Share

Bab 4

Author: Mami ice bear
last update Last Updated: 2025-04-06 12:24:04

Setelah tiba di rumah sakit, Andini segera menuju lantai tempat dokter kandungan langganannya berada. Ini adalah kunjungan keenamnya dalam satu tahun terakhir, dan setiap kali datang ke sini, hatinya selalu dipenuhi harapan sekaligus ketakutan.

Di dalam ruang periksa, ia duduk dengan tangan dan jari yang saling bertaut, berusaha meredam kegugupannya.

Dokter yang mengenakan jas putih bersih itu tersenyum lembut sebelum menatapnya dengan penuh perhatian.

“Bagaimana, Dok?” tanya Andini dengan suara pelan, namun penuh harap.

Sang dokter menatap layar monitor hasil pemeriksaan sejenak, sebelum beralih menatap Andini. “Semuanya bagus, tidak ada masalah serius. Mungkin—”

“Mungkin kenapa, Dok?” Andini langsung menyela, suaranya sedikit meninggi karena panik.

Wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter kandungan tersebut tersenyum kecil, lalu mengangkat tangannya dengan gerakan menenangkan. “Sabar, Bu Andini. Coba tenangkan diri dulu, rileks, dan pikirkan hal-hal baik. Itu bisa membantu mengurangi kecemasan Anda.”

Andini menurut, perlahan ia menghela nafas panjang, kemudian menghembuskannya. Wanita itu melakukan hal tersebut berulang kali, tapi ternyata tidak membantu sama sekali. Kekhawatirannya terlalu besar.

“Bagaimana saya tidak cemas, Dok?” katanya dengan suara bergetar. “Kami sudah tiga tahun menikah, tapi belum juga dikaruniai anak. Sedangkan tetangga saya yang baru menikah tiga bulan, sekarang sudah hamil muda. Saya frustasi… rasanya ini semua tidak adil bagi saya.”

Nada suara Andini melemah, sedangkan matanya mulai memerah. Wanita berambut panjang tersebut menunduk, meletakkan kepalanya di atas meja. Tepat di sela lipatan tangannya.

Dokter yang duduk di depan Andini terdiam sejenak, lalu detik berikutnya wanita itu kembali bersuara dengan nada lembut, “Bu Andini, jika Anda terus memikirkan hal buruk, itu hanya akan menguras energi Anda. Sugesti negatif bisa menjadi penghambat tersendiri.”

“Tingkat stress pada seseorang, seringkali memicu kesuburan hormon pada tubuh manusia. Hal itu bisa jadi pemicu masalah yang Bu Andini alami saat ini,” imbuhnya.

Andini mendongak, kemudian menatap dokter tersebut dengan mata berkabut. “Tapi Dok—”

“Begini saja,” sang dokter kembali menyela dengan suara tegas namun hangat. “Tidak ada yang salah dengan berpikir, sebab itu sifat alamiah seorang manusia. Tapi terus-menerus memikirkan hal yang sama bisa menjadi beban tersendiri tanpa Bu Andini sadari. Lebih baik Anda berbagi cerita dengan orang yang bisa Anda percayai.”

Andini terdiam. Tangannya mengepal di atas pangkuan.

“Lalu, kepada siapa saya bisa bercerita, Dok? Saya hanya punya suami saya dan keluarganya. Sedangkan mereka sama saja, selalu mempertanyakan kapan saya hamil. Saya takut, jika sampai suami saya akan mencari wanita lain. Kalau saya benar-benar tidak bisa memberikan keturunan, Dok,” bisik Andini pada akhirnya, suara itu begitu pelan hingga nyaris tak terdengar.

Dokter itu tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya, menepuk punggung tangan Andini dengan lembut.

“Saya bahkan belum mengatakan apapun, tapi kenapa Anda sudah berpikir sejauh itu?” tanyanya dengan nada lembut. “Anda tidak mandul, Bu Andini. Anda sehat.”

Andini menatap sosok wanita di depannya dengan mata melebar. “Tapi, Dok … kenapa saya belum juga hamil?”

“Itu adalah kuasa Tuhan,” jawab sang dokter. “Yang bisa kita lakukan hanyalah berikhtiar dan berdoa. Kurangi pikiran buruk, karena itu hanya akan menambah tekanan pada diri Anda sendiri.”

Andini mengangguk lemah. Kemudian ia bangkit dari kursinya dengan gerakan lambat.

“Hubungi saya jika ada yang ingin Anda tanyakan,” kata dokter itu sebelum Andini benar-benar melangkah pergi.

Andini mengangguk sekali lagi, lalu berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan langkah berat.

Sesampainya di area parkir, ia berhenti sejenak dan menarik napas dalam-dalam.

“Hufftt…”

Wanita berambut panjang tersebut mencoba mengatur perasaan dan menenangkan pikirannya.

“Mungkin Dokter benar. Aku terlalu banyak berpikir negatif,” gumamnya pelan.

Tapi sebelum Andini sempat membuka pintu mobil, sebuah suara menghentikan langkahnya.

“Aku tuh kangen sama kamu, bukan cuma aku, tapi anak kita juga.”

Tubuh Andini menegang. Ia tidak mengenal suara itu, tetapi instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang membuatnya enggan melanjutkan langkah. Mungkin karena kata ‘anak’ yang disebutkan, mampu membius Andini di masa-masa kritis seperti sekarang.

“Pokoknya aku nggak mau tahu. Kamu harus cepat nikahi aku sebelum perutku benar-benar membuncit.” Suara yang sama terdengar lagi.

‘Mengapa mereka mudah sekali hamil. Tapi tidak denganku?’ batin Andini yang kini berdiri kaku, dadanya berdegup keras. Perlahan ia mengedarkan pandangan ke sekitar.

“Sudahlah, kita periksakan dulu saja. Apa kau benar-benar hamil atau tidak!”

Andini kembali menahan napas. Suaranya tercekat di tenggorokan.

Suara itu… seperti…

Jantungnya berdebar lebih kencang saat Andini menyadari sesuatu.

“Kenapa aku seperti mengenali suara itu…,” lirihnya.

Tubuh Andini membeku di tempat. Sebuah kenyataan yang belum pasti, namun cukup untuk membuat dunianya bergetar.

“Kalau kamu memang hamil, aku pasti akan menikahimu! Aku janji!”

“Aku bukan laki-laki brengsek, yang akan lari dari tanggung jawab!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 5

    “Bagaimana caranya kamu mau nikahin dia?” “Ya tinggal nikah! Gitu aja kok repot!” Laki-laki yang memakai jaket jeans itu langsung menoleh saat menyadari ucapannya. “Tinggal nikah? Lalu, mau kamu kasih makan apa anak orang?” Andini berdiri sambil bersedekap, menatap tajam pada laki-laki yang kini sedang bersama seorang wanita hamil, setidaknya begitu menurut pengakuannya. Meski perutnya belum terlihat menonjol. “Kamu siapa? Nggak usah ikut campur urusan orang deh!” ucap wanita hamil tersebut dengan sedikit ketus. “Ka.. Kak Andini….” Berbanding terbalik dengan wanita berambut pendek tersebut. Laki-laki yang berdiri di sebelahnya justru terperanjat, kala menyadari siapa sosok yang baru saja berbicara. “Kencing aja masih belum bener, udah berani hamilin anak orang kamu!” tekan Andini lagi. “Dia siapa sih sayang? Sok kenal banget!” sinis wanita hamil itu lagi. Pemuda itu memejamkan mata sejenak kemudian menoleh ke arah sang kekasih. “Dia kakak iparku,” bisiknya dengan nada t

    Last Updated : 2025-04-06
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 6

    “Kalau Mas Niko tahu aku bisa habis dihajar sama dia, Kak.”Suara Nino terdengar tegas namun gemetar. Wajahnya terlihat cemas. Tangannya mengepal di atas meja, sementara Andini hanya menatapnya dingin, tanpa sepatah kata.“Kamu minta aku diam… setelah semua yang aku lihat?” Andini bersandar, suaranya nyaris berbisik, tapi penuh tekanan. “Kamu tahu aku sudah hampir gila karena menahan rasa marah diri sendiri, Nino.”“Kami membiayai sekolahmu, agar kamu bisa sukses di masa depan. Tapi justru kamu sendiri yang menghancurkan masa depanmu!” ucap Andini yang mulai menaikkan nada suara. “Aku tahu,” Nino membalas cepat. “Tapi aku juga bingung, Kak. Kakak pikir aku nyaman nutupin semua ini? Aku sudah janji, aku bakal jujur ke keluarga. Tapi untuk sekarang… tolong, jangan bilang apa-apa ke Mas Niko dan Ibu dulu.”Andini mengerjapkan mata, nafasnya pendek-pendek menahan amarah yang hampir meledak. Kepalanya dipalingkan, matanya menatap kaca besar yang memantulkan siluet mereka bertiga.“Dia sua

    Last Updated : 2025-04-16
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 7

    “Ya sudah, Mas mandi dulu ya sayang….” Cup! Niko mengecup pucuk kepala Andini sebelum akhirnya berlalu ke kamar mereka yang berada di lantai atas. ‘Hufttt… setidaknya Andini percaya karena paket fiktif itu,’ batin Niko seraya melangkah. Sementara Andini hanya memandang ke arah kepergian sang suami kemudian beralih pada paket yang diberikan oleh Niko beberapa saat lalu. “Heh! Kau menganggapku senaif itu rupanya.” **** Kini, Niko sudah selesai mandi, namun laki-laki itu masih betah berlama-lama di kamarnya. Pria berbadan cukup kekar itu masih duduk termenung di atas tempat tidurnya sambil memikirkan sesuatu. “Apa aku ikuti saja masukan dari Ibu ya?” gumam Niko lirih. (Flashback On) Beberapa jam sebelumnya… Niko menjatuhkan sebagian tubuh di atas meja kerjanya yang penuh berkas. Dengan tangan terlipat, ia meletakkan kepalanya di antara kedua lengan, berharap bisa mengistirahatkan pikirannya yang sudah terlalu penat. Drrtt… Drrtt… Namun tiba-tiba ponselnya bergetar.

    Last Updated : 2025-04-19
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 8

    “Kamu yakin mau ke sana sekarang?” Niko menatap Lisa yang sudah berdiri di depannya dengan ekspresi tegas. Alih-alih menjawab, wanita itu justru memicingkan mata dan menatapnya tajam. Tanpa mengubah posisi, Lisa memutar tubuh menghadap Niko sepenuhnya. “Kalau tidak sekarang, lalu kapan lagi?” suaranya dingin, menusuk langsung ke hati Niko. Niko menelan ludah. “Mungkin kita bisa periksakan dulu ke rumah sakit. Sebelum kamu—” “Aku ini lagi ngidam lho, Mas!” Lisa menyela dengan cepat, suaranya meninggi. “Apa kamu pikir aku ini cuma lagi bercanda, Mas?” Matanya menyala penuh amarah. Niko memejamkan mata sejenak. Dalam hati, ia memang sedikit ragu jika simpanannya itu hamil, tapi ia tak mungkin mengatakan itu pada Lisa. “Bukan begitu, Sayang. Hanya saja…” Niko menghentikan ucapannya saat melihat tatapan Lisa berubah. Ditambah lirikan mata orang tua wanita itu. Membuatnya merasa terpojok. “Kamu yang membuat aku hamil, Mas!” suara Lisa bergetar, bukan karena ketakutan, melain

    Last Updated : 2025-05-04
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 9

    Di dalam mobil, Niko tampak gelisah. “Jadi, kita ke cafe mana?” tanyanya, mencoba terdengar setenang mungkin. “Lalu rumah sakit mana?” Lisa yang duduk di sebelahnya melipat tangan di dada. “Ke Rumah Sakit Keluarga Terpadu. Itu rumah sakit terdekat.” Mendengar jawaban itu, ekspresi Niko berubah drastis. “Rumah Sakit Keluarga Terpadu? Tapi… Andini juga periksa di sana,” suaranya sedikit panik. Lisa menoleh dengan ekspresi sinis. “Lalu apa masalahnya?” “Rumah sakit itu bukan punya istrimu sendiri, kan? Sampai orang lain nggak boleh periksa di sana?” lanjutnya ketus. Niko menghela napas. “Bukan begitu, Sayang. Aku hanya terkejut, itu saja.” “Lagian, wanita mandul itu ngapain sih pake capek-capek periksa ke rumah sakit segala. Udah mandul mah, ya mandul aja! Nggak usah banyak bertingkah!” papar Lisa yang terlihat jelas sangat tidak menyukai Andini, istri sah Niko. Pras diam. Tangannya semakin erat menggenggam kemudi. Saat ini, pikirannya penuh dengan berbagai skenario bu

    Last Updated : 2025-05-04
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 10

    Keesokan harinya... ‘Ini mimpi buruk, bukan? Tolong yakinkan aku kalau ini tidak nyata…,’ batin wanita yang kini melihat Niko dan Lisa berjalan santai keluar dari rumah sakit. “Aku nggak pernah menyangka kalau ini yang kau lakukan di belakangku, Mas…” Suara Andini tercekat. Hatinya terasa perih. Ia berdiri terpaku, berusaha mencerna kenyataan pahit yang sedang terjadi di depan matanya. ‘Tapi sejak kapan mereka…?’ Andai saja ia membatalkan jadwal mengambil vitamin hari ini. Sudah pasti Andini tidak akan mendapat fakta yang cukup membuatnya tercengang. Atau mungkin … Tuhan sedang berada di pihaknya. “Aarrgghhh! Dasar brengsek!” umpat Andini keras. “Bu Andini?” Hingga sebuah suara mengejutkan Andini yang masih duduk di lantai. “Dokter…,” lirih Andini. Wanita berjas putih tersebut langsung membantu Andini berdiri. Lalu merangkul tubuh wanita itu dan membawanya ke sebuah ruangan. “Ada apa Bu Andini? Kenapa Ibu ada di-” ******* “Apa kesabaran saya tidak ada

    Last Updated : 2025-05-04
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 1

    [Nak, bisa tolong kirimkan uang? Ibu sedang ada di supermarket dan uang yang Ibu bawa ternyata kurang.] [Mbak, bisa tolong transfer ke nomor ini? Aku lagi di bengkel servis motor tapi duitnya kurang.] [Sayang, kamu belum transfer? Terus gimana aku bayar makan siangku nanti?] Tiga pesan beruntun masuk ke nomor Andini. Pesan tersebut masuk dari tiga nomor yang berbeda, yakni dari nomor ibu mertua, adik ipar dan suaminya. Usai membaca ketiga pesan tersebut, kemudian Andini membuka aplikasi m-banking dan mengirimkan sejumlah uang ke tiga nomor yang berbeda. "Done! Waktunya beberes lagi. Saking sibuknya beres-beres, aku sampai kelupaan," ucap wanita yang memakai daster dan celemek di tubuhnya. ********* “Haish! Nomor baru lagi! Nggak ada bosennya kali ini orang!” Sebuah pesan masuk ke ponsel Andini. Hal itu sukses membuat wanita yang sedang duduk sambil menikmati teh itu, seketika mengernyit heran. Sebab sudah sejak beberapa akhir ini, banyak sekali nomor baru yang menghubungi

    Last Updated : 2025-04-05
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 2

    “Maksud kamu apa?”Niko menghentikan gerakan tangannya. Laki-laki itu menoleh, menatap istrinya dengan alis bertaut. “Enggak, cuma jawab ucapan kamu, kok.”Andini berdiri sambil mengendik acuh, kemudian wanita berambut panjang tersebut bangkit dan mengambil kemeja yang sudah disiapkan. Lalu meletakkannya di tempat tidur. “Ini baju kerja kamu.”Niko tersenyum, tapi saat mengambil ponselnya dari meja, ekspresinya tiba-tiba berubah.Jantung Andini kembali mencelos. Wanita itu penasaran, apakah suaminya sedang melihat notifikasi yang ia lihat tadi?Niko buru-buru mengunci layar, lalu berjalan mendekati Andini, tangannya terulur mencubit pipi sang istri pelan lalu mengusap pucuk kepalanya. “Jangan manyun gitu ah, jelek tau.”“Coba katakan ada apa?” tanya Niko dengan nada lembut. Andini mengangkat alis. “Hmm.. Ya ya ya istrinya dikata jelek, karena kamu biasa melihat wanita di luar sana yang lebih cantik dan seksi. Iya kan?”Niko tampak terkejut sesaat. Tapi dengan cepat, laki-laki itu me

    Last Updated : 2025-04-05

Latest chapter

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 10

    Keesokan harinya... ‘Ini mimpi buruk, bukan? Tolong yakinkan aku kalau ini tidak nyata…,’ batin wanita yang kini melihat Niko dan Lisa berjalan santai keluar dari rumah sakit. “Aku nggak pernah menyangka kalau ini yang kau lakukan di belakangku, Mas…” Suara Andini tercekat. Hatinya terasa perih. Ia berdiri terpaku, berusaha mencerna kenyataan pahit yang sedang terjadi di depan matanya. ‘Tapi sejak kapan mereka…?’ Andai saja ia membatalkan jadwal mengambil vitamin hari ini. Sudah pasti Andini tidak akan mendapat fakta yang cukup membuatnya tercengang. Atau mungkin … Tuhan sedang berada di pihaknya. “Aarrgghhh! Dasar brengsek!” umpat Andini keras. “Bu Andini?” Hingga sebuah suara mengejutkan Andini yang masih duduk di lantai. “Dokter…,” lirih Andini. Wanita berjas putih tersebut langsung membantu Andini berdiri. Lalu merangkul tubuh wanita itu dan membawanya ke sebuah ruangan. “Ada apa Bu Andini? Kenapa Ibu ada di-” ******* “Apa kesabaran saya tidak ada

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 9

    Di dalam mobil, Niko tampak gelisah. “Jadi, kita ke cafe mana?” tanyanya, mencoba terdengar setenang mungkin. “Lalu rumah sakit mana?” Lisa yang duduk di sebelahnya melipat tangan di dada. “Ke Rumah Sakit Keluarga Terpadu. Itu rumah sakit terdekat.” Mendengar jawaban itu, ekspresi Niko berubah drastis. “Rumah Sakit Keluarga Terpadu? Tapi… Andini juga periksa di sana,” suaranya sedikit panik. Lisa menoleh dengan ekspresi sinis. “Lalu apa masalahnya?” “Rumah sakit itu bukan punya istrimu sendiri, kan? Sampai orang lain nggak boleh periksa di sana?” lanjutnya ketus. Niko menghela napas. “Bukan begitu, Sayang. Aku hanya terkejut, itu saja.” “Lagian, wanita mandul itu ngapain sih pake capek-capek periksa ke rumah sakit segala. Udah mandul mah, ya mandul aja! Nggak usah banyak bertingkah!” papar Lisa yang terlihat jelas sangat tidak menyukai Andini, istri sah Niko. Pras diam. Tangannya semakin erat menggenggam kemudi. Saat ini, pikirannya penuh dengan berbagai skenario bu

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 8

    “Kamu yakin mau ke sana sekarang?” Niko menatap Lisa yang sudah berdiri di depannya dengan ekspresi tegas. Alih-alih menjawab, wanita itu justru memicingkan mata dan menatapnya tajam. Tanpa mengubah posisi, Lisa memutar tubuh menghadap Niko sepenuhnya. “Kalau tidak sekarang, lalu kapan lagi?” suaranya dingin, menusuk langsung ke hati Niko. Niko menelan ludah. “Mungkin kita bisa periksakan dulu ke rumah sakit. Sebelum kamu—” “Aku ini lagi ngidam lho, Mas!” Lisa menyela dengan cepat, suaranya meninggi. “Apa kamu pikir aku ini cuma lagi bercanda, Mas?” Matanya menyala penuh amarah. Niko memejamkan mata sejenak. Dalam hati, ia memang sedikit ragu jika simpanannya itu hamil, tapi ia tak mungkin mengatakan itu pada Lisa. “Bukan begitu, Sayang. Hanya saja…” Niko menghentikan ucapannya saat melihat tatapan Lisa berubah. Ditambah lirikan mata orang tua wanita itu. Membuatnya merasa terpojok. “Kamu yang membuat aku hamil, Mas!” suara Lisa bergetar, bukan karena ketakutan, melain

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 7

    “Ya sudah, Mas mandi dulu ya sayang….” Cup! Niko mengecup pucuk kepala Andini sebelum akhirnya berlalu ke kamar mereka yang berada di lantai atas. ‘Hufttt… setidaknya Andini percaya karena paket fiktif itu,’ batin Niko seraya melangkah. Sementara Andini hanya memandang ke arah kepergian sang suami kemudian beralih pada paket yang diberikan oleh Niko beberapa saat lalu. “Heh! Kau menganggapku senaif itu rupanya.” **** Kini, Niko sudah selesai mandi, namun laki-laki itu masih betah berlama-lama di kamarnya. Pria berbadan cukup kekar itu masih duduk termenung di atas tempat tidurnya sambil memikirkan sesuatu. “Apa aku ikuti saja masukan dari Ibu ya?” gumam Niko lirih. (Flashback On) Beberapa jam sebelumnya… Niko menjatuhkan sebagian tubuh di atas meja kerjanya yang penuh berkas. Dengan tangan terlipat, ia meletakkan kepalanya di antara kedua lengan, berharap bisa mengistirahatkan pikirannya yang sudah terlalu penat. Drrtt… Drrtt… Namun tiba-tiba ponselnya bergetar.

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 6

    “Kalau Mas Niko tahu aku bisa habis dihajar sama dia, Kak.”Suara Nino terdengar tegas namun gemetar. Wajahnya terlihat cemas. Tangannya mengepal di atas meja, sementara Andini hanya menatapnya dingin, tanpa sepatah kata.“Kamu minta aku diam… setelah semua yang aku lihat?” Andini bersandar, suaranya nyaris berbisik, tapi penuh tekanan. “Kamu tahu aku sudah hampir gila karena menahan rasa marah diri sendiri, Nino.”“Kami membiayai sekolahmu, agar kamu bisa sukses di masa depan. Tapi justru kamu sendiri yang menghancurkan masa depanmu!” ucap Andini yang mulai menaikkan nada suara. “Aku tahu,” Nino membalas cepat. “Tapi aku juga bingung, Kak. Kakak pikir aku nyaman nutupin semua ini? Aku sudah janji, aku bakal jujur ke keluarga. Tapi untuk sekarang… tolong, jangan bilang apa-apa ke Mas Niko dan Ibu dulu.”Andini mengerjapkan mata, nafasnya pendek-pendek menahan amarah yang hampir meledak. Kepalanya dipalingkan, matanya menatap kaca besar yang memantulkan siluet mereka bertiga.“Dia sua

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 5

    “Bagaimana caranya kamu mau nikahin dia?” “Ya tinggal nikah! Gitu aja kok repot!” Laki-laki yang memakai jaket jeans itu langsung menoleh saat menyadari ucapannya. “Tinggal nikah? Lalu, mau kamu kasih makan apa anak orang?” Andini berdiri sambil bersedekap, menatap tajam pada laki-laki yang kini sedang bersama seorang wanita hamil, setidaknya begitu menurut pengakuannya. Meski perutnya belum terlihat menonjol. “Kamu siapa? Nggak usah ikut campur urusan orang deh!” ucap wanita hamil tersebut dengan sedikit ketus. “Ka.. Kak Andini….” Berbanding terbalik dengan wanita berambut pendek tersebut. Laki-laki yang berdiri di sebelahnya justru terperanjat, kala menyadari siapa sosok yang baru saja berbicara. “Kencing aja masih belum bener, udah berani hamilin anak orang kamu!” tekan Andini lagi. “Dia siapa sih sayang? Sok kenal banget!” sinis wanita hamil itu lagi. Pemuda itu memejamkan mata sejenak kemudian menoleh ke arah sang kekasih. “Dia kakak iparku,” bisiknya dengan nada t

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 4

    Setelah tiba di rumah sakit, Andini segera menuju lantai tempat dokter kandungan langganannya berada. Ini adalah kunjungan keenamnya dalam satu tahun terakhir, dan setiap kali datang ke sini, hatinya selalu dipenuhi harapan sekaligus ketakutan.Di dalam ruang periksa, ia duduk dengan tangan dan jari yang saling bertaut, berusaha meredam kegugupannya. Dokter yang mengenakan jas putih bersih itu tersenyum lembut sebelum menatapnya dengan penuh perhatian.“Bagaimana, Dok?” tanya Andini dengan suara pelan, namun penuh harap.Sang dokter menatap layar monitor hasil pemeriksaan sejenak, sebelum beralih menatap Andini. “Semuanya bagus, tidak ada masalah serius. Mungkin—”“Mungkin kenapa, Dok?” Andini langsung menyela, suaranya sedikit meninggi karena panik.Wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter kandungan tersebut tersenyum kecil, lalu mengangkat tangannya dengan gerakan menenangkan. “Sabar, Bu Andini. Coba tenangkan diri dulu, rileks, dan pikirkan hal-hal baik. Itu bisa membantu meng

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 3

    Seketika, ide melintas di kepala Andini. Ia buru-buru berlari ke kamar, mengambil ponselnya sendiri, lalu mengetik sesuatu.Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar. Dan balasan pun datang.[Dia nggak ada jadwal masuk kantor hari ini. Entah kalau ketemu klien. Aku juga tak paham.]Jantung Andini berdetak kencang.Kali ini, Ia semakin yakin jika Niko sedang berbohong! Tangannya mencengkeram ponsel dengan erat. Dadanya bergemuruh sedangkan nafasnya memburu. “Kamu berani main-main sama aku, Mas?” geram Andini. Ia menatap keluar jendela, melihat mobil sang suami yang perlahan keluar dari gerbang.Kemarahan Andini seketika meledak.Tanpa pikir panjang, wanita itu meraih kunci mobil dan bergegas keluar.“Aku harus mengikuti Mas Niko! Apapun yang terjadi.”“Kita akan lihat, Mas. Kau benar pergi ke kantor ekspedisi, atau ke tempat lain!”Andini menggumam lirih, matanya menatap tajam ke arah mobil hitam yang baru saja melaju meninggalkan halaman rumah. Dengan gerakan cepat, ia meraih kun

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 2

    “Maksud kamu apa?”Niko menghentikan gerakan tangannya. Laki-laki itu menoleh, menatap istrinya dengan alis bertaut. “Enggak, cuma jawab ucapan kamu, kok.”Andini berdiri sambil mengendik acuh, kemudian wanita berambut panjang tersebut bangkit dan mengambil kemeja yang sudah disiapkan. Lalu meletakkannya di tempat tidur. “Ini baju kerja kamu.”Niko tersenyum, tapi saat mengambil ponselnya dari meja, ekspresinya tiba-tiba berubah.Jantung Andini kembali mencelos. Wanita itu penasaran, apakah suaminya sedang melihat notifikasi yang ia lihat tadi?Niko buru-buru mengunci layar, lalu berjalan mendekati Andini, tangannya terulur mencubit pipi sang istri pelan lalu mengusap pucuk kepalanya. “Jangan manyun gitu ah, jelek tau.”“Coba katakan ada apa?” tanya Niko dengan nada lembut. Andini mengangkat alis. “Hmm.. Ya ya ya istrinya dikata jelek, karena kamu biasa melihat wanita di luar sana yang lebih cantik dan seksi. Iya kan?”Niko tampak terkejut sesaat. Tapi dengan cepat, laki-laki itu me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status