Beranda / Rumah Tangga / Kuizinkan Suamiku Menikah Lagi / 1. Meminta Izin Menikah Lagi

Share

Kuizinkan Suamiku Menikah Lagi
Kuizinkan Suamiku Menikah Lagi
Penulis: Ria Wijaya

1. Meminta Izin Menikah Lagi

Penulis: Ria Wijaya
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-27 05:50:38

Tepat pukul setengah lima sore, Vira sudah siap menyambut kedatangan suaminya yang sedang dalam perjalanan pulang dari kantornya. Wanita beranak satu itu tampak cantik dengan gamis berwarna pastel dan hijab instan yang berwarna senada.

Lalu, tidak lama kemudian terdengar deru mobil yang berhenti di samping rumahnya. Dengan senyum yang mengembang, Vira langsung keluar dari ruang tamu untuk menyambut Lukman.

"Assalamualaikum." Suara lembut Lukman, disertai dengan senyuman manis di wajah lelahnya.

"Waalaikumsalam," sahut Vira yang langsung mencium tangan suaminya, lalu beralih meraih tas dan jas yang diberikan Lukman.

"Aku siapkan airnya dulu, Mas," ujar Vira seraya berjalan menuju kamar mereka, sedangkan Lukman hanya mengangguk seraya mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu.

Lalu tidak lama kemudian, Vira keluar seraya membawa nampan berisi secangkir teh hangat. "Diminum dulu, Mas."

Setelah menaruh teh itu di meja, Vira langsung berlutut untuk membantu melepaskan sepatu dari kaki Lukman.

"Terima kasih," ujar Lukman seraya tersenyum, ia sangat bahagia memiliki istri yang begitu sempurna seperti Vira. Namun ....

"Mas, airnya sudah siap. Sekarang, Mas bisa mandi dulu, setelah itu kita makan bersama. Aku sudah memasak menu kesukaanmu, Mas."

"Baiklah, tunggu aku di meja makan." Setelah mengatakan itu, Lukman langsung masuk ke kamar, sedangkan Vira langsung pergi menuju dapur untuk menyiapkan makanan.

Di dalam kamar, Lukman termenung melihat ke arah ranjang. Baju ganti sudah disiapkan Vira seperti biasanya, Vira sudah melakukan semua kewajibannya dengan sempurna sejak mereka masih menjadi pengantin baru. Vira melakukan semuanya tanpa Lukman menyuruhnya satu kali pun.

Tiba-tiba saja ada rasa sesak yang menghantam dada Lukman, apakah ia benar-benar tega, untuk meminta izin akan menikah lagi? Padahal Vira saja sudah cukup untuk melayani segala kebutuhannya.

Tapi, ketika mengingat suara tangisan bayi yang setiap hari ada di kantornya, Lukman benar-benar harus tega. Apalagi ketika melihat wajah sekretarisnya yang sangat kelelahan, rasa kemanusiaan Lukman sebagai laki-laki, benar-benar diuji ketika melihat itu semua.

"Akhh ... kenapa harus ada perasaan seperti ini? Seharusnya aku tidak perlu terlalu simpati kepada Ayu. Tapi, lihat saja nanti, akankah Vira setuju? Jika dia menolak, maka aku juga tidak akan memaksa, dan Vira juga tidak akan mungkin keberatan jika aku hanya akan menghidupi kebutuhan anak Ayu selama dia menjadi janda. Bukankah menolong anak yatim akan mendapat pahala?" gumam Lukman seorang diri.

Lukman jadi berpikir, kalau seandainya Vira menolak dimadu, maka Lukman hanya akan membantu meringankan kebutuhan anak Ayu, yaitu seperti membiayai kebutuhan sekolah dan lain-lainnya, begitulah keputusan Lukman pada akhirnya.

Ayudia Putri adalah sekretarisnya yang sudah bekerja cukup lama dengannya, Vira pun mengenal sosok wanita tersebut, bahkan dengan almarhum suaminya Ayu juga, mereka semua cukup akrab walaupun tidak begitu dekat seperti layaknya hubungan sahabat.

Suami Ayu meninggal, ketika Ayu sedang mengandung tiga bulan, almarhum suami Ayu bekerja di kantor yang sama dengan mereka. Namun, ia harus meninggal disebabkan kecelakaan yang merenggut nyawanya, tepatnya setelah pulang dari perjalanan dinas di luar kota.

Lalu setelah cuti melahirkan, Ayu kembali bekerja menjadi sekretaris Lukman. Ia meminta diberi keringanan kepada pihak kantor untuk membawa anaknya yang masih bayi, sebab untuk menyewa jasa pengasuh, Ayu tidak sanggup untuk membayarnya, yaitu dikarenakan hidupnya yang pas-pasan dan tinggalan hutang dari suaminya yang harus segera ia lunasi.

Lukman yang melihat Ayu yang harus berperan sebagai seorang ayah dan ibu untuk anaknya, ia menjadi tidak tega. Apalagi ketika melihat putrinya Ayu yang bernama Winda ketika sedang rewel, jiwa seorang ayah dalam diri Lukman, telah terpanggil. Dan, mungkin dengan niat baiknya ini akan menjadi berkah untuk semuanya.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Lukman segera pergi menuju meja makan, di sana sudah ada Vira yang sedang duduk manis. Lukman langsung memberikan hadiah kecupan di kening istrinya atas kerja kerasnya hari ini.

"Hemmm, wangi kuah rawonnya begitu menggoda, ini pasti sangat enak. Terima kasih ya, Sayang," ujar Lukman tulus. Satu lagi yang menambah kesempurnaan Vira sebagai seorang istri, selain ia cantik dan salihah, Vira juga pandai memasak. Oleh sebab itu Lukman tidak akan memaksa Vira untuk mau dimadu, karena Lukman juga takut jika akan kehilangan istri sesempurna Vira.

"Iya, makan yang banyak ya, Mas," sahut Vira seraya menyiapkan makanan di piring Lukman.

Setelah makan, mereka menunggu waktu Maghrib untuk melaksanakan salat berjamaah, meski bukan aturan wajib dari Lukman, namun mereka sudah sangat terbiasa melakukan salat berjamaah jika waktunya memungkinkan, kegiatan ini berlangsung sejak mereka menikah, dan kemudian tadarus bersama hingga waktu Isya tiba. Sedamai itu rumah tangga mereka, namun tidak akan pernah ada orang yang bisa menyangka, jika Tuhan selalu mempunyai cara tersendiri untuk menguji hamba-hamba Nya.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, kini Lukman dan Vira sudah berada di atas ranjang untuk bersiap tidur. Namun, entah mengapa Vira merasa ada yang berbeda dengan suaminya saat ini, sebab tiba-tiba saja Lukman memeluknya seperti tidak akan pernah mau melepaskannya.

"Mas, ada apa? Apakah kamu sedang 'menginginkannya'?" tanya Vira seraya tersenyum geli. Ia merasa malam ini Lukman sedikit lucu, sebab biasanya Lukman langsung meminta tanpa menempel erat seperti ini.

"Bolehkah?" sahut Lukman dengan suara sedikit parau, ia memang 'menginginkan' Vira, namun ada perasaan tidak enak merayapi hatinya, seolah ia sudah melakukan sebuah kesalahan hingga membuatnya tidak nyaman untuk meminta haknya sebagai seorang suami.

"Tentu bolehlah, ini kan pahala," sahut Vira seraya tertawa, yang membuat Lukman jadi ikut tersenyum senang.

Lalu kemudian, Lukman langsung memimpin malam panas itu, dimulai dengan mencium lembut bibir Vira, dan kemudian membawanya hingga terasa seperti di awang-awang.

Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi seorang istri, yaitu ketika melihat suaminya tersenyum puas, mengucapkan terima kasih, dan menghargai atas kerja kerasnya dalam menjalankan semua kewajibannya sebagai seorang istri.

Seperti malam ini. Setelah selesai, Lukman akan tersenyum manis, lalu memberikan hadiah kecupan di keningnya, seraya mengucapkan terima kasih. Namun, yang berbeda, tiba-tiba saja Lukman merubah raut wajahnya menjadi serius, hingga membuat Vira mengerutkan keningnya heran.

"Ada apa, Mas?" tanya Vira seraya bangun dan memilih duduk.

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan, Dik!" ucap Lukman pelan, ia tampak ragu untuk mengungkapkan keinginannya.

"Iya, Apa? Mas, katakan saja?" Melihat suaminya yang seperti kebingungan, Vira menjadi semakin penasaran. Sepertinya memang ada masalah serius yang harus mereka bicarakan.

"Emm ... Tapi, kamu harus janji, jangan marah dulu, dan dengarkan perkataan Mas baik-baik, jangan memotongnya sedikit pun!" tegas Lukman.

Vira lantas mengangguk dengan perasaan berdebar, tiba-tiba saja perasaan tidak enak merayapi hatinya.

Setelah berusaha menguatkan tekadnya, Lukman mengatakan, "Dik, aku ingin menikah lagi ...."

Seperti ada petir yang menyambar, Vira langsung tercengang mendengar pernyataan ini. Ia langsung menutup mulutnya tidak percaya, sebab hubungan mereka selama ini begitu baik-baik saja, namun kenapa tiba-tiba suaminya ingin menikah lagi?

Hanya ada satu kalimat yang keluar dari mulut suaminya. Namun, rasanya ... hatinya seperti ditusuk ribuan duri beracun, yang sudah siap untuk merenggut kehidupannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Erik Narahawarin
sangat bagus sekali
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
apakah laki2 ingin poligami aja klo udah mapan ?? klo dia mau poligami lebih baik lepaskan sb mwmuakkan dan jangan selalu cerita perempuan aja yg dibikin lemahh !!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kuizinkan Suamiku Menikah Lagi    53. KSML (End)

    Pagi yang begitu cerah, sungguh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sudah menyakiti dua wanita cantik yang saat ini tengah duduk di gazebo taman belakang rumahnya Daffa."Vir, kamu sudah tidak merasa mulas lagi?" tanya Della yang masih khawatir, sebab beberapa hari yang lalu Vira mengeluh mulas seperti orang yang akan melahirkan.Ya, saat ini Vira tengah mengandung sembilan bulan, dan kemarin sebenarnya adalah hari perkiraan Vira melahirkan, namun ternyata malah mundur dari jadwal, dan sampai saat ini Vira belum merasakan kontraksi lagi.Vira menggelengkan kepalanya. "Enggak, justru sekarang aku tidak merasakan sakit apapun, padahal dari sebulan yang lalu pinggulku rasanya mau copot karena pegal banget."Della tertawa, "masa sih?""Yee ... dibilangin nggak percaya. Ntar deh kamu rasain sendiri kalau sudah hamil tua, dan kata orang-orang tua sih itu memang hal wajar, sebab bayi sedang mencoba mencari jalan keluarnya, balas Vira yang teringat obrolannya dengan para

  • Kuizinkan Suamiku Menikah Lagi    52. Balasan Untuk Orang Yang Jahat

    Setahun kemudian...Bugh ... Bugh ... Bugh ..."Bang, ampun ... Bang! Ampun ...." Suara jeritan Lukman terdengar hingga meja penjaga, namun para penjaga itu seolah tuli dan tidak mendengar teriakan kesakitan Lukman.Mereka sengaja membiarkan Lukman dipukuli terlebih dahulu, lalu baru beberapa menit kemudian salah satu penjaga itu akan datang untuk menghentikan aksi penyiksaan tersebut."Ampun, Bang. Kumohon ampun ...." Suara Lukman semakin melemah, ia hampir mati karena lemas sebab dipukuli dengan brutal."Brengsek! Rasain kamu, siapa suruh kamu mengambil makananku!""Enggak, Bang. Enggak ... bukan aku yang mengambilnya," sahut Lukman seraya menangis. "Halah, sekali pencuri ya tetap pencuri!" teriak lelaki itu seraya memukul dan menendang Lukman kembali.Kejadian ini sudah seperti makanan sehari-hari untuk Lukman, ia selalu difitnah mengambil makanan bos penguasa bilik penjara yang ditempatinya, lalu kemudian ia akan dihajar habis-habisan, padahal makanan milik bos itu telah dicuri o

  • Kuizinkan Suamiku Menikah Lagi    51. Salah Paham

    Vira terus berlari tanpa mempedulikan tatapan para karyawan yang menatap heran, sebab Daffa mengejarnya dan terus memanggilnya."Vira, ... tunggu!" teriak Daffa terakhir kalinya sebelum Vira menutup pintu mobil."Kita jalan, Pak," ujar Vira seraya menghapus air mata yang menetes di pipinya."Tapi, Nya, Tuan Daffa terus memanggil, Nyonya.""Biarkan saja, atau Bapak ingin saya pulang sendiri?"Sang sopir yang takut jika dianggap mengabaikan Daffa, namun ia lebih takut jika Vira semakin marah hingga menyebabkan suatu kesalahan yang lebih fatal lagi."Baiklah, Nya." Mobil melaju dengan cepat, meninggalkan Daffa yang masih terus berteriak memanggil nama Vira.Sesampainya di rumah, Vira langsung pergi ke kamarnya, dan tak lupa ia juga mengunci pintu kamarnya. Vira terus menangis untuk menumpahkan semua rasa yang telah menghimpit dadanya.Di saat sedang menangis, Vira tiba-tiba saja ingat dengan perkataan Asih waktu itu, lalu apakah sekarang Vira boleh mulai merasa menyesal, karena tidak men

  • Kuizinkan Suamiku Menikah Lagi    50. Kemarahan Vira

    Keesokan harinya, Daffa merasa aneh dengan sikap Vira yang tiba-tiba saja berubah padanya. Ia hendak menyalahkan ibunya atas perubahan sikap istrinya. Namun sayangnya, ibunya tadi pagi-pagi sekali sudah berangkat kembali ke Singapura."Tck, ini pasti gara-gara sikap Ibu yang terlalu acuh, jadi Vira hari ini seperti menghindariku," gumam Daffa seraya mengguyur badannya dengan air.Saat ini Daffa sedang mandi, dan rencananya hari ini ia akan berangkat ke kantor.Vira yang tiba-tiba saja berubah menjadi pendiam, membuat Daffa bahkan tidak berani meminta jatah hariannya pada Vira, dan sontak saja hal itu membuat Daffa kesal."Huh! Padahal Vira sebentar lagi kedatangan tamu bulanannya, seharusnya kan beberapa waktu ini aku bekerja lebih keras lagi untuk membuatkan adik untuk Naura." Daffa tidak berhenti menggerutu, dan ia harus melampiaskan rasa kesalnya ini ke asistennya nanti.Setelah selesai mandi, Daffa langsung berganti pakaian yang sudah disiapkan Vira. Daffa tersenyum ketika melihat

  • Kuizinkan Suamiku Menikah Lagi    49. Gadis Yang Dibawa Ibu Mertua

    Sejak perjalanan dari Bali ke Jakarta, Vira sudah gugup, apalagi sekarang mereka sudah sampai tepat di depan rumahnya Daffa.Dan, pemandangan tidak mengenakkan terjadi ...."Kak Daffa ...." Seorang gadis cantik bertubuh semampai terlihat berlari menghampiri Daffa, bahkan ia juga hampir memeluknya, jika saja Daffa tidak menghentikannya."Stop! Ketahuilah batasan, kalau kamu bukan anak kecil lagi!" "Kak Daffa, kenapa masih sedingin ini sih ...." ujar gadis tersebut dengan manja. "Oh, ini pasti Kakak Ipar. Hai, Kak. Salam kenal, aku Lisa, adiknya Kak Daffa."Vira tersenyum canggung, dalam benak ia jelas kebingungan, sebab Daffa tidak pernah cerita kalau dia memiliki seorang adik."Bukan! Dia bukan adikku, dia hanyalah seorang pengganggu dari kecil," sahut Daffa serius, namun itu dianggap candaan oleh Lisa."Aaah, Kakak ini bisa aja. Kalau begitu ayo, kita masuk. Tante sudah menunggu kalian." Seolah tidak mendengar perkataan Daffa, Lisa tetap berjalan di depan dengan penuh percaya diri.

  • Kuizinkan Suamiku Menikah Lagi    48. Bulan Madu Sudah Berakhir

    Matahari semakin terik, namun Vira dan Della tampak tidak terganggu dengan cuaca panas saat ini."Del, aku rasa Ervan itu menyukaimu deh," ujar Vira yang mulai bisa melihat bahwa Ervan diam-diam sering mencuri pandang ke arah Della.Della mendesah, ia juga mengetahui kenyataan ini. Lebih tepatnya Della juga sudah mengetahui hal ini sejak lama."Kamu masih ingat nggak, dulu aku pernah cerita tentang cinta pertamaku," ujar Della dengan mata yang menerawang kenangan masa lalunya.Vira mengangguk. "Iya, cowok itu terlalu pendiam kan. Dan, meki dia terlihat menyukaimu, tapi dia tidak pernah menyatakan cinta padamu.""Iya, hingga akhirnya aku bertemu dengan Nicole. Dan bodohnya dia, dia baru menyatakan cinta setelah aku bersama Nicole."Vira tertawa, namun kemudian ia ingat sesuatu. "Eits, jangan bilang kalau itu Ervan ya? Astaghfirullah, kenapa aku juga baru ingat, cowok yang waktu itu kamu ceritakan, namanya juga Ervan bukan?"Vira sontak menepuk keningnya sendiri, bisa-bisanya ia lupa de

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status