Home / Romansa / Kulakukan Demi Keluarga Season 2 / Tak Bermaksud Menolakmu

Share

Tak Bermaksud Menolakmu

Author: Winda
last update Last Updated: 2021-05-28 20:03:54

"Maaf Mas, bukannya aku menolak maksud baik mu, tapi, aku bukanlah perempuan yang cocok untukmu."

Mas Alex meraih dan menggenggam tanganku. Dia menatap mataku begitu dalam, tatapannya begitu tajam laksana pedang menusuk kalbu.

"Dengarkan Mas, Silvi! Mas mencintai kamu," ucapnya dengan nada rendah nan lembut.

Kutarik tangan dari genggamannya, dan kulipat dipangkuan. Ada rasa tak nyaman saat dia menatapku, aku sadar diri, aku ini wanita buruk dan kotor, aku bukan perempuan yang tepat untuknya.

"Tapi, Mas, kamu tahu kan. Aku ini perempuan seperti apa? Bahkan aku kini sedang mengandung anak dari pria lain,"

"Mas gak peduli, status kamu! Mas sangat mencintai kamu," 

"Jangan memaksa Mas! Aku gak mau membuat kamu menjadi anak durhaka, hanya demi aku, yang tak berharga ini," jawabku seraya menundukkan kepala.

"Mas, akan bicara sama ayah dan ibu dan meminta restu pada mereka! Kalau ayah dan ibu Mas gak setuju, terserah apa kata mereka. Yang pasti Mas sudah bertekad untuk menikahi kamu, anak itu butuh Ayah! Tak mungkin kan, kamu sendirian mengurus dan menanggung beban hidupmu," ujar Mas Alex begitu yakin.

"Iya Mas, aku tahu itu, yang seharusnya bertanggung jawab adalah Devan! Bukan kamu, dia yang sudah merenggut semuanya dari aku, aku benci sama dia, Mas!" Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan, dan menangis tersedu-sedu, meluapkan rasa pedih di hati ini.

"Udah jangan nangis! Tar ibumu dengar, khawatir dia akan tahu so'al ini." Mas Alex mengusap bahuku, untuk menenangkan diriku. 

"Iya Mas," gegasku usap air mata dengan tissue yangku ambil dari dalam tas selempang yang tergeletak di kursi sampingku. Namun mata ini terus saja mengeluarkan bulir bening yang tak bisa kubendung.

"Hm ... em ...." Mas Alex mendehem. "Baru kali ini saya bertamu di anggurin, eh kemarau ini tenggorokan," ujar Mas Alex sembari menelan ludah, tangannya mengusap-usap lehernya. 

Aku terkekeh mendengar ucapannya, dia memang selalu menghiburku, di kala aku bersedih dan merasa luka di hati ini timbul kembali.

Kuangkat wajah sembari menyeka kembali air mata, dengan jemari tangan dan tissue. "Iya Mas Ma'af!" jawabku sembari menarik nafas panjang, melonggarkan pernapasan. Aku bangkit dan masuk ke ruangan di samping kiri Mas Alex.

"Mau minum apa Mas?" tanyaku sedikit berteriak, dari dalam ruangan yang penuh dengan berbagai macam sembako dan di meja terdapat beberapa jenis sayuran beberapa ikat kangkung dan bayam. Ada juga beberapa bungkus plastik bening ayam dan ikan juga ceker, didalam freezer.

Jualan ibu begitu lengkap untuk keperluan dapur pelanggan, aku senang melihat ibu tak kesusahan seperti dahulu, meskipun kegadisan dan harga diriku sudah lenyap dirampas Devan. Setidaknya aku bisa meringankan beban keluarga.

"Yang seger dan manis aja, kaya wajah kamu." Mas Alex melongok dari bingkai pintu. Aku menoleh seraya mengulas senyuman, wajahku mungkin merah saat ini, aku begitu malu mendengar pujian dari mulut Mas Alex.

"Kamu, bisa aja Mas." Kuambil dua botol kemasan Jasmine tea dari lemari pendingin. Tak lupa dua bungkus makanan ringan untuk teman minum.

Aku beranjak dari kamar utama yang kini disulap menjadi warung sembako, kedua tanganku membawa makan dan minuman.

"Sini, Mas bawain!" Mas Alex mengambil alih kedua botol minuman dari tanganku.

"Terima kasih Mas." Kami berlalu menuju ruang tamu dan duduk kembali di kursi.

"Silahkan, diminum tuan putri!" seru Mas Alex seraya membuka segel tutup botolnya dan meletakkannya di meja.

"Terima kasih banyak." jawabku membuka tutup botol dan segera meminumnya. 

Kami berdua bercengkrama ada gelak tawa kecil terselip disela aku dan Mas Alex bercerita. Rasanya beban di hati ini sedikit berkurang dengan adanya Mas Alex di sampingku.

"Eh, lagi asyik ni, kalian emang cocok," ujar ibu yang baru datang dari dapur sembari membawa goreng pisang. Wajahnya begitu semringah melihat keakrabanku dengan Mas Alex.

"Ibu ...." Aku menundukkan wajah, dari tatapannya yang membuatku gugup.

"Ini udah jadi pisang gorengnya, di makan ya mumpung masih hangat! Buat teman ngobrol, biar gak bosen," ucap Ibu, meletakkan piring berisi pisang goreng yang masih mengepul, lalu ia duduk di sampingku. 

"Sil, mata kamu kok sembab, kamu nangis ya?" tanya ibu menatapku, membuatku gusar, rupanya jejak air mata di pelupuk masih tersisa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Terjebak Tantangan

    Tak ingin menanggapi ucapan Devan, yang selalu mengarah kedalam hubungan intim, aku menarik tangan dari genggamannya, berlalu meninggalkan dia yang masih berdiri di balkon, menuruni anak tangga menuju ruang makan karena perut mulai berbunyi minta diisi. "Selamat malam, Non." Bi Rika menyambutku, menggeser kursi untukku duduk, dia menyiapkan piring dan mengisi makan, semuanya nampak enak dan bergizi. Tentunya, Devan ingin yang terbaik untukku dan calon bayinya, seperti Mas Alex, dulu sewaktu aku tinggal bersamanya, dia selalu memberikan asupan makanan yang bergizi setiap hari, dia sering berkata sambil mengelus perutku. "Baby, kamu jangan nakal, ya! Mama jangan dibuat mual lagi, kasihan." Mas Alex memperhatikan perut buncitku sambil terus mengusapnya naik turun, "Semalam, baru saja mamamu bisa makan enak sudah di keluarkan lagi. Baby, kamu sedang apa, sayang? Pasti sedang bobo," ucapnya kala itu, wajahnya nampak bahagia seperti seorang ayah yang mencintai calon buah hatinya. "Papa

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Jangan Sentuh

    POV Silvi.Rasa bahagia menggelenyar dalam lubuk hatiku. Ya, awalnya, diri ini tak sama sekali menginginkan anak yang ada dalam kandunganku. Namun, setelah melihatnya tadi saat pemeriksaan ultrasonografi aku merasa terharu. Dulu, berbagai cara aku lakukan, untuk melenyapkan makhluk kecil yang bersemayam dalam rahimku, tapi usahaku selalu gagal. Dan, beberapa bulan lagi dia akan segera lahir ke dunia ini, aku akan menjadi seorang ibu."Nak, maafkan mama ya, mama pernah menginginkan kau tiada. Mama begitu kejam padamu." Kutatap perutku yang agak membuncit, ada pergerakan di dalam sana seolah anak itu tahu apa yang sedang aku katakan."Mama janji, mama akan mencintaimu. Memberikan seluruh kasih sayang untukmu, Nak."Air mataku meleleh. Andai semua ini bukan perbuatan Devan dan aku memiliki keluarga kecil, betapa bahagianya aku.Setelah pulang dari rumah sakit, seharian aku berada di dalam kamar benar-benar merasa bosan tinggal di kamar sendirian. Bukannya aku sombong dan tak ingin berbau

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Tak Tahan

    POV Devan.Harapan untuk membina rumah tangga dan membesarkan anakku bersama Silvi wanita yang begitu aku cintai, meskipun ia tak mencintaiku sama sekali. Namun, aku tak peduli dengan rasa ia terhadapku, semoga saja tak ada hambatan untuk dua hari kedepan sampai hari pernikahan kami tiba.__Siang ini kami ada janji dengan dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilan Silvi. Tak sabar ingin melihat calon buah hati kami, ya, bisa dikatakan buah hatiku, karena Silvi tak begitu menginginkannya."Bayinya sehat, pergerakannya juga mulai aktif. Denyut jantungnya juga normal, berat dan ukuran sesuai dengan usia janinnya," kata sang dokter menjelaskan sambil terus menggerakkan alat transducer di atas permukaan perut Silvi yang sedikit membuncit. Mataku nggan tuk berkedip menatap takjub ke layar monitor berwarna hitam dan putih yang bergerak-gerak."Anakku," kata Silvi lirih. Namun, masih bisa kudengar tatapan terfokus pada layar tersebut memperlihatkan pergerakan bayi yang kini masih bersemay

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Jalan Sore

    POV Silvi. Perhatian Devan begitu lembut dan hangat. Namun, tak sedikitpun membuat hatiku iba dan mau menerima dia begitu saja. "Silvi, kau jangan bicara seperti itu! Kau tahu, aku tak mau kehilanganmu, karena aku sangat mencintai dan menginginkanmu. Dua hari lagi hari pernikahan kita akan dilaksanakan, kuharap kau bersiap menerima segala kekurangan dan memaafkan segala dosa yang pernah kubuat. Aku akan mengikat janji suci didepan penghulu, kau akan menjadi permaisuri dalam hidupku untuk selamanya," ucap Devan sungguh-sungguh, tak ada kebohongan dari sorot matanya bahwa yang diucapkannya itu benar, kalau dia memang mencintaiku. "Kalau soal itu, aku pasti menepatinya. Aku akan menikah denganmu, demi anak ini. Tapi, aku tak bisa janji untuk menerimamu didalam hatiku." Aku menengadah seraya mengusap air mata yang tak kuminta untuk keluar. Ingatanku terpusat pada Mas Alex yang begitu baik. Hatiku sungguh pedih dengan kenyataan ini. Bagaimana hati ini tidak merasa pedih dan sakit? Yan

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Tak Usah Takut!

    POV Devan.Aku tersenyum melihat ekspresi muka Silvi yang begitu ketakutan. Ia beringsut mundur, kedua tangannya mencengkram erat kerah bajunya menutup rapat dada hingga leher. "Mau apa, kau?" Silvi menatap waspada. Aku menggeleng dan tersenyum tipis, "Aku hanya mau mengajakmu, untuk …." Sengaja aku tak melanjutkan kalimat. Dengan tenang aku melipat lengan baju sampai bawah siku. Ku longgarkan dasi dan melepasnya kemudian membuka kancing baju paling atas. Silvi menatapku tajam dengan napas memburu penuh ketakutan. "Jangan mendekat!" bentak Silvi menunjuk jari telunjuknya ke arah wajahku. "Jangan marah-marah dulu! Aku takkan pernah menyakitimu, Silvi. Aku hanya ingin mengajakmu sejenak menghilangkan penat."Sengaja aku menggoda dia."Maksudmu apa?""Tak ada maksud apapun,""Katakan jangan membuatku takut, dan tambah membencimu!""Silvi, kamu pasti bosan terkurung di rumah ini. Makanya aku mau ajak kamu untuk jalan sore. Kamu pasti penat berada seharian di dalam kamar, jangan berbur

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Doaku Untukmu

    POV Silvi.Selepas makan siang dan minum susu, aku minum vitamin dari dokter yang sudah disediakan Devan diatas piring kecil. Pikiranku saat ini terfokus pada Mas Alex, entah mengapa hati ini begitu khawatir takut terjadi sesuatu padanya. Tuhan tolong lindungilah dia, lindungi dari orang-orang jahat dan jauhkanlah dia dari marabahaya. Hanya doa yang bisa kupanjatkan, semoga Mas Alex dalam keadaan baik-baik saja. Air mataku menetes kala teringat masa-masa indah bersamanya, walaupun kami tak saling mengungkapkan kata cinta, tapi rasa itu tumbuh begitu kuat dalam hati. Sebelum berpisah aku dan Mas Alex dulu bertemu di sebuah cafe ungkapan cintanya belum sempat kujawab hingga akhirnya kami dipertemukan kembali di tempat yang tak disangka-sangka.Mas Alex begitu mencintaiku, aku pun sama mencintainya. Ketulusan dan perhatiannya amat besar, membuatku luluh dan hanya dia yang ada dalam hatiku. Ia juga mau memberikan status untuk anakku nanti, dan rela bertanggung jawab meski bukan dia yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status