya agar Misami tidak mengetahui apa yang telah ia lihat. Karena Misami hanya tahu kalau Alesya dan Aidan sama-sama sudah tidak punya perasaan satu sama lain. Ia takut Misami akan salah paham, jika Aidan menceraikannya karena wanita lain. Bisa-bisa Misami mengamuk dan memukul Aidan dengan wanita itu.“Kau ini!! kenapa kita harus makan tempat seperti itu, aku sangat cemburu melihat pasangan yang sedang bermesraan.”
Itu hanyalah alasan Alesya, agar tidak jadi makan di tempat itu.“Tapi kan, makanan disini sangat enak.” Timpal Misami, yang tampak sedang membujuk Alesya, agar tetap makan di tempat itu.
Alesya dengan senyum manis mendorong pundak Misami langkah demi langkah hingga sampai ketempat parkir. " Kita cari tempat lain saja!." Dengan terpaksa Misami mengikuti kemauan Alesya.
***
“Apa kau sedang ada masalah? Kelihatannya kau sering melamun!” Morin Mengererenyitkan alisnya kepada Aidan yang ada didepannya.
Dan ia juga memegang tangan Aidan dengan penuh kekwhatiran.
Aidan yang tampak terkejut tangannya sedang dipegang Morin, mencoba menepis dengan lembut.Morin jelas dipelupuk matanya terlihat kaget, atas reaksi yang diberikan Aidan, dia lantas menggoda Aidan seraya berkata.
“Kau ini sangat polos ya! Padahal sudah memiliki istri! Jangan berpikiran berlebihan aku hanya menyemangatimu.” Timpal Morin yang sedang mengambil minumnya. Aidan dengan tegas mengatakan. “Aku hanya tidak ingin! orang yang melihat kita berpikiran aneh-aneh.”“Termasuk isterimu?” Yang langsung disambung Morin tanpa jeda, hingg membuat Aidan mematung. terlihat jelas ia tidak ingin menjawab pertanyaan Morin. "Aku hanya bercanda." Morin mencoba berhenti menggoda Aidan, lalu ia tertawa kecil melihat raut wajah Aidan. Aidan mencoba ikut tertawa, tapi tertawanya terlihat aneh dan kaku namun dimata Morin itu sangat menggemaskan. ***Selepas mengenyangkan perut, dengan tempat makanan, yang dipilih sendiri oleh Alesya. Mereka kembali bersenang-senang dengan minum di ruangan bar yang terlihat banyak sekali orang-orang yang sudah sempoyongan.Kebetulan sekali Misami memiliki teman lelaki yang sudah menunggu Yaitu Viano Grey dan Dino Foster. Mereka bersama dua wanita berpakaian menggoda tampak kedua wanita itu sedang berselonjotan, dipangkuan dua laki-laki tersebut.
“Kalian ini dasar buaya!!! kenalin nih temanku namanya Alesya.” Ujarnya sambil duduk yang disusul Alesya, Mereka duduk berdampilan.
“Panggil saja Grey.”Kata Pria tampan itu, dengan cuek. Padahal perempuan disampingnya berjerih payah untuk mencari perhatian. Namun ia kelihatan risih, dan mendorong perempuan tersebut, sambil mengibaskan pakaian yang sedang dia kenakan. Dino juga menyuruh perempuan disampingnya agar pergi sebentar.
“Dino Foster, salam kenal gadis cantik!" Lalu ia berdiri memegang serta Mencium tangan Alesya dengan senyuman menggoda.Alesya buru-buru menarik tangannya, ia tampak geli atas perilaku Dino.“Sembarang cium.” Misami menoyor kepala Dino dengan tangannya. Dino kelihatan bersemangat ia mengambil Wine dan menaruhnya digelas kosong.“Mau minum?” Menawarkan kepada Alesya.Alesya tanpa menunggu lama, Langsung mengambil gelas yang diberi Dino, meneguknya hingga tandas."Wow.wow..Tunggu!! kau kehausan?" Heboh Dino yang Kaget. Hingga suaranya menembus ketelinga Grey."Berisik Mau kuhajar!?"Hardik Grey yang risih.“Tenang..Tenang!! Bagaimana, kalau kita memainkan permainan?” Usul Misami yang langsung di setujui Dino. Hanya Alesya dan Grey tidak menjawab.“Kalian ini, memang mirip! Ayolah hari ini saja kita bersenang-senang.” Dino merengek sambil
Alesya menghempaskan tubuh Aidan Ketempat tidur dengan galak, “Pantas saja dia ingin sekali bercerai.” Alesya tersenyum kecut, saat menatap wajah Aidan yang tertidur pulas.Ia juga memastikan bahwa Aidan tidak kedinginan lalu mengambil selimut dan melekatkan ketubuhnya.Alesya tidak bisa tidur, kelihatan pikirannya sedang bercabang, ia teringat Kenangan sewaktu pertama kali Aidan melamarnya yang sangat melekat dipikirannya.Sewaktu itu, ketika mereka berada dikapal menuju pulau terpencil, Aidan berpura-pura tenggelam dari kapal, semua orang berekting panik berusaha mencari Aidan. Hanya Alesya sendiri yang tidak tahu, bahwa itu hanyalah kebohongan belaka.Disaat Aidan dinyatakan tidak dapat ditemukan, Alesya tertunduk lemas ia berteriak Histeris, juga menangis terisak.Lalu Mereka sepakat kembali, agar tim penyelamat yang akan mencari. Alesya yang hanya tertunduk saat kapal berjalan, tidak tahu Bahwa mereka berhenti di sebuah
“Bagaimana? tentang orang tua ku yang menginap, aku tidak ingin mereka tahu bahwa kita ingin bercerai” sambungnya lagi. Namun Alesya sudah sangat dikejar waktu lalu ia segera mengambil tasnya. “Nanti kita bicarakan, ketika aku pulang!” balas Alesya tergesa-gesa sembari menutup pintu dengan rapat. "Kan...selalu saja begitu!" celetuknya setengah kesal. Flashback. Aidan jadi teringat, disaat mereka baru menikah. Saat umur pernikahan mereka masih lima bulan, waktu dipagi hari, Alesya menyiapkan segela keperluan Aidan dari makanan hingga pakaian. Padahal saat itu mereka sudah mempunyai pembantu. Alesya membantu memakaikan dasi Aidan dengan senyum manis, “Aku ingin bekerja di perusahaan Desain grafis! apakah boleh?” tanya Alesya dengan senyum manis, agar disetujui. “Aku tidak ingin kau kelelahan! jadi tidak boleh, biarkan aku saja yang memenuhi segala kebutuhan isteriku yang manis ini,” ucapnya dengan lembut, sembari memeluk Alesya dengan penuh kehangatan. Aidan tersenyum kecut sa
Aidan tampak tersenyum mendengar perkataan yang terlontar dari Alesya. Ia pun mulai berpikir bahwa Aidan sangat setuju apa yang telah dikatakannya. “Oh.. Teman ya, kenalin saya bos Devisi Aidan panggil saja morin!” ucapnya seraya mengulurkan tangannya, dengan senyum ramah. “Saya Alesya Keiko! biasa dipanggil Alesya.” Sambungnya menjabat tangan yang telah diulurkan Morin dengan senyum sedikit kaku. Tiba-tiba Aidan menerima telepon dari teman kantornya, “Baiklah saya akan segera kesana!” jawabnya tanpa terdengar suara dari sipenelpon. “Ada apa?” tanya Morin langsung. “Ini, Zelius menyuruh segera kekantor sebab, ada urusan yang harus ditangani!” balasnya menatap Morin. Alesya yang menyaksikan mereka sedang mengobrol santai, membuat Alesya seperti tidak terlihat diantara mereka. “Kami pergi dulu!” ucapnya kepada Alesya dengan nada datar. Morin yang hanya menunduk dengan senyum ramahnya, ikut berpamitan kepada Alesya. Mereka lalu beranjak meninggalkan Alesya. Yang sedang menatap j
Aidan menuju kekamar, ia ingin beristirahat. Namun mendapati Alesya sudah tertidur pulas, "Dia selalu saja, tidur seperti kelinci!" gumam Aidan hingga Senyumnya terpancar seketika. Aidan duduk menyendiri dibalkon, ia mengingat kejadiaan saat dikantor. Bahwa ia akan mendapatkan tugas keluar negeri atas apresiasi proyek yang telah ia kerjakan. Ia berpikir bagaimana akan mengatakannya kepada Alesya. Pagi telah memancarkan cahayanya, Aidan telihat terburu-buru kekantor. Alesya yang masih berbaring ditempat tidur, mendapati dasi yang dikenakan Aidan belum rapi, ia bangkit menghampiri Aidan dengan tampilan acak-acakan, ia menoleh kearah dada Aidan. "Ada apa? Kenapa melihat dadaku!" tanya Aidan kebingungan sembari menutup dadanya. "Badanmu, tolong menunduk sedikit." perintah Alesya setengah mengantuk. Aidan yang seperti terhipnotis, langsung menunduk seketika, dengan wajah yang masih bingung. Alesya merapikan dasi yang dikenakan Aidan, "Kau ini! Masa memakai dasi masih belum bisa j
Hingga spontan Grey menjauhkan ponselnya akibat suara Dino yang menyakitkan telinga. "Kalau tidak ada perlu akan kumatikan!" Respon Grey yang seketika hendak mematikan ponselnya.Dengan cepat Dino mencegah, "Hei tunggusebentar ini penting!" Cegatnya."Aku sibuk! tolong beritahu dalam satu menit." Ancam Grey sebab, ia tahu hal yang dikatakan Dino pasti tidak akan penting."Boy.. Listen to my words oke, begini malam ini, aku mengadakan pesta Halloween, jadi kuharap kau datang menggunakan kos... "Tutttt!!Belum sempat Dino menyambung katanya, Grey dengan tidak berperasaan mematikan ponselnya."Sudah kuduga dia pasti berbicara hal yang tidak penting!" Gerutu Grey sambil menjauhkan Ponsel yang ia pegang.***Alesya ingin keluar sebentar membeli beberapa pakaian untuk kerjanya, dan juga kostum Halloween. Ia tidak sengaja berpapasan dengan Ibu mertuanya, yang kebetulan juga akan pergi bersama
"Aku berjanji! tidak akan membuat sial kepada bosku lagi." Balas Alesya serius, ia juga mengangkat tangannya menghormat kepada Grey. "Kau terlalu overreacting tau ngak?" Ujar Grey seraya menyentil dahi Alesya. Tanpa disadari ia tersenyum atas perilaku Alesya yang menurutnya menarik. Alesya terperangah dengan senyum Grey yang ternyata sangat menyilaukan bagaikan cahaya melintasi kegelapan. "Tidak, sadarlah. Pria yang ada dihadapanmu tetaplah orang kejam, walaupun menawan!" Kata batin Alesya yang mencoba tidak terkecoh. "Aku akan pergi.!" Kata Grey yang sudah berdiri disamping Alesya. Namun Alesya masih terdiam terpaku, "Hei kau dengar tidak?" Tanya Grey, mencoba menyadarkan Alesya. "Kau sadar tidak, Bahwa kau sangat menawan saat tersenyum!" Utara Alesya tanpa sadar, ia menoleh Grey dengan senyum manis. DEG! Tiba-tiba Grey bergeming seketika pipinya perlahan berubah menjadi sedikit merah. "Dasar. Kau pikir aku akan memaafkanmu, setelah berkata seperti itu?" Grey berkelit tidak t
Aidan ingin berdiri agar kelihatan sopan, namun dicegat oleh Morin. “ Santai saja, lanjutkan makanmu!” pinta Morin. Aidan hanya tersenyum dan kembali duduk dengan santai seraya bertanya. “Apa Ibuk butuh sesuatu?” Morin tidak mengindahkan pertanyaan Aidan malahan dia sudah duduk di kursi kosong disamping Aidan. “Tidak, hanya saja aku ingin bersantai,” imbuhnya dengan senyum lebar. Aidan sedikit canggung karena Pria hidung belang yang melewati mereka menatap iri kepada Aidan, bagaimana tidak Morin sungguh sangat cantik. “Kenapa diam saja?” tanya Morin. “Apa jangan-jangan... Aku menganggumu? Lanjutnya kembali. “Eh? Bukan begitu!” sanggah Aidan cepat. Morin terkekeh melihat Aidan yang menanggapi serius. “Kau imut sekali,” lontar Morin spontan. Aidan menanggapi ucapan Morin dengan wajah menunduk malu. “Dia suka sekali bercanda,” gerutu Aidan dengan suara pelan. Dan mereka berakhir dengan makan bersama, hingga jam menunjukkan waktu makan siang telah berlalu. *** Alesya kelelahan ak