Share

Bab 18

Azam langsung menjabat tangan Mas Zidan. Bersalaman sambil membungkukkan sedikit badannya.

"Kakak kenal?" Karin bertanya mewakili pertanyaanku.

"Iya. Kenal dong. Azam ini kan marbot mesjid yang ditunjuk ayah kita dulu. Mesjid yang dibangun ayah kan ada di sekitar sini." Mas Zidan menjelaskan.

"Iya betul, Mbak. Pak Zidan juga sering memberikan bantuan buat yayasan yang ada di belakang mesjid. Bukan panti asuhan sih. Hanya yayasan kecil yang dikelola Pak Haji Umar. Tempat belajar mengaji anak-anak kecil. Kebanyakannya sudah yatim piatu. Memang jarang yang tau, karena Pak Zidan ini seringnya sembunyi-sembunyi." Kali ini giliran Azam yang menjelaskan.

Aku cukup tercengang. Ternyata Mas Zidan selama ini begitu peduli pada orang-orang sekitar. Padahal di kantor atau pun dalam kegiatan sehari-hari, dia tidak menunjukkan semua itu. Aku salut padanya. Karena memang benar, saat tangan kanan kita memberi, lebih baik, tangan kiri juga tak perlu tau.

"Oh. Gitu ya," timpal Karin manggut-manggut.

Ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status