Share

30. Mas Arman Meninggal

"Ayah gak bangun-bangun, Bu. Ayah gak jawab panggilan Nurul." Nurul terisak dalam pelukanku. Sungguh perih hatiku mendengar tangisannya.

"Nurul bantu doa, ya. Semoga ayah cepat bangun. Nurul jangan nangis terus. Nanti ayah jadi ikutan sedih." Kuusap puncak kepalanya. Nurul mengangguk, meski air matanya masih saja terus menggenang.

"Mbak ke dalam, gih. Biar Nurul sama aku." Lita menarik pundak Nurul lantas membawa gadis kecil itu duduk di kursi besi panjang tak jauh dari kami berdiri.

"Mas Arman di ranjang paling sudut sebelah kanan, Mbak. Atau Mbak mau aku antar?" Joko menawarkan diri.

Aku menggeleng. "Gak usah, Ko. Mbak bisa sendiri." Perlahan aku melangkah meninggalkan mereka. Sebelum mendorong pelan pintu kaca itu, aku menarik napas dalam-dalam.

Di ranjang paling sudut, tampak Mas Arman memejamkan mata. Napasnya tak beraturan naik turun dengan cepat. Berbagai macam kabel berwarna-warni menempel di dadanya yang terhubung ke alat monitor di atas kepala.

Seketika rasa sakit, marah, den
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status