Share

Bab 2. Negosiasi

Author: Nisa Khair
last update Last Updated: 2023-03-30 10:14:12

"Ini apa, Dek?" tanya Mas Damar bingung.

"Tagihan cetak undangan. Itu sisanya yang belum dibayar. Mas yang lunasin, ya?"

Bukannya menjawab, Mas Damar justru melihatku dan kertas itu bergantian. Kuhitung sudah sampai dua puluh, masih nggak bicara juga.

"Mas! Mas Damar!"

Kukibaskan tangan di depan wajahnya yang tak berkedip sejak beberapa saat tadi.

"Eh iya, gimana, Ra?"

Ia mengerjapkan mata berkali-kali. Tuh, kan. Ngelamun dia. Seperti baru kembali dari petualangan di alam bawah sadar.

"Ini tadi ada perlu apa ke sini?" tanyaku tak sabar.

"Oh, itu … cuma mau mastiin, kalau kamu baik-baik aja," jawabnya, lalu mengulas senyum.

Jika dulu aku menganggap ini sebagai perhatian, kenapa sekarang aku justru merasa muak mendengarnya. Rasanya jika bisa, lebih baik tak usah bertemu lagi dengan lelaki ini, supaya tak makin tersayat hati ini.

"Mas kuatir kamu tiba-tiba pergi tadi. Dihubungi juga nggak bisa. Dan ini, undangan kita udah dicetak, kenapa kita nggak lanjutkan aja, Ra. Tinggal selangkah lagi kita, setelah sekian lama."

Suara Mas Damar telah parau, kedua matanya juga berkaca-kaca. Dadaku ikut sesak mendengarnya. Bukan waktu yang singkat memang kami menjalin hubungan, tapi dia sendiri yang mencederai hubungan ini.

Seberapa besar pun harapan untuk hidup dan menua bersama, semua telah terkikis habis sejak hari itu. Hari di mana kedua mata ini menjadi saksi atas kecurangan yang ia lakukan bersama Lila.

Lalu sekarang, ia meminta melanjutkan rencana pernikahan hanya karena undangan sudah dicetak. Yang benar saja. Mau dikemanakan Lila dan calon bayinya?

Kugelengkan kepala, tak ada lagi ruang yang tersisa untukmu wahai pengkhianat.

"Enggak, belum dicetak semua. Baru seratus, itu pun masih lembaran. Maaf, aku masih ada kerjaan, nggak bisa ngobrol lama-lama di sini."

"Tiga tahun, Ra … aku telah menunggumu selama itu. Apa tak ada pintu maaf untukku?" cicitnya lagi.

Ya, kami memang menjalin hubungan selama itu. Setengah tahun terakhir kami bertunangan, sampai kemudian tanggal pernikahan baru ditentukan seminggu yang lalu, itu pun sebab Mas Rudy mempertanyakan kembali keseriusan calon adik iparnya.

Tak dinyana, justru tiga hari berselang, aku menemukan kecurangan dari calon suamiku, hingga kuputuskan mengembalikan cincin yang tersemat di jari manisku. Cincin yang menjadi pengikat hubungan kami, sekaligus simbol keseriusannya untuk meresmikan hubungan kami.

"Apa tak bisa dipikirkan lagi keputusan kamu, Ra?" tanya Mas Damar setengah memohon.

Aku menggeleng. Apa lagi yang kuharap dari pengkhianat ini? Belum resmi jadi suami pun dia sudah bermain api.

"Udah, nggak usah drama, Mas. Ada Lila dan calon anak kalian yang lebih butuh kamu. Maaf, aku harus kembali kerja."

Aku kembali memasuki ruangan, dia mengekor di belakangku. Kutunjukkan di mana ia harus membayar.

Aku menuju Fajar yang melambaikan tangan, memintaku mendekat. Diserahkannya beberapa poster ukuran A3, serta setumpuk brosur yang telah siap diserahkan pada sang pemberi orderan.

"Udah, ya?" Fajar mengangguk mengiyakan.

"Makasih, ya. Masih ada banner, kan?"

"Yoi. Lagi otewe, Nad."

"Sip."

"Nad, itu bukannya suami kamu?" tanya Fajar dengan mengarahkan wajah pada meja kasir. Aku ikut menoleh, lalu melihat Mas Damar yang sedang menuju pintu keluar.

"Suami-suami … nikah aja belum. Ada-ada aja kamu."

Kutepuk lengannya dengan kertas-kertas yang berada di tanganku. Fajar tergelak, lantas meminta maaf. Ia lalu pamit dan kembali ke ruang cetak.

Aku kembali sibuk dengan pekerjaan dan bertemu banyak orang. Semua kegiatan di tempat kerja, membuat aku tak punya waktu untuk meratapi berakhirnya hubunganku dengan Mas Damar. Lebih baik begini, sibuk kerja dan kembali menata masa depan.

.

Sudah jam delapan malam saat aku tiba di halaman. Rupanya sedang ada tamu, terlihat dari beberapa sepeda motor yang terparkir rapi. Pintu juga terbuka lebar, tak seperti hari biasa yang sudah tertutup rapat di jam yang sama.

Salamku dijawab serentak oleh mereka yang berkumpul di ruang tamu. Aku menghela napas panjang saat melihat siapa saja yang memenuhi ruang tamu ini. Kedua orang tua Mas Damar duduk di kursi dekat pintu. Ibu dan Mas Rudy duduk di seberangnya, terpisah oleh meja. Kusalami mereka satu persatu.

"Duduk sini, Ra," titah ibu, sambil menepuk kursi di sampingnya. Aku mengangguk patuh, lantas menyerahkan bobot tubuh di sana. Kusadari badan ini gemetar sebab lambung tak terisi apa pun sejak siang.

Lalu basa-basi singkat memenuhi ruang tamu. Aku dan Mas Damar diminta menyampaikan sandungan apa yang membuat kami tak melanjutkan rencana pernikahan.

Tak kusangka sekaligus merasa lega, saat akhirnya Mas Damar menyetujui, setelah siang tadi sempat memohon agar aku berpikir ulang.

Aku harap, keputusanku ini dapat dihormati oleh kedua belah pihak, dan tak menyisakan dendam di kemudian hari. Sampai kemudian … .

Plakk!

Tangan besar sang ayah mendarat di pipi Mas Damar. Semua yang ada di ruang tamu ini terjingkat sebab terkejut.

"Sampai hati kau coreng muka orang tuamu Damar!"

Suara sang ayah menggelegar. Sang ibu mulai menangis. Mas Damar sendiri tak berkutik. Sejak tadi hanya tertunduk kepalanya.

"Tau nggak kamu kalau sudah melempar kotoran ke wajah Bapak dan ibumu ini?!" hardik sang ayah lagi.

"Ibu yang salah ... tak bisa mendidik anak. Maafkan ibu, Pak."

Ibu Mas Damar masih berusaha memegang tangan suaminya yang masih hendak melayangkan tangan ke wajah sang anak.

"Bapak, ayo pulang, jangan bikin keributan di rumah orang. Malu, Pak … ."

Kini beliau beralih melihatku.

"Nadira, Ibu minta maaf."

Aku menganggukkan kepala sambil memegang dada, menetralkan degup jantung yang berloncatan sebab mendengar teriakan.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kuhibahkan Cincin dan Calon Suami pada Sepupuku   Ending 2

    "Aduh, nyumbang kok, terus!"Zahra meletakkan tas yang tadi dibawa ke rumah tetangga yang punya hajat menikahkan anaknya. Melepaskan kerudung, menyalakan kipas angin, Zahra merebahkan badan sambil memejamkan mata."Besok masih ada Aji, khitanan dia, sama Bulek Rumi nikahkan anaknya. Beras kayaknya tinggal sedikit, ya, Mas?" tanya Zahra yang kembali membuka mata.Rudy menatap karung beras yang isinya tinggal satu takaran untuk memasak nasi. Lelaki itu menghela napas lelah. Belum satu Minggu beras seberat dua puluh lima kilo itu dibeli untuk konsumsi sendiri. Namun, banyaknya hajatan di desa tersebut, membuat stok beras yang cukup untuk satu bulan itu hanya bertahan beberapa hari.Melihat toko sembako yang dirintis sejak lima tahun yang lalu, hati lelaki itu kian nelangsa. Tidak ada perkembangan berarti pada toko tersebut. Pembeli memang ada, tapi pengeluaran tidak sebanding dengan besarnya pemasukan.Lelaki itu tidak habis mengerti, ke man

  • Kuhibahkan Cincin dan Calon Suami pada Sepupuku   Ending

    Lila tidak pernah menyangka bahwa keputusan orang tuanya adalah mutlak. Nama orang tua yang tercoreng akibat perbuatannya yang viral di sosial media, membuat semua fasilitas dicabut paksa.Wanita itu mulai kelimpungan sebab tak biasa hidup sederhana. Jatah uang jajan yang berkurang drastis, tak mampu menyokong gaya hidupnya. Beberapa barang mewah yang pernah didapat dari Rendi berusaha dia jual. Namun, lagi-lagi kecewa harus dirasakan. Perhiasan bertabur berlian, tas mewah, sepatu bermerk, semua adalah barang KW. Otomatis tidak bisa dijual dengan harga tinggi.Kata makian kembali terlontar berulang kali. Namun, hal itu tidak bisa mengubah apa pun. Terlebih ketika dia akhirnya menemui Rendi, lelaki itu justru mengatakan kalau Lila bisa mendapatkan semua barang branded yang dipilih dari outlet resmi sesukanya, yakni dengan menukar Sahara untuk dirawat dan dibesarkan bersama kekasihnya di luar negeri."Masa depan anak itu akan terjamin. Kamu bebas menjadi wan

  • Kuhibahkan Cincin dan Calon Suami pada Sepupuku   Jelang Ending 2

    "Mohon maaf, Mbak. Apa ada kartu yang lain? Kartu ini tidak dapat digunakan," ucap petugas kasir membuat Lila melotot."Masa nggak bisa, sih? Saldonya masih banyak, loh?" jawab Lila mulai gusar. Diberikan sebuah kartu lain, hasilnya sama saja."Atau bisa dibayar dengan uang cash saja," pinta petugas kasih dengan sopan. Meskipun demikian, perempuan muda itu merasa tak enak hati saat melihat antrian yang masih mengular."Saya nggak bawa uang cash, Mbak," jawab Lila mulai kesal. "Sebentar saya telpon dulu, ya," ijinnya yang diiyakan oleh wanita dengan name tag Almira."Biar saya yang bayar."Sebuah suara yang dirasa tak asing, membuat Lila mengurungkan niat menelpon orang tuanya. Kedua matanya melotot melihat lelaki yang tempo hari mengaku istri kekasihnya.."Gue nggak butuh dikasihani!" seru Lila dengan ketus, saat Audrey memaksa membayar dan membawa belanjaannya. "Kau akan menyusahkan kasir kalau sampai batal membeli. Dia harus bayar itu semua yang sudah discan. Iya kalau dia punya du

  • Kuhibahkan Cincin dan Calon Suami pada Sepupuku   Jelang Ending

    Beberapa saat sebelumnya ...."Kamu apa nggak kangen anakmu, Nang?" tanya Bu Astuti pada Rudy yang duduk di teras ditemani rokok dan segelas kopi pahit."Kangen, Bu," jawab Rudy tanpa menoleh pada sang ibu. Asap kembali ia kepulkan ke udara.Bu Astuti menatap anaknya dengan pandangan iba. Semenjak tinggal berdua dengan ibunya saja, Rudy lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Toko sembako yang baru dirintis itu, hanya dibuka saat malam, tepatnya lewat Magrib hingga kantuk datang. Tidak menentu.Seperti sekarang, Rudy istirahat dari lelahnya beraktivitas di sawah sambil menunggu pembeli. Bu Astuti ikut duduk di samping anaknya yang terlihat lelah. "Kenapa, Bu? Ibu mau ketemu cucu ibu?" tanya Rudy kemudian. Bu Astuti ingin mengangguk, tapi, kepalanya justru menggeleng. Rasa rindu itu sudah demikian besar. Pun ingin tahu bagaimana kabar sang cucu pasca cedera tulang ekor hari itu. Hanya saja, melihat Rudy yang nyaris tak pernah membahas istri dan anaknya, membuat wanita paruh bay

  • Kuhibahkan Cincin dan Calon Suami pada Sepupuku   Bab 61A

    Zahra terus menyalahkan Nadira atas sakit yang diderita anaknya. Jatuh dengan posisi terduduk itu rupanya membuat cedera pada tulang ekor Rayyan. Meskipun tidak sampai patah seperti yang dikhawatirkan sebelumnya, tetap saja membatasi kegiatan Rayyan, hingga bocah itu kerap rewel jika merasa bosan, sebab tidak bisa bebas beraktivitas seperti sediakala.Kedua orang tua Zahra ikut menyalahkan Nadira atas kejadian yang membuat cucunya cedera. Menurut mereka, kejadian itu tidak pernah terjadi sebelumnya, baik di rumah orang tua Rudy, maupun di rumah mereka saat Rayyan berkunjung.Sebagai cucu pertama dan kesayangan, nyaris semua perhatian tertumpah ruah pada anak itu. Nadira tidak heran sebab sudah berulang kali terjadi, jika ada sesuatu yang terjadi pada Rayyan, maka orang lain lah yang akan dikambinghitamkan, sementara Rayyan tersenyum penuh kemenangan.Tidak tahan lagi dengan makian yang didapat dari keluarga kakak iparnya, maka Nadira sepakat dengan Fajar untuk menunjukkan bukti rekama

  • Kuhibahkan Cincin dan Calon Suami pada Sepupuku   Bab 60C

    Di tempat lain ….Damar memandangi layar ponselnya dengan jengah. Rentetan pesan dan panggilan dari Lila sengaja ia abaikan. Dari sekilas pesan yang terbaca saat muncul di pop up, ia tahu kalau Lila kalang kabut sebab kepergiannya dengan Sahara. Tentu saja Damar mengerti kegelisahan wanita yang telah empat tahun terakhir membersamai hidupnya.Lila pernah bercerita, bahwa hibah harta dari Pak Wirya dan Bu Marta kemungkinan besar akan ditunda, atau justru dibatalkan, jika sampai terjadi hal buruk dalam pernikahannya. Damar tidak peduli sama sekali. Baginya, jika itu berkaitan dengan harta orang tua Lila, dia tidak mau ikut campur. Toh, selama ini dia juga terus menerus disebut tidak berguna sebagai seorang suami, meski telah berusaha maksimal untuk mengelola lahan yang menghasilkan puluhan kwintal bawang merah.Sempat terlintas keinginan untuk menggugat Lila dengan tuduhan penipuan pernikahan. Namun, dirasa hanya buang waktu dan tenaga, i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status