Share

Bab 7. Jebakan Kyai Dan Nyai

last update Last Updated: 2025-11-22 23:06:31

Flashback

Dua hari sebelum keberangkatan Alesha dan Fatih ke kota.

"Alesha, kamu di sini lagi," ujar Nyai menghampiri Alesha yang sibuk membersihkan motor moge warisan ke Fatih.

"Umi," cicit Alesha.

Alesha menyembunyikan kain lap di belakang punggung. Ini bukan pertama kali dia ketahuan membersihkan motor itu.

"Kamu sangat suka ya sama motor ini?"

"Hehehe."

Alesha hanya bisa tertawa cengengesan. Sejak pertama kali melihat ada motor moge di rumah Kyai dan Nyai, dia sangat ingin menyentuh motor tersebut. Dulu dia hanya bisa melihat dari jarak jauh. Lalu saat ada pekerja di rumah yang sedang membersihkan motor tersebut, dia langsung inisiatif menggelap sendiri.

Pekerja sempat menolak karena tidak enak. Berkat bujuk rayuan maut akhirnya Alesha bisa memegang motor moge secara langsung. Setiap saat ada kesempatan dia pasti akan mengelap motor itu sampai kinclong.

"Jarang loh anak perempuan suka motor gede gini. Biasanya suka Beat."

"Motor gini baru keren Umi," ujar Alesha lanjut mengelap motor tersebut. Mumpung ada kesempatan masih bisa menyentuh sebelum pergi ikut suami ke kota.

Alesha bersikap manja kepada Nyai seperti jati diri bersama sang Ibu. Nyai sudah dianggap ibu sendiri. Dasarnya dia memang tidak suka dengan suasana canggung dan suka blak-blakan.

"Alesha bahkan bercita-cita suatu saat bisa membeli motor ini yang keluaran terbaru," sambung Alesha mengelis hasil yang sudah bisa berkaca di bodi motor.

"Masa sih."

"Iya Umi. Tapi harga motor ini setara dengan sebuah rumah gede. Alesha tidak sanggup beli, Umi. Alesha mana ada uang."

"Kamu ini perempuan. Jangan naik motor seperti itu. Nggak baik untuk tubuh kamu," saran Nyai.

"Kan bisa bawa pelan-pelan Umi."

"Kamu ini memang keras kepala. Kalah Umi debat sama kamu."

"Umi bisa aja," cengir Alesha.

"Oh ya, dua hari lagi kalian berangkat ke ibukota kan?" tanya Nyai basa-basi.

"Iya Umi. Bang Fatih bilang gitu."

"Alesha, menurut kamu Bang Fatih bagaimana?" tanya Nyai hati-hati.

"Bang Fatih baik Umi. Kenapa Umi tanya seperti itu," sahut Alesha heran. Tangannya sampai berhenti mengelap motor.

"Umi hanya ingin memastikan Fatih baik sama kamu," ujar Nyai terasa pahit tanpa Alesha sadari.

"Oh, Umi tenang saja. Bang Fatih tidak pernah berbuat yang salah."

"Baguslah. Oh ya Alesha, kita tidak tahu bagaimana sifat seseorang jika kita tidak tinggal bersama," kata Nyai membuka kalimat yang ingin disampaikan kepada Alesha.

"Maksudnya Umi?"

"Jika suatu saat kamu melihat keburukan Fatih, apa yang akan kamu lakukan. Apa kamu akan meninggalkan anak Umi?" tanya Nyai dengan maksud terselubung.

"Umi, tentu Alesha harus menerimanya kan. Sekarang Bang Fatih suami Alesha. Baik buruknya harus Alesan terima dengan ikhlas. Itu kan sudah menjadi kewajiban Alesha sebagai seorang istri," sahut Alesha masih bisa bercanda.

"Benarkah?"

"Iya Umi. Untuk apa Alesha berbohong."

"Apa Alesha bisa janji sama Umi? Alesha akan menerima semua kekurangan Fatih dan menutup semua aibnya?"

"Tentu Umi. Menjaga aib Bang Fatih sudah termasuk sepaket dengan kewajiban Alesha."

"Baguslah," ucapan Nyai sedikit lega.

"Kenapa Umi kek lega gitu," curiga Alesha.

"Umi lega kamu tidak akan meninggalkan anak Umi. Membayangkan itu saja Umi jadi sedih," tutur Nyai mengelap air mata yang tiba-tiba muncul di ekor mata. Air mata yang turun dari perasan leganya.

"Umi jangan jangan sedih. Bang Fatih kan anak baik. Mana ada kekurangannya," bujuk Alesha panik melihat Nyai mengeluarkan air mata.

"Jadi menantu Umi mau janji kan sama Umi," paksa Nyai secara halus.

"Janji apa Umi?" tanya Alesha polos.

"Alesha janji tidak akan berpisah dengan anak Umi. Apapun yang terjadi Alesha akan tetap bertahan. Alesha akan membimbing anak Umi menuju ke jalan yang benar," ujar Nyai dengan serius.

"Iya Umi. Alesha janji sama Umi. Biar langit dan bumi yang menjadi saksi. Apapun yang terjadi Alesha tidak akan pernah meninggalkan Bang Fatih. Kecuali Bang Fatih yang tidak menginginkan Alesha. Jika Alesha ingkar janji, biar Alesha disambar petir. Ini akan menjadi janji seumur hidup Alesha sampai akhirat. Gimana? Apa Umi percaya betapa Alesha sangat mencintai Bang Fatih," ujar Alesha dengan bangga tanpa tau janji yang telah dibuat membuatnya terikat seumur hidup.

"Syukurlah, Umi percaya sama kamu. Sekarang Umi titipkan Fatih sepenuhnya sama kamu."

Nyai merasa bersalah kepada Alesha. Alesha tidak tahu apapun. Tapi keegoisan mereka membuat Alesha berjanji seperti itu. Janji yang harus ditepati di masa mendatang.

"Umi tenang saja. Alesha akan menjaga Bang Fatih. Alesha kan gadis yang kuat. Siapa yang berani ganggu Alesha akan Alesha tebas."

"Sekarang Umi bisa sedikit tenang. Jika terjadi sesuatu kalian, jangan cerita sama keluarga kamu terlebih dahulu ya. Kamu cerita dulu sama Umi. Takutnya nanti keluarga kamu menyuruh kalian berpisah. Apalagi sama Bang Muzammil. Bang Muzammil pernah menentang pernikahan ini. Umi tidak mau jika itu terjadi," bujuk Nyai agar aib Fatih tidak tersebar.

"Beres Umi. Sip deh!"

"Sana, kamu lanjut saja kerjaan kamu. Umi main masuk."

"Ok Umi."

Alesha lanjut membersihkan motor sambil bersenandung. Perasaannya sedang berbunga karena dipercayai Nyai. Artinya dia menantu yang baik.

Nyai melihat Alesha sekali lagi sebelum masuk ke rumah. Hatinya mengatakan jika apa yang dilakukan ini tidaklah benar. Namun yang namanya keegoisan manusia, apalagi seorang ibu maka membuat hatinya terbutakan.

"Bagaimana Umi?" tanya Kyai setelah Nyai masuk. Kyai hanya melihat dari kejauhan. Tidak berani mendekat saat istrinya membujuk Alesha.

"Umi nggak tahu apakah yang kita lakukan ini benar, Abi. Alesha begitu polos. Tanpa tahu apapun dia membuat janji dengan Umi begitu saja," ujar Nyai dengan perasaan sesal.

"Ini sebenarnya salah kita yang terlalu memaksakan keinginan kita sama Fatih. Sampai anak kita memberontak seperti ini. Hanya Alesha harapan kita Umi. Abi percaya dengan kepribadian Alesha bisa mengubah anak kita seperti dulu."

"Semoga saja Abi. Umi rindu Fatih yang dulu."

****

Kembali ke masa sekarang.

"Aaaaaa!"

Alesha ingin berteriak sekeras mungkin. Pantesan saja Umi membuat perjanjian dengannya.

"Apa mungkin Umi sengaja menjebak aku," duga Alesha berpikir keras.

"Tapi Umi tidak mungkin seperti itu kan," sambung Alesha gigit jari

"Sekarang aku harus bagaimana? Aku sudah terlanjur buat janji dengan Umi. Pake sumpah disambar petir segala. Janji kan hutang."

Alesha berjalan mondar mandir di depan pintu rumah sambil ngomong sendiri. Mulutnya tidak berhenti mengoceh dan mengutuk diri sendiri.

"Kira-kira aku bakalan kena petir beneran nggak ya. Kan aku bilang kalau minta cerai bakalan disambar petir. Mana pake bilang sampai akhirat. Gimana aku bakal masuk surga kalau ingkar janji gini. Bisa-bisa baru datang langsung ditarik ke neraka," kata Alesha bimbang. Ngeri membayangkan dijebloskan ke api neraka.

Alesha pikirannya masih lurus. Masih takut dengan janji palsu atau tidak melakukan sesuai ajaran agama. Dia masih memikirkan surga dan neraka di setiap kegiatan. Walaupun ada sedikit penyelewengan kecil. Namun tidak dengan hal yang sudah jelas.

Tidak seperti orang lain yang masa bodo dengan janji dan langsung minta cerai. Perjanjian itu terlalu berat untuk dipikul.

"Aduh, bagaimana ini? Jangan sampe aku kena sambaran petir. Aku bisa hitam gosong. Nanti siapa yang mau sama aku lagi."

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 10. Malam Pertama Yang Melelahkan

    Mereka makan malam dalam keadaan diam. Sekali-kali Alesha mencuri pandang ke arah Fatih dan Bella. Mereka terlihat biasa aja. Beda dengannya yang tidak fokus. 'Sekarang aku baru tahu dua sifat Bang Fatih yang perlu diperbaiki. Masalah pacar Bang Fatih, Bella. Lalu tentang ibadahnya. Bang Fatih jelas tahu pacaran itu bagian dari zina. Masih nekat pacaran. Apa sih bagusnya dari perempuan ini.' 'Kedua, Bang Fatih bohong sudah salat. Jangan-jangan selama ini Bang Fatih tidak pernah salat lagi. Makanya nikmat duniawi semakin terbuka. Membuat Bang Fatih semakin jauh dari Allah.' 'Sebaiknya aku harus mengutamakan tentang salat Bang Fatih. Salat itu tiang agama. Masalah perempuan itu bisa dijalankan sambilan,' nimbang Alesha. 'Lihat saja kamu gadis kecil. Aku tidak akan membiarkan kamu tinggal lama di sini. Aku akan memastikan jika Fatih sendiri yang akan mengusir kamu. Kamu itu bukan saingan aku untuk merebut Fatih. Jika kemarin aku dengan bodohnya membiarkan kalian menikah karena status

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 9. Berbohong

    "Lalu aku harus bagaimana? Kedua orang tua aku yang memaksa aku menikah dengannya." "Apa kamu tidak bisa menolak permintaan mereka sekali-kali."Bella tau jika Fatih banyak disortir kedua orang tua. Dia masa bodoh selama bisa memanfaatkan Fatih. Puncak masa bodo nya itu ketika Fatih mengatakan akan menikah. Dia sempat panik. Setelah berputar akal, dia setuju Fatih nikah. Setelah berhasil menyakinkan Fatih tidak akan meninggalkannya."Apa kamu bercanda? Jika aku bisa menolak kedua orang tuaku, dari dulu aku sudah melakukannya. Bahkan demi pernikahan ini mereka mengancam akan menarik semua fasilitas dan menyuruhku segera kembali ke sana."Bella tidak tenang dengan perkataan Fatih. Kalau semua fasilitas Fatih dicabut, maka dia juga tidak bisa menikmatinya. Dia sudah bersusah payah merayu dan menjebak Fatih agar menjadi pacarnya.'Percuma aku pacaran dengan Fatih disaat semua fasilitasnya dicabut.'"Maaf Fatih, aku tidak tahu orang tua kamu sampai segitunya. Padahal kamu ini anaknya. Ata

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 8. Fatih Diguna-guna Bella

    Alesha masuk ke dalam rumah dengan lesu. Terpaksa demi janji dengan Umi. Maka dia akan berusaha untuk mengubah Fatih daripada ingkar janji. Serta malu dengan para santi. Yakin jika para santri akan meledeknya sebagai istri yang tidak becus. Maka Fatih yang menceraikannya dengan sengaja.Tidak akan ada yang percaya jika Fatih memiliki pacar dan bermuka dua. Nama baik Fatih tidak ada apa-apa dengan namanya yang terkenal jelek."Kupikir kamu udah pulang," ejek Bella yang duduk di ruang tamu bersama Fatih. "Memangnya kamu siapa ngusir-ngusir aku," balas Alesha mengangkat dagu."Berani juga kamu.""Bang Hanif, dimana kamarku?" tanya Alesha mengabaikan perkataan Bella. Tidak penting baginya."Kamar kamu ada di lantai dua," tunjuk Bella ke arah lantai dua."Kenapa kamu yang jawab. Aku tuh tanya sama suami aku. Bukan sama kamu," sewot Alesha mengerut alis."Kamar kamu ada di lantai dua. Kamu naik saja ke atas. Nanti belok ke kanan. Di sana ada beberapa kamar. Kamu pakai saja yang kamu suka,"

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 7. Jebakan Kyai Dan Nyai

    FlashbackDua hari sebelum keberangkatan Alesha dan Fatih ke kota."Alesha, kamu di sini lagi," ujar Nyai menghampiri Alesha yang sibuk membersihkan motor moge warisan ke Fatih."Umi," cicit Alesha.Alesha menyembunyikan kain lap di belakang punggung. Ini bukan pertama kali dia ketahuan membersihkan motor itu."Kamu sangat suka ya sama motor ini?""Hehehe."Alesha hanya bisa tertawa cengengesan. Sejak pertama kali melihat ada motor moge di rumah Kyai dan Nyai, dia sangat ingin menyentuh motor tersebut. Dulu dia hanya bisa melihat dari jarak jauh. Lalu saat ada pekerja di rumah yang sedang membersihkan motor tersebut, dia langsung inisiatif menggelap sendiri.Pekerja sempat menolak karena tidak enak. Berkat bujuk rayuan maut akhirnya Alesha bisa memegang motor moge secara langsung. Setiap saat ada kesempatan dia pasti akan mengelap motor itu sampai kinclong."Jarang loh anak perempuan suka motor gede gini. Biasanya suka Beat.""Motor gini baru keren Umi," ujar Alesha lanjut mengelap mo

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 6. Alesha Dilema, Cerai Atau Maju

    "Alesha, kenalkan, ini pacar aku, Bella. Bella, kenalkan, ini istri aku, Alesha," ucap Fatih seperti memperkenalkan dua orang sahabat."APA!" teriak Alesha menggema.'Apa aku nggak salah dengar? Bang Fatih punya pacar' pikir Alesha syok berat. Tubuhnya membeku bagai patung."Ah, telinga aku sakit Fatih. Istri kamu pita suaranya jelek sekali," hina Bella sambil mengorek telinga seakan terkontaminasi suara Alesha."Bang Fatih, ini tidak benarkan. Bang Fatih pasti bercanda. Hahaha," Alesha tertawa garing menutupi kebenaran. Sakit mendengar kenyataan tadi."Bang Fatih bisa aja bikin jantung Alesha hampir copot. Apa ini prank? Ini tidak lucu Bang Fatih. Alesha nggak suka," tanya Alesha terkekeh.Bella menatap Alesha dengan sinis. Dilihat dari segi manapun, dia terlihat lebih baik dibandingkan gadis yang ada di depannya. Dia tahu Fatih pulang karena mau menikah. Karena perjodohan kedua orang tua.Bella juga ingin menikah dengan Fatih. Namun melihat latar belakang keluarga Fatih, dia yakin k

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 5. Apa? Bang Fatih Ada Pacar?

    Fatih telah selesai dengan urusannya. Saat kembali ke parkiran motor, di tengah jalan dia melihat Alesha yang sedang tertawa bebas dengan dua santri yang tidak dikenal olehnya. Di bawah pohon rindang. Dimana Alesha duduk di atas meja dan sebelah kaki di atas kursi."Itu istrinya kamu Gus Fatih? Saya masih heran kenapa Pak Kyai malah memilih dia dari ribuan santri yang ada," komentar salah satu ustadz yang menemani Fatih.Mata mereka bertiga terfokus pada Alesha yang tertawa sampai terpingkal-pingkal. Tidak ada kalem sama sekali."Kamu jangan bicara begitu. Itu pilihan Pak Kyai. Gus Fatih jangan dengar perkataan tadi ya," kata Ustadz satu lagi dengan tidak enak."Saya duluan ya, Ustadz. Assalamualaikum," pamit Fatih tanpa memberi komentar."Waalaikumsalam.""Tuh, kamu lihat ekspresi Gus Fatih. Perempuan yang kamu hina tadi sudah menjadi istri Gus Fatih." "Bukan hanya aku saja yang masih belum menerima keputusan Kyai. Para santriwan dan santriwati juga," belanya."Itu bukan urusan kita

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status