Share

Bab 83 Rentenir Tambun

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2023-07-30 19:12:00

"Heh, wanita tua bangka! Cepat keluar! Aku tahu kau ada di dalam!" seru seorang pria tambun yang tidak lain adalah rentenir yang sering datang ke rumah Bu Sinta.

Bu Sinta yang merasa tersinggung karena dikatai wanita tua itu langsung marah. Bukannya membukakan pintu, wanita paruh baya itu malah pergi ke kamar dan bercermin. Dia melihat wajahnya, memang ada beberapa kerutan di pinggir mata dan juga dahi. Belum lagi di pinggir bibirnya.

"Duh, iya juga. Aku banyak kerutannya. Ini pasti gara-gara memikirkan tentang Raka dan Lusi. Lagian ngapain juga sih anak itu pakai selingkuh segala? Ini kan berefek pada kecantikanku. Ini tidak bisa dibiarkan. Pokoknya aku harus perawatan lagi," papar wanita paruh baya itu, masih menelisik wajahnya sendiri.

Gedoran di pintu membuat Bu Sinta terkesiap. Dia kesal, tapi juga ketakutan jika berhadapan sendiri dengan pria tambun itu. Karena biasanya membawa anak buah yang wajahnya begitu menyeramkan.

"Tua bangka, cepat keluar! Bagaimana dengan hutang-huta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 84 Mencari Jalan Keluar

    "Duh, ini tidak bisa dibiarkan. Bagaimana kalau misalkan rumah ini benar-benar disita oleh si rentenir gendut itu? Bisa-bisa aku tinggal di jalanan. Terus aku kalau ngontrak juga pasti pakai uang. Aku tidak mau mengontrak di tempat yang kumuh," ujar bu Sinta tampak kebingungan. Dia malah mondar-mandir di depan kasurnya sendiri. Wanita paruh baya itu berpikir keras. Bagaimana caranya melunasi utang-utang yang sudah begitu numpuk, 100 juta itu baru pokoknya. Belum lagi bunganya yang entah berapa. Lagi-lagi wanita paruh baya itu merutuki Raka. Harusnya anaknya tidak berbuat masalah. Jadi dia tidak akan pusing sendiri seperti ini. Sekarang mendatangi Lusi pun rasanya tidak mungkin, pasti wanita itu akan mengusirnya dan memberikan makian kepada Bu Sinta. Wanita itu lalu menoleh ke lemari panjang yang ada di pinggirnya, isinya itu tas-tas branded dan juga sepatu yang harganya mahal. Ada setengahnya yang sudah dia jual, itu untuk membiayai kehidupannya sehari-hari sebelum Raka benar-benar

    Last Updated : 2023-07-31
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 85 Perjanjian 10 Poin

    "Memang apa perjanjiannya, Mbak?" tanya Maura akhirnya mengajukan pertanyaan. Dia tidak mungkin terus-terusan penasaran dengan semua yang akan dilakukan Lusi padanya. Gadis itu takut saja kalau misalkan Lusi memberikan perjanjian dan perintah yang membuat dirinya terkekang, mengingat kalau dia sudah berbuat kesalahan. Kemarin-kemarin wanita itu tidak mengatakan apa pun. Lusi menyodorkan sebuah map merah yang berisi selembar kertas. "Bacalah terlebih dahulu. Kalau kamu tidak mengerti, tanyakan," ucap Lusi. Maura pun langsung membaca poin-poin itu, yang ada 10. Awalnya Maura terdiam, karena isinya itu tentang aturan yang harus dilakukan di rumah ini, juga ada batasan serta kebebasan yang diberikan oleh Lusi. "Maksudnya ini aku dibebaskan untuk mengambil pilihan itu, apa ya, Mbak?" Maura membuat Lusi tersenyum, sepertinya adiknya ini memang begitu penasaran. Dia juga sengaja membuat poin itu, ingin tahu sejauh apa Maura punya rasa ingin tahu dan juga kritis terhadap suatu masalah.

    Last Updated : 2023-08-01
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 86 Keseriusan Lusi

    "Kalau kamu sudah mengerti, cepat tanda tangan. Dengan begitu mulai besok kamu akan aku carikan SMA terbaik di sini," ucapnya karena sudah dari tadi Maura hanya diam saja. Tampaknya gadis itu sedang berpikir keras. Entah apalagi yang dipikirkan oleh Maura. Tetapi dia berharap sang gadis tidak berpikir macam-macam, apalagi sampai mengkhianati semua perjanjian ini. "Jika kamu mengingkari perjanjian ini, pilihannya ada dua. Kamu kembalikan uang yang aku berikan untuk menjamin hidupmu atau kamu akan mendekam di penjara seperti Mila." Maura kaget, karena sebelumnya tidak ada hal seperti ini. Namun tampaknya gadis itu tahu kenapa Lusi melakukan hal seperti itu, karena Mila pernah berbuat salah sehingga Lusi memberikan benteng pertahanan agar tidak dikhianati untuk kedua kalinya. "Baiklah, Mbak. Aku setuju, tapi sebelum mendatangani ini, bolehkah aku bertanya sesuatu lagi?" tanya Maura. Sebenarnya Lusi agak kesal karena gadis ini terus-terusan saja bertanya dan banyak sekali berpikir. P

    Last Updated : 2023-08-01
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 87 Hilangnya Hati Nurani

    "Aku akan mencoba untuk mencarinya ke tempat lain, kira-kira ke mana biasanya Maura pergi? Apakah dia ke teman-temannya?" tanya pria paruh baya itu dengan wajah yang serius.Bu Sinta tampak berpikir sejenak. Dia sedang mengira-ngira di mana keberadaan Maura saat ini. "Kenapa diam saja? Cepat katakan, di mana keberadaan putrimu? Masa kamu tidak tahu di mana saja putrimu berada?" tanya pria paruh baya itu, lama-lama kesel juga kepada istrinya yang malah diam. Bu Sinta bukannya tidak tahu, hanya saja dia juga tidak hafal di mana keberadaan Maura, karena selama ini dia hanya menuntut Maura untuk memenuhi kebutuhan dengan cara menjadikan sapi perah. "Kenapa diam saja? Cepat katakan! Rentenirnya di luar sana, itu sudah dari tadi dia menggedor-gedor pintu. Bisa-bisa rumah kita rusak. Kamu mau mengeluarkan biaya untuk merenovasi rumah ini?" tanya suaminya dengan kesal, karena dari tadi sang istri hanya diam saja. "Aku beneran nggak tahu di mana dia. Lagian Maura juga jarang bilang kalau d

    Last Updated : 2023-08-03
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 88 Tega Menjual Anak

    Sang rentenir yang sudah hampir sepuh itu tersenyum miring. Dia tidak menyangka dengan apa yang baru saja didengarnya, tanpa aba-aba wanita hampir tua itu langsung bertepuk tangan sembari terkekeh pelan. Dia benar-benar tidak menyangka. "Sungguh luar biasa, ternyata Ibu yang kejam itu bukan hanya di sinetron dan cerita saja, ya? Dalam dunia nyata pun ada. Baru kali ini aku melihat ada seorang Ibu yang rela menjual anaknya demi mempertahankan rumah. Kamu tahu? Sudah lama aku menjadi rentenir dan banyak sekali orang-orang yang aku lihat untuk mencari alasan agar tidak bayar, tetapi baru kali ini aku melihat ada seorang Ibu yang rela menjual anaknya demi melunasi hutang-hutang dan hanya untuk sebuah rumah. Kamu itu benar-benar Ibu yang luar biasa. Semua di luar dugaan," papar wanita yang hampir sepuh itu panjang lebar. Bu Sinta yang mendengarnya pun sangat sakit hati. Harusnya wanita tua itu tidak usah berkomentar Bukankah yang penting uangnya kembali? Tetapi kenapa malah seperti ini?

    Last Updated : 2023-08-03
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 89 Pilihan untuk Mila

    "Mana bisa seperti itu? Kamu tahu kan aku tidak punya pengalaman kerja? Aku juga tidak tahu bagaimana mencari uang untuk melunasi hutang-hutang kita.""Ya sudah kalau begitu, jangan sok-sokan ingin membela anakmu itu. Kita tidak punya cara untuk membayar hutang-hutang ini." "Kan aku sudah bilang, kita tinggal jual saja rumah ini. Lalu kita ngontrak." "Oh begitu? Ya sudah, kalau begitu kamu yang membayar uang bulanannya, bagaimana?" tanya Bu Sinta menantang suaminya yang selalu keras kepala. Padahal pria itu tidak bisa berbuat apa-apa. Lagian bangunan ini adalah rumah yang dibeli dari uang Bu Sinta, jadi harusnya suaminya itu tahu diri dan tidak sembarangan berbicara. "Kan kamu juga bisa bekerja. Kamu saja yang bekerja." "Gila! Kamu itu suami. Harusnya mau menghidupi kami. Saat kamu kembali kepadaku dan menikah lagi denganku, kamu juga sudah berjanji akan menghidupi kami, kan? Tapi, apa sekarang? Kamu tiba-tiba seperti ini. Jadi, kamu menikah denganku hanya untuk mendapat harta da

    Last Updated : 2023-08-05
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 90 Ancaman Sang Mertua

    "Maksud Ibu apa?" "Aku sudah bilang, jangan panggil aku Ibu. Aku ini bukan ibumu dan sampai kapan pun aku tidak akan pernah menganggapmu menantuku." "Tapi, Bu. Tidak bisa seperti itu, sekarang ini aku adalah istrinya Mas Raka dan aku sedang mengandung cucu Ibu." "Wanita gatal! Kamu tidak mendengar ucapanku barusan, ya? Aku tidak percaya kalau itu adalah cucuku. Kalau pun itu benar, aku tidak akan pernah menerimanya." "Kenapa? Bukankah setiap nenek itu pasti akan menyayangi cucunya?""Iya kalau itu adalah hasil pernikahan yang sah. Lagi pula kamu ini kan pelakor. Kamu tidak malu menganggap aku ini sebagai mertuamu? Aku sudah jijik melihatmu," ujar Bu Sinta dengan wajah yang tegas. Dia melihat kalau wanita di depannya ini memang begitu menjijikan. Walaupun dia mata duitan dan realistis tingkat tinggi, tetapi Bu Sinta juga paling benci jika berurusan dengan pelakor. Apalagi itu adalah wanita yang sudah menggoda anaknya. Bu Sinta yakin kalau tidak ada Mila pasti rumah tangga Lusi dan

    Last Updated : 2023-08-06
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 91 Kebiasaan Orang Tua Mila

    "Kita sudah sampai," ucap Pak Bara saat mereka sudah sampai di sebuah gang yang mengarah ke rumah Bu Sinta. Wanita itu menatap jalanan, dari sini terlihat sekali kalau rumah kecil itu berada di antara rumah-rumah yang lainnya. Dia mengepalkan tangan. Ada rasa kesal saat tahu kalau Maura itu dijadikan sapi perah oleh mereka. Padahal Mila sendiri disayangi sedemikian rupa. Sementara dirinya berjuang untuk cita-cita Maura. Tetapi ini terasa keterlaluan sekali, tidak ada timbal balik dari orang tua Maura sendiri. Lusi benar-benar muak. Dia ingin sekali membuat pelajaran kepada kedua orang itu. "Baiklah, sekarang kita sebaiknya pergi ke sana, pastikan kalau mereka tidak berkutik sama sekali dan aku mendapatkan hak asuh." "Bagaimana kalau misalkan mereka tidak mau?" "Kita tinggal menakut-nakutinya dengan hukum. Biasanya orang seperti mereka itu takut dengan hukum, apalagi keduanya punya hutang banyak kepada rentenir, kan?" Semua itu informasi itu dari Maura dan juga hasil penyelidikan

    Last Updated : 2023-08-07

Latest chapter

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 587 Kamu Siapa?

    "Nggak ada! Nggak ada alasan apa pun. Kamu salah, harusnya kamu lihat dulu siapa yang datang. Kalau memang maling bisa kan langsung mukul tanpa tiba-tiba saja mengeroyok orang? Kamu pakai sapu, aku tangan kosong. Pokoknya aku nggak mau tahu, ya. Hari ini juga kita ke kantor polisi!" seru Maura. Dia tidak akan kalah begitu saja. "Aduh, jangan dong, Mbak. Nanti gimana dengan keluarga saya di kampung? Kalau saya di penjara, siapa yang akan mencari nafkah?""Lah, bukan urusanku! Itu tanggung jawab sendiri, ngapain kamu mukul orang sembarangan?" ujar Maura, masih bersikukuh kalau dirinya ingin semua ini dipermasalahkan ke jalur hukum. "Atau gini aja deh, Mbak. Gimana kalau sebagai gantinya aku akan melakukan apanpun yang Mbak suruh," ucap Imel membuat Mila terkesiap, sementara Maura terlihat kaget. Tidak menyangka kalau gadis ini bisa mengatakan hal seperti itu."Nggak ada, nggak ada. Ah, Maura! Dia itu kerja sama aku dan mulai hari ini Imel akan menjadi asistenku juga tinggal di sini."

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 586 Salah Tangkap

    Melihat pemandangan di depan mata, Mila semakin puas. Dia membiarkan kejadian itu terjad,i malah dengan gampangnya merekam semua itu. Anggap saja ini balas dendam atas rasa sakit yang diberikan Maura karena ucapannya kemarin.Adiknya ini tidak tahu diri. Sudah untung ditampung di sini, tetapi malah melakukan hal seperti itu. Mila rasa merekrut Imel menjadi asistennya itu tidak ada salahnya, malah menguntungkan seperti ini."Berhentikan! Aku Maura. Kalau kamu tidak berhenti aku laporkan kemu ke polisi!" teriak Maura menggema di ruangan itu, membuat Imel langsung menghentikan pukulannya. Sang gadis mundur beberapa langkah dan membuka mata, betapa terkejutnya dia melihat kalau yang di depannya itu adalah Maura. Sang wanita meringis kesakitan. Beberapa kali mengusap tangan dan punggungnya yang barusan dipukul oleh Imel. "Aduh sakit banget," gumam Maura, kesakitan. Wanita itu berdiri dan menatap Imel dengan tajam, sementara sang gadis ketakutan. Dia benar-benar pemikiran tentang maling

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 585 Maling!

    Tak lama kemudian, taksi itu pun sampai di depan rumah Mila. Wanita itu mengernyitkan dahi karena melihat kalau gerbang rumah Mila terbuka. Artinya ada orang yang datang. Setelah membayar argo taksi, wanita itu tidak langsung masuk. Dia menebak terlebih dahulu siapa yang kira-kira masuk ke rumah ini. "Apa mungkin Mas Raka, ya? Atau memang Kak Mila yang udah pulang?" gumam wanita itu.Dia tidak bisa langsung masuk begitu saja tanpa menaruh kecurigaan. Zaman sekarang pasti banyak maling yang akan menggasak rumah kosong. Jadi, dia akan berusaha untuk tenang dulu dan mengendap-endap. Siapa tahu memang ada maling yang masuk. Lagi pula Mila tidak memberitahunya di telepon, begitu pikir sang wanita. Padahal Mila melakukan itu karena berpikir kalau adiknya tidak berguna. Untuk apa juga memberitahunya? Wanita itu tidak akan peduli lagi kepadanya.Maura mengendap-endap masuk ke pekarangan rumah Mila. Dia melihat sekitar, tidak ada mobil. Tentu saja karena mobil Mila masih di bengkel, tapi Mau

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 584 Hanya Kesepian

    "Oke, kita lihat saja siapa yang bisa menang. Kamu pikir Bu Winda akan begitu saja menyerahkan jabatan yang penting padamu? Sementara kelakuan kamu saja seperti ini," ungkap Kiara berani mengatakan kalau Maura tidak punya kesempatan untuk menjadi lebih baik dari sekarang. Wanita itu mengeratkan kedua tangan dan berusaha untuk tenang walaupun hatinya sudah panas. Kalau ini bukan supermarket, mungkin wanita itu akan berani melakukan sesuatu yang buruk kepada Kiara. Maura tidak mau lagi menjadi wanita lemah dan menerima apa saja yang dilakukan oleh orang-orang lain kepadanya. Dia akan melawan jika itu menurutnya bisa merugikan."Baiklah, kita lihat saja. Aku juga tidak akan diam. Kalau perlu aku akan laporkan kejadian ini pada Mbak Winda. Sekarang aku permisi."Wanita itu pergi dan sama sekali tidak memberikan sopan santun yang baik. Kiara hanya terkekeh samar dan menggelengkan kepala."Anak zaman sekarang memang beda, tidak punya sopan santun. Bahkan pamitan pun dilakukan tidak benar.

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 583 Siapa yang Menang?

    "Sudah jangan lihat-lihat seperti ini. Kamu pasti berkhayal ingin bekerja di tempat ini, kan?" cetus Kiara, seolah membaca pikiran Maura, membuat wanita itu langsung terkesiap dengan mata sinis.'Wanita ini pasti belum berpasangan. Mulutnya saja pedas seperti ini,' gumam Maura dalam hati."Sok tahu!" seru Maura.Kiara tampak santai dan terduduk di depan meja kebesarannya. Dia melipat tangan di depan dada sembari menggoyangkan kaki, menatap penampilan wanita ini yang sebenarnya terlihat polos layaknya seorang anak SMA. Tetapi sikap dan mulutnya itu benar-benar di luar dugaan, sepertinya tidak mendapatkan ajaran baik tentang sopan santun dan tata krama. "Kamu itu diajarin tata krama nggak, sih?"Pertanyaan itu berhasil membuat Maura menoleh dengan wajah kesal. Wanita ini tidak punya sopan santun juga karena bertanya demikian kepada orang baru. "Kalau mau bertanya itu coba tanyakan pada diri sendiri, ngapain bertanya seperti itu kepada orang yang baru dikenal?" ucap Maura dengan kesal,

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 582 Dicegat

    Waktu sudah menunjukkan sore hari, sekarang Mauta bisa pulang. Dia meregangkan seluruh badannya sebelum keluar dari loker karyawan. Semua orang melihat bagaimana tingkah Maura. Tetapi wanita itu sama sekali tidak peduli, Yang penting sekarang bisa pulang dari sini.Nanti kalau ketemu dengan Winda dia minta untuk dipindahkan saja di bagian lain yang kira-kira tidak terlalu capek seperti sekarang. Menyusun barang dan mengecek stok itu benar-benar memuakkan. Dia harus bolak-balik mengecek bagian-bagian di setiap rak agar memastikan barangnya tersusun rapi, apalagi kalau melihat tanggal kadaluarsa, ini akan memperlambat kerjanya. Kiara yang dari tadi memang sudah mengamati Maura pun tidak akan membiarkan wanita itu pergi begitu saja. Dia harus memastikan dulu apa yang diinginkan oleh Maura sampai berlaku tidak baik di hari pertama kerja. Kalau perlu dia akan merekam semua percakapannya dan langsung memberikan kepada bosnya."Kamu tidak boleh pulang dulu," ucap Kiara tiba-tiba membuat kar

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 581 Tak Karuan Rasa

    Hari ini Lusi benar-benar senang. Semua teman barunya itu begitu welcome menerimanya sebagai karyawan baru, meskipun usianya lebih tua dari mereka. Tetapi tidak ada yang membanding-bandingkan atau bersikap buruk. Tentu saja Lusi tidak tahu semua ini adalah settingan dari David. Entah bagaimana kalau sang wanita tahu jika semua ini adalah akal-akalan David, apakah akan menerima atau malah mengucapkan terima kasih kepada pria itu? Saat istirahat tiba, wanita itu pun memilih untuk menelepon anaknya. Bertanya apakah Alia sudah makan dan lain sebagainya. Untunglah anak itu tidak rewel dan nurut kepada Adiba. Dia benar-benar merasa 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚊𝚗𝚝𝚞. Ketika sedang seperti ini, tiba-tiba saja wanita itu teringat dengan masa lalunya. Lusu jadi bertanya-tanya, mungkinkah Raka sedang mencarinya atau pria itu memilih untuk fokus kepada dirinya sendiri dan sedang menjalani hidup tanpa memikirkan Alia?Lusi langsung menggelengkan kepala. Dia berusaha mengusir semua itu."Nggak! Aku tidak boleh me

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 580 Jika Jadi Ibu Tiri

    "Kalau kamu tanya apakah aku siap atau belum jika kamu hamil, jawabannya belum. "Seketika Winda langsung tersentak. Tampak kekecewaan begitu jelas di mata wanita itu. "Kamu tahu? Aku masih dipusingkan dengan masalah Mila dan juga Alia. Kalau kamu hamil dalam situasi seperti ini, aku malah takut akan mengecohkan semuanya atau yang lebih parahnya aku tak acuh kepadamu. Tapi kalau misalkan kamu sudah terlanjur hamil, aku akan menerimanya dengan tangan terbuka. Bagaimanapun itu adalah anakku. Tapi, aku harap pengertianmu. Untuk sekarang jangan dulu berpikiran untuk hamil, ya? Aku harus membereskan dulu masalah ini. Kalau Mila sudah lahiran, aku akan berusaha untuk mendapatkan hak asuh anak lalu meninggalkannya," ungkap Raka dengan serius, membuat Winda yang sebelumnya murung tiba-tiba saja semringah. Awalnya terlihat terkejut, tetapi juga ada kebahagiaan di sorot matanya. Itu artinya dia masih punya kesempatan emas untuk mendapatkan keluarga yang utuh tanpa embel-embel menjadi istri ke

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 579 Bagimana Kalau Aku Hamil?

    Kali ini Raka cukup lama sekali diam dibandingkan dengan pertanyaan sebelumnya. Winda sudah mulai takut kalau apa yang ditanyakan itu membuat Raka murka. Dia tidak mau ada pertengkaran di hari bulan madunya, berharap kalau Raka bisa mengabulkan semua permintaannya. Termasuk pertanyaan yang diucapkan oleh Winda barusan. Sebab selama berhari-hari bulan madu dengan Raka, pria itu lebih banyak diam dan melamun. Ini membuat sang wanita merasa kalau bulan madunya ini hanya berjalan apa adanya. Tidak ada yang lebih baik kecuali mereka menghabiskan waktu bersama. Itupun Raka berkali-kali terus saja memikirkan Alia. Tetapi Winda hanya bisa mengerti dan bersabar, berharap kalau Raka punya inisiatif sendiri untuk memberikan kejutan di hari bulan madu.Namun, sampai detik ini pun tak ada yang lebih spesial kecuali pertanyaan ini dan berharap pria itu mau menjawab semuanya."Kamu diam artinya kamu tidak mau punya anak dariku," ucap Winda dengan nada kecewa. Raka tahu pasti, Winda menginginkan ha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status