Share

8. Hati yang Menghangat

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-25 20:46:24

Aku terbangun dalam keadaan kepala berdenyut. Wajar saja. Tidurku hanya dua jam. Kulihat Lita masih tertidur dan Nurul duduk di tepian tempat tidur menatapku.

"Nurul udah bangun?" Aku bangkit, menyibak selimut yang menutupi tubuhku. Pasti semalam Lita yang memasangkannya.

"Ibu tidur di bawah?"

"Ibu gak sengaja ketiduran, Nak," jawabku. "Oh, ya. Nanti Nurul sekolah diantar jemput Tante Lita, ya."

Nurul mengangguk. "Tapi, buku-buku dan tas sekolah Nurul lupa dibawa, Bu."

"Oh, iya, ya." Aku menepuk dahi.

Duh, semalam aku lupa membawanya. Benda-benda itu berada di rak mini sebelah TV di ruang keluarga. Aku hanya fokus membawa baju-baju saja dan ingin cepat keluar dari rumah itu.

"Besok kita jemput. Hari ini Nurul izin gak masuk dulu aja, ya. Nanti jam tujuh Ibu telepon wali kelas Nurul. Minta izin."

"Iya, Bu." Nurul mengangguk setuju.

~AA~

Siti terbelalak. "Gila!" katanya. "Emang lakimu gak tau diri, ya. Udah pengangguran, eh, malah selingkuh," ujarnya lagi.

Aku tak menyahut, masih fokus membersihkan kaca-kaca etalase yang memajang barang-barang jualan.

"Trus, kamu tinggal di mana sekarang, Li?" Siti bertanya, melanjutkan menyapu lantai yang tadi terhenti sebentar.

"Di kosan adikku. Gak jauh dari sini."

"Emang, ya, benar-benar si Arman." Siti berdecak. "Kalo aku jadi kamu, mereka berdua udah habis aku bejek-bejek." Siti nyerocos sewot.

Suara pintu mobil terdengar ditutup berasal dari parkiran depan ruko. Aku dan Siti bersamaan menoleh ke arah yang sama, memandang ke pria yang berjalan mendekat. Ko Kevin berkaos putih dan celana jeans selutut dengan sepatu kets. Kostum khas yang sering dipakainya jika bos kami itu akan bermain badminton di Sabtu pagi. Ada dua kardus di pelukannya. Tampaknya berisi barang-barang baru.

Siti memberi kode padaku. Bergegas aku menghampiri pria berwajah oriental itu, ingin merebut kardus-kardus yang dia bawa. Namun, dia hanya memberi satu. Satunya lagi masih dia pertahankan dengan alasan lumayan berat.

Aku mengekor di belakang Koko Kevin, melewati rak-rak dan berakhir di sebuah pintu pembatas antara toko dan kantornya. Melangkah masuk, aku meniru gerakannya meletakkan kardus ke atas meja di sudut ruangan. Sedikit mengangguk hendak pamit, aku bermaksud meninggalkannya. Namun, sapaannya menghentikan langkahku.

"Kamu gak apa-apa?" Koko Kevin menatap dengan bola matanya yang hitam.

Aku membalik badan, menghadap ke arahnya. Dahiku berkerut tanda tak mengerti.

"Maaf. Kemarin pas saya antar kamu pulang, saya sempat bertanya pada salah satu warga yang sedang berkerumun. Saya cuma khawatir, terjadi perampokan atau sesuatu di rumahmu." Koko Kevin berucap dengan nada tulus. "Kamu gak apa-apa?" tanyanya lagi.

Aku mengangguk lantas mengulas senyum. "Saya gak apa-apa, Ko."

"Seumpama kamu butuh hari libur. Bilang aja. Kamu butuh menenangkan diri."

Aku menggeleng. "Gak, Ko. Dengan bekerja saya bisa fokus melupakan semuanya. Jika saya sendirian, saya malah selalu teringat pada masalah yang sedang saya alami."

Koko Kevin mengangguk berulang kali. "Bagus, saya suka cara berpikir perempuan hebat seperti kamu. Jangan sia-siakan air mata untuk seorang pengkhianat. Apa, ya, namanya? Mubazir?"

Mau tak mau aku tertawa. "Betul, Ko. Mubazir."

Dia pun ikut tersenyum. Ah, lagi-lagi bosku itu memberi senyuman kepadaku yang mampu menghangatkan hati. Kupastikan wajahku terlihat bersemu dari pantulan kaca lemari di sudut kantornya.

~AA~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   42. Radi, Duda Hitam Manis

    Purwari tersenyum, tetapi matanya tak lepas dari pekerjaan di tangan. "Modelan bapakmu mana mau pakai sarung baru, Li. Sarung ini adem katanya. Bapakmu bakal terus memakainya sampai kain ini benar-benar lapuk dan rapuh."Lia sudah tau tentang kebiasaan Tarjo itu. Jadi Lia tidak menyarankan apa-apa lagi."Gimana pekerjaanmu di Jakarta, Nduk? Apa ada masalah?"Lia menggeleng. "Enggak, Mak. Alhamdulillah aku bekerja pada bos yang baik.""Syukurlah. Lalu ... apa kamu masih sering bertemu Yuli?" Purwari berhati-hati sekali menanyakan hal yang sensitif ini. "Walau gimana pun, dia sepupumu, Nak."Lia tersenyum penuh ketulusan. "Mak, sungguh aku udah maafin Mbak Yuli. Bahkan ketika mendiang Mas Arman masih hidup. Udah jalan hidup dan takdirku begini. Mau gimana lagi." Lia mengedik bahu.Purwari menoleh sepintas pada anaknya. Wanita itu mencoba membaca raut Lia. "Apa kamu mau Emak jodohkan?"Seketika Lia tergelak. "Mak, Mak. Zaman udah moderen gini, ah. Lagian Lita pun belum menikah. Aku mah t

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   41. Pulang Kampung

    Bus yang membawa Lia, Lita dan Nurul melaju menembus pekatnya malam. Mereka membutuhkan waktu lima jam lagi hingga tiba di kampung halaman. Waktu menunjuk ke jam sebelas, tapi mata Lia belum bisa terpejam sedari tadi.Di sebelahnya, Nurul dan Lita telah tertidur pulas tertutup selimut kotak-kotak yang tersedia di masing-masing kursi penumpang.Sejak memantapkan hati untuk kembali menata hati, Lia jadi susah tidur. Ini kebiasaannya sedari remaja dulu bila diserang gundah gulana. Lia tidak ingin melawan rasa yang menyakitkan itu. Dia biarkan luka merambat ke hatinya hingga luka itu sembuh dengan sendirinya. Lia hanya butuh waktu.Lia kembali memandangi layar ponsel dan membaca pesan dari Kevin yang pria itu kirimkan sebelum masuk ke dalam mobil dan pergi bersama Siska.[Maaf aku belum sempat menjelaskan situasi ini kepadamu, Lia. Tapi aku berjanji akan segera berbicara denganmu dari hati ke hati. Enggak di sini. Aku butuh berdua aja denganmu.]Lia tidak berniat sedikit pun untuk membala

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   40. Kenyataan yang Berbicara

    Sore harinya Kevin menepati ucapannya. Namun dia tidak datang sendirian. Ada Siska yang bersamanya. Tentu hal ini membuat Siti terheran-heran dan memaklumi kenapa sedari pagi Lia menjadi pendiam."Hai, ternyata kamu kerja di cabang yang ini, Mbak?" Siska melambai ke Lia secara bersahabat. Ini lah yang membuat kenapa Lia tidak bisa membenci gadis itu. Siska terlalu ramah dan baik, bahkan terlihat menyayangi Nurul saat di rumah orang tua Kevin kemarin."Iya, Mbak. Saya ditempatin di toko yang ini," jawab Lia memaksakan seulas senyum.Kevin sempat kebingungan, bagaimana menjelaskan kepada Lia. Namun Lia selalu menghindari tatapan pria itu. Sedang barang yang baru saja dibawa Kevin dari mobil, segera diambil Siti."Maaf aku gak bisa mampir lama, Li. Aku harus ... nganterin Siska ke suatu tempat." Kevin menjelaskan sembari garuk-garuk kepalanya."Iya, Ko. Gak apa-apa." Bibir Lia tersenyum, tapi tidak dengan matanya. "Oh, ya, Ko. Sekalian aku mau minta izin cuti.""Cuti?" Alis Kevin bertaut

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   39. Menghadapi Kenyataan

    Nurul telah tertidur sejak tadi, sedangkan Lia masih menonton televisi. Meski mata wanita itu menuju layar benda elektronik di hadapan, tapi Lita tau kakak perempuan satu-satunya itu tengah memikirkan sesuatu."Nih, kopi. Aku juga buatin buat Mbak Lia." Lita menyodorkan segelas kopi instan yang telah terseduh.Lia menoleh lantas menyambut pemberian adiknya itu. "Kamu kebiasaan, ya, Dek. Kasih kopi ke Mbak di jam segini." Lia menggeleng-gelengkan kepala.Lita tertawa, lantas menyusul duduk di sebelah kakaknya. "Gak minum kopi juga Mbak gak bakalan bisa tidur malam ini. Iya, kan?"Lia terdiam sejenak. "Kamu tau dari mana?""Tadi aku udah nanya ke Nurul tentang apa aja yang kalian lakuin di rumah orang tua Ko Kevin." Lita tak membalas tatapan kakaknya. Dia menyeruput kopinya sendiri sambil menatap televisi. "Siapa gadis cantik yang diceritain Nurul ke aku, Mbak?"Lia tersenyum miris lalu menggeleng. "Entah lah. Mbak juga belum tau pasti, tapi ... kayaknya dia dan Ko Kevin pernah punya hu

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   38. Fakta yang Terungkap

    "Maaf, kalau ucapanku tadi ngagetin. Tapi benar, kok. Aku sama Kevin pernah tidur di ranjang yang sama. Waktu itu aku ketiduran di kamar Kevin, eh, Kevin-nya malah gak ngebangunin. Aku dibiarkan tidur di kamarnya sampai pagi." Siska kembali tertawa.Kevin menelan ludah. Dia baru menyadari bahwa ekspresi Lia sedang tidak baik-baik saja."Dulu aku kuliah di Singapura, tinggal di rumah Om Sarwono, Li. Makanya aku dan Siska dekat," terang Kevin.Lia manggut-manggut. Hatinya mulai lega. Keterangan dari Kevin itu cukup menjelaskan opini yang salah di kepala Lia sejak kedatangan Siska tadi."Tapi dulu Kevin pernah cium aku, Tante." Siska melirik Kevin lantas tersenyum simpul.Kali ini Kevin yang tersedak, tapi Siska malah semakin tergelak."Benar kah?" Mami Kevin terbelalak. "Bisa-bisanya, ya, kamu Kevin." Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala."Ya dimaklumi aja, Mi. Namanya aja anak kita waktu itu masih labil." Papi Kevin buka suara.Prasangka buruk yang sempat singgah lalu pergi, kini ber

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   37. Merasa Asing

    Gadis yang dipanggil oleh Mami Kevin dengan nama Siska tersebut pun menoleh. Dia tersenyum lebar menuju wanita itu sembari membentang kedua tangannya. Mereka kemudian saling berpelukan erat sekali."Tante apa kabar? Tante makin cantik aja. Apa, sih, rahasianya?" sapa Siska ramah."Duh kamu ini, lho, yang makin cantik, Nak. Tante sempat bingung tadi mau ngebedain antara kamu sama bidadari. Tante pikir bidadari dari mana yang turun dari mobil suami Tante.""Ah, Tante bisa aja." Siska kembali tertawa renyah memamerkan giginya yang putih dan berderet rapi.Entah mengapa sejak kedatangan Siska, Lia merasa dirinya benar-benar di tempat yang asing. Penampilan terbaiknya hari ini, sungguh kalah jauh bila dibandingkan dengan gadis itu.Siska yang sejak tadi dipandangi oleh Lia dan Nurul tanpa berkedip, sontak menoleh kepada dua beranak tersebut."Siapa mereka, Tante?" tanya Siska.Mami Kevin seperti baru menyadari keberadaan Lia dan Nurul yang masih ada di tengah-tengah mereka. "Oh ... dia Lia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status