Share

Kubiarkan Suamiku Selingkuh, Karena Tidak Ingin Bercerai.
Kubiarkan Suamiku Selingkuh, Karena Tidak Ingin Bercerai.
Penulis: SararrhJ

Kesepakatan Suami Isteri

Setelah pernikahan selama tiga tahun 

Aidan merasakan kehampaan yang

sangat mendalam, ia merasa seperti siput tanpa cangkang sangat jauh berbeda saat 

mereka perpacaran dulu. “Aku sudah muak denganmu!” ucapnya kala itu.

Alesya yang mendengar pun tidak terkejut sama sekali, terlihat ia juga sudah mulai jenuh atas pernikahan mereka, "Aku tidak ingin cerai!" tolaknya nyaris tanpa ekspresi. 

Aidan tampak sangat frustasi. Apa yang didengarnya, padahal Alesya jelas sekali jauh lebih jenuh darinya. Namun kenapa ia menolak? lelaki itu berpikir ini tidak masuk akal. “KAU DENGAR TIDAK!?AKU SUDAH MUAK DAN INGIN CERAI!!!” Aidan lalu meninggikan suaranya agar Alesya mengerti. 

“AKU DENGAR!” Alesya tak kalah meninggikan suaranya dari lelaki itu. 

Aidan menjadi membisu mendengar bentakan itu jadi ia menunduk kesal, kenapa malah dia yang seolah salah disini? padahal rumah tangganya retak akibat sang isteri. 

“Maksudku kita tidak perlu cerai sekarang, dan kau juga tidak perlu menganggap aku ada dirumah ini. Cukup kita menganggap satu sama lain tidak penting.” Alesya memelankan suaranya, lalu perempuan itu membanting pintu rumah dengan kuat, pergi keluar tanpa menghiraukan Aidan. 

Aidan yang sedang kalap melemparkan barang-barang yang ada disekitarnya. 

Alesya Sedang menunggu seseorang di ruangan rumah sakit. Orang itu akhirnya muncul, lalu mereka berbincang satu sama lain. “Apa sudah dicek bagaimana?" ujarnya kepada pria berseragam putih yaitu dokter Kandungan.

Seolah wajahnya menekuk kebawah dan mengambil nafas dalam-dalam. Ia seperti tidak ingin membuka mulut. Alesya sudah mengerti apa yang akan diberitahukan pria itu kepadanya, jadi ia tidak mau mendengarnya lebih lanjut. Dengan sopan ia permisi dan beranjak pergi.

Alesya duduk di persimpangan jalan dekat rambu-rambu lalu lintas. Ia tampak menggelitir jari-jarinya yang kurus sesekali menarik masuk cincin pernikahan mereka. Raut wajahnya seperti benang kusut yang tidak bisa di perbaiki lagi. Ia menengok sekelilingnya tampak pejalan kaki yang lewat melintas. Seperti tidak ada beban dipikiran mereka, seolah Alesya sendiri yang menanggung beban yang berat. Ia terus melamun, seperti tidak ada lagi hal yang dapat ia lakukan. Lalu lamunannya terusik oleh pria yang turun dari mobil, tampak sedang mengelus-ngelus perut istrinya yang tengah hamil tua, mereka berjalan tepat berada di samping Alesya. 

Alesya melemparkan senyum sinis kepada kedua orang itu, seakan ia terlihat aneh di saat pasangan tersebut memperhatikannya dan saling berbisik-bisik. 

Sudah cukup puas menyendiri, Alesya menapakkan kakinya keaspal. Ia sebenarnya enggan sekali untuk pulang, namun ia tidak mempunyai tujuan lagi. Ia tidak ingin pulang kerumah orang tuanya karena takut dicerca. Sebab demi menikah dengan suaminya sekarang, ia membantah orangtuanya sehingga membuat pembatas antara mereka. Dengan langkah kaki yang berat Alesya kembali kerumah, dengan membawa beberapa kudapan. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia berpikiran bahwa Aidan sedang pergi bersama teman-temannya. Tidak ada kejanggalan dihatinya, saat menyantap makanan yang ia beli dengan lahap. Walau Alesya merasa tertekan , ia tetap masih bisa merasakan kelaparan yang hebat hingga tidak bisa menahannya. 

Kreees!

“keripik ini enak sekali! Kue ini juga enak.”

Semua terlihat enak dimatanya.Tiba-tiba Aidan keluar dari kamar mandi yang hanya menggunakan handuk di bawah tubuhnya. 

Alesya mematung, terlihat masih ada sisa makanan melekat dibirnya. Aidan hanya diam ia mengabaikan Alesya dan ingin berganti pakaian. 

“Biasanya kau pergi disaat jam seperti ini?”

tanya Alesya dengan tidak meperdulikan pertengkaran mereka tadi sore. 

Aidan dengan enteng memakan kripik dan juga kue Alesya. “Hari ini mereka tidak datang mejemputku,” kelitnya padahal ia yang tidak ingin pergi karena merasa bersalah telah membentak Alesya. “Mari kita bikin kesepakatan,” usul Aidan yang duduk disofa tepat berhadapan dengan Alesya. 

“Daripada kesepakatan, lebih baik kau memakai pakaianmu terlebih dahulu!” Alesya melempar tubuh setengah telanjang Aidan dengan bantal. 

“Kenapa harus malu? kitakan suami isteri!”

Tidak sengaja kata-kata itu keluar dari mulut Aidan, sehingga membuat mereka berdua membatu. 

“Sudahla lupakan, kesepakatan apa maksudmu?” tanya Alesya sebagai bentuk pengalihan. 

“Kita tidak akan cerai untuk sekarang, tapi ada tiga syarat yang harus dipatuhi dengan mutlak.” Aidan mulai menatap perempuan itu serius. 

Alesya juga mendengar dengan serius perkataan Aidan, lalu ia bertanya, “Beritahu aku apa syaratnya?” Alesya sungguh tidak sabar mendengar perkataan Aidan selanjutnya. 

“Pertama jangan ikut campur urusan pribadi kita, kedua kita boleh mencari pasangan lain, ketiga setelah kita menemukan kebahagiaan masing-masing ayo kita cerai!" imbuhnya tanpa merasa ada beban sedikitpun. 

Senyum Alesya tergelincir saat mendengar hal itu, tidak tahu kenapa dadanya terasa sesak, bukan berarti itu bukan usulan yang bagus, malah itu yang Alesya inginkan. “Baiklah, aku setuju!” terimanya yang tidak ingin dikatain lelaki itu berpikiran sempit. 

Lalu kedua orang itu mengenggam tangan mereka satu sama lain. 

*****

Salah satu alasan keretakan hubungan mereka disebabkan mereka terlalu muda untuk membina rumah tangga, sifat mereka belum dewasa dan kekakanan. Setiap pertengkaran kecil pasti akan menjadi besar. Serta ketidak pedulian mereka satu sama lain saat menginjak ketiga tahun bersama. Benar saja umur mereka pertama kali menikah ialah 18 tahun setelah tamat SMA. Aidan yang mengusulkan pernikahan tersebut agar mereka selalu bersama-sama. 

“Mulai sekarang aku akan tidur dilantai! kau tetap ditempat tidur,” usul Aidan yang disetujui langsung oleh Alesya. 

Mereka beralih ketempat tidur masing-masing dan Aidan sudah berganti pakaian tidur. 

"Selamat tidur!" Ujar Aidan sembari mematikan lampu. 

“Tolong jangan matikan lampu!” sanggah Alesya dengan cepat. 

“Kenapa?” jawab lelaki itu bingung. 

“Karena ini masih jam delapan malam,” jawabnya melirik kearah jam dinding. 

Mereka berdua saling menatap, dan terkekeh sembari menutup mulut menahan tawa yang tidak bisa terbendung. Melihat betapa konyolnya tingkah laku mereka, setelah pertengkaran terjadi. 

“Baiklah, kalau begitu apa mau main game?” usul Aidan agar tidak canggung dan kembali seperti biasanya. 

"Baiklah, kali ini aku akan mengalahkanmu." Alesya duduk dengan semangat. 

Mereka mengambil ponsel masing-masing dan duduk bersampingan. Aidan mencoba memulai permainan, dengan menekan tombol start. Lalu mereka bermain dengan perasaan serius tanpa menghiraukan satu sama lain. 

***

Cahaya pagi mulai menembus masuk ke jendela rumah Aidan, lalu terpampang keadaan suami isteri tersebut dalam keadaan tidur terlentang di tempat tidur. Tanpa ada selimut menghiasi tubuh mereka. 

Aidan Bangun duluan, ia meregangkan seluruh tubuhnya. Mengingat kejadian tadi malam, saat Alesya mencoba memukulnya dengan tangan karena kalah dalam pertarungan yang membuat lelaki itu tersenyum simpul.

Ia mengambil selimut dari dalam lemari. Lalu menutupi badan Alesya dengan melemparkan selimut tanpa perasaan. Aidan mencoba bertingkah selayaknya, tanpa menggunakan perasaan lagi. 

Alesya yang sudah terbangun melihat kesekelilingnya, terlihat Aidan sudah pergi ketempat kerjanya. Ia lalu keruang makan tapi tidak ada satupun tertinggal makanan disana. Ia berpikir dulu mungkin saat mereka saling perhatian Aidan selalu memasakkan makanan atau jika tidak, lelaki itu membeli diluar pasti menyisihkannya untuk Alesya. Namun Alesya tidak perlu berharap itu lagi. Ia menghormati keputusan sang suami karena mungkin dia terlalu muak untuk bersama dengan Alesya. Pada saat itu juga mereka menikah masih muda jadi kemungkinan cinta itu hanya sesaat, dan Alesya menerima itu semua karena tidak juga bisa memberi keturunan untuk Aidan. 

Alesya dengan jemarinya yang lincah memotong-motong sayur dan juga ayam, ia membersihkannya lalu memasukan kepanci secara perlahan untuk dijadikan sup. Kebetulan pembantunya sedang pergi, jadi hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Sembari menunggu ia tengah mencari-cari pekerjaan disitus internet dengan teliti. Pandangannya teralihkan dengan pekerjaan dikantor pusat Design grafis. Ia tertarik dengan gaji dan juga posisinya. “Aku akan segera membuat surat lamaran!” Alesya mengretekkan jemarinya dengan semangat membara. Lalu dengan jemarinya yang lincah mencoba mengetik dengan cepat. Hambatan pun datang setelah ia hampir selesai mengisi data-data dirinya, Sup yang dimasaknya pun meluap menimbulkan suara air yang mengganggu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status