Share

Bab 3

Author: Kamari
Susan langsung tersadar. "Sudah aku bilang, aku nggak akan pergi."

Wirda menatapnya dengan marah. "Kenapa kamu keras kepala sekali? Ini adalah kesempatan yang bagus!"

Susan mengepalkan tangannya, tetap tidak mau kalah. "Kesempatan apa?"

Suara Wirda menjadi makin keras, "Tentu saja kesempatan untuk merayu Ryan. Bukankah kamu menyukainya?"

Mungkin karena pengalaman di kehidupan sebelumnya, Susan secara tidak sadar merasa tersentuh ketika mendengar nama Ryan.

Mata Susan hampir memerah. "Aku sama sekali nggak …."

Tok, tok, tok.

Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar.

Sebelum Susan sempat menyembunyikan kesedihan di matanya, tatapannya sudah bertemu dengan tatapan dingin dan acuh tak acuh Ryan di luar pintu.

Saat tatapan keduanya bertemu, Susan tiba-tiba teringat bahwa di kehidupan sebelumnya Ryan memandangnya seperti itu. Pria itu seolah-olah melihat sampah, seolah-olah melihat benda mati.

Hampir secara tidak sadar, Susan merasa telah kembali ke kehidupan sebelumnya yang lebih buruk dari kematian.

Susan mundur beberapa langkah. Meskipun sudah memalingkan pandangan, dia masih bisa merasakan tatapan Ryan yang kuat jatuh di wajahnya.

Ryan mendengar percakapannya dengan Wirda.

Pria ini selalu membenci orang yang punya niat tersembunyi. Terlebih lagi, niat tersembunyi Wirda jelas-jelas ditujukan padanya.

Ryan tidak mungkin berpura-pura tidak mendengar apa-apa.

Wirda juga merasa terkejut. Ekspresinya tampak sedikit panik. "Pak Ryan, bukan itu maksudku …."

"Cukup. Aku nggak mau mendengar omong kosong memuakkan kalian," kata Ryan.

Ryan mengerutkan kening, lalu memalingkan pandangan dengan muak.

Pria itu sepertinya tidak ingin melihat mereka lagi. Dia berbalik, hanya meninggalkan satu kalimat.

"Kakek memanggil kalian untuk makan."

Setelah Ryan pergi, ruangan menjadi hening.

Susan menenangkan diri, lalu berkata dengan suara pelan, "Bu, apa ini yang kamu inginkan?"

Wirda menutup pintu sambil menggertakkan gigi. "Karena sudah begini, kita nggak boleh menyerah."

"Aku nggak peduli apa yang kamu pikirkan, jangan berkemas."

Susan tidak bisa membuat Wirda yang keras kepala mengerti, jadi dia berbalik untuk turun ke bawah.

Wirda mengikutinya dengan kesal.

Di meja makan, Firman dan Ryan duduk berhadapan di kedua sisi meja, dengan beberapa kursi kosong di sekeliling.

Susan berhenti di belakang Ryan.

Dulu dia selalu duduk di samping Ryan, selalu mengganggunya, ingin mengambilkan makanan untuknya.

Meskipun begitu, Ryan selalu membuang makanan yang Susan ambilkan keluar dari piring.

Sekarang jika dipikir lagi, itu benar-benar bodoh.

Susan berjalan dengan tenang, menarik kursi di samping Firman, lalu duduk di sana.

Gerakannya tampak halus dan alami, tetapi ini membuat Firman dan pelayan lain menatap ke arahnya dengan terkejut.

Bahkan Ryan yang biasanya menganggapnya tidak ada juga berhenti menggunakan sendoknya, lalu melirik ke arah Susan dengan tatapan dingin.

Biasanya, tidak peduli siapa pun tamu yang datang, Susan pasti akan duduk di samping Ryan. Dia akan terus berbicara tanpa henti, tanpa sadar membuat Ryan merasa kesal.

Hari ini adalah pertama kalinya.

Wirda langsung menghampiri, menarik pergelangan tangan Susan.

"Kenapa kamu duduk di sini? Cepat duduk di samping Pak Ryan. Ayo cepat."

Susan melepaskan genggaman tangan Wirda dengan mudah, lalu melirik ke arah Firman. "Kakek, bolehkah aku duduk di sini?"

Mata tua Firman menunjukkan sedikit minat. Dia menjawab, "Tentu saja boleh. Tapi bukankah kamu selalu duduk di samping Ryan sebelumnya? Apa kalian bertengkar?"

"Nggak," kata Susan dengan suara pelan sambil menundukkan kepala.

Ketika Ryan mendengar perkataannya, dia tiba-tiba tertawa sinis.

Suara Susan juga terhenti.

Pandangan Firman bergerak di antara Susan dan Ryan. Tampak ada senyuman di matanya. "Baiklah, duduklah."

Wirda tak punya pilihan selain melepaskan tangannya, lalu duduk di samping Susan dengan kesal.

Ryan menundukkan kelopak matanya. Wajahnya tampak dingin, lalu dia menggunakan sendok untuk mengambil sayuran hijau dengan acuh tak acuh.

Susan melirik ke arahnya.

Susan berharap Ryan bisa melupakan kejadian di kamar tadi karena dia tidak lagi mengganggu pria itu di meja makan.

Lagi pula, dia dan Wirda hanya bisa tinggal di Keluarga Sutedja untuk sementara waktu.

Keluarga Sutedja hampir dikuasai oleh Ryan. Jika menyinggung Ryan, dia dan Wirda tidak akan hidup dengan mudah.

Baru saja makan beberapa suap, tiba-tiba Susan mendengar Firman bertanya.

"Ryan, kali ini kamu akan ke Kota Haira. Apa kamu yakin bisa berhasil?"

Ryan menjawab dengan singkat, "Ya, aku akan membawa hasil yang baik pulang."

Firman tentu saja sangat percaya pada cucu yang dia besarkan sendiri. Dia pun tersenyum sambil mengangguk.

"Baiklah. Kamu nggak pernah mengecewakanku dalam masalah perusahaan."

"Tapi …." Pria tua itu mengubah topik, "Kamu punya tujuan lain di Kota Haira, 'kan?"

Kali ini Ryan tidak menjawab dengan cepat. Sebaliknya, dia terdiam beberapa detik, sementara suaranya terdengar rendah dan lembut.

"Ya. Yunda mengalami sedikit masalah di sana. Dia memintaku untuk membantu."

Ketika mendengar nama Yunda tiba-tiba muncul dari mulut Ryan, Susan ternyata menemukan bahwa hatinya tidak bergejolak. Sebaliknya, dia merasa jauh lebih tenang, bisa melihat masalah Ryan dan Yunda dari sudut pandang penonton.

Firman merenung sejenak, lalu berkata, "Masalah antara kamu dan dia …."

"Kakek." Ryan memotong perkataan Firman tanpa ragu, "Ini masalah antara aku dan dia. Nggak perlu merepotkan orang lain."

Susan harus mengakui bahwa dari sudut pandang Yunda, Ryan benar-benar pria yang baik.

Karena masalah karier dan akademis, Yunda pergi ke luar negeri selama beberapa tahun.

Meski begitu, Ryan masih menyimpan Yunda di hatinya. Selama bertahun-tahun ini, pria itu masih menjaga diri, bahkan tidak ada sedikit pun gosip tentangnya.

Meskipun Susan dan Ryan terpaksa menjalin hubungan, hingga melahirkan Tata, di hati Ryan hanya ada satu orang.

Sama seperti sekarang, Ryan sama sekali tidak mengizinkan orang lain membicarakan masalahnya dengan Yunda. Sekalipun orang itu adalah Kakek yang membesarkannya.

Di samping, Wirda mencubit paha Susan, memberi isyarat agar dia menunjukkan kehadirannya di depan Ryan.

Susan tidak menghiraukan, hanya menundukkan kepala untuk makan.

Firman kembali melirik ke arah Susan.

Dulu setiap kali membicarakan kekasih pertama Ryan, Susan selalu tampak tidak senang, langsung meminta Ryan untuk tidak membicarakannya lagi.

Namun, kenapa dia bersikap seolah-olah tidak peduli sekarang?

Bahkan Ryan yang biasanya tidak menghiraukan Susan juga merasakan keanehan Susan.

Senyuman di sudut bibir Ryan tampak sedikit sinis.

Tadi wanita ini baru saja membicarakan tentang merayunya, kenapa sekarang bersikap seperti ini?

Susan belum meletakkan sendok ketika Ryan sudah berdiri.

"Aku masih ada urusan di perusahaan. Aku pergi dulu," kata Ryan.

Pukul sebelas malam, Susan sudah beristirahat di tempat tidur.

Namun, dia tiba-tiba mendengar suara mobil masuk ke halaman.

Mungkin itu adalah Ryan yang pulang setelah lembur.

Susan hampir tertidur ketika dia tiba-tiba mendengar suara ketukan di pintu.

Dia menyalakan lampu, lalu duduk sambil berkata, "Masuk."

Tampak pelayan berdiri di pintu dan berkata dengan arogan, "Bu Susan, Pak Ryan sepertinya sedang mabuk. Maukah kamu memasakkan sup untuk Pak Ryan?"

Susan menundukkan kelopak matanya dalam diam.

Di kehidupan sebelumnya, Susan selalu memasakkan sup saat Ryan pulang dari acara bisnis. Susan melakukan ini untuk menyenangkan hati Ryan.

Susan juga tidak pernah membiarkan pelayan ikut campur, harus dia sendiri yang melakukan semuanya dari awal sampai akhir. Dia juga harus melihat sendiri Ryan memakan supnya.

Namun, sekarang dia tidak mau lagi.

Susan berbaring sambil memejamkan mata.

"Kalian saja yang masak, aku lelah," ujar Ryan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Karnah Midyana
wanita selalu menjadi korban wanita lain dan pasangannya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 192

    Susan sedikit mengerutkan kening, lalu berbalik untuk menghindar.Pria itu langsung menarik lengan Susan sambil tertawa main-main. "Nona Susan, hanya minum segelas untuk menghormati saja nggak sesulit itu, 'kan?"Wajah Susan menjadi dingin. "Lepaskan."Setelah dipermalukan di depan umum, wajah pria itu langsung menjadi muram, lalu dia menarik pergelangan tangan Susan dengan makin keras. "Susan, kenapa kamu sok sekali?""Jangan bersikap nggak tahu diri."Pria itu hampir membentak. Di gedung kolam renang yang besar, suara pria itu terdengar sangat jelas. Orang-orang di sekitar langsung menoleh ke arah mereka.Orang-orang di dalam gedung kolam renang terbagi menjadi dua bagian. Sebagian besar orang menghampiri Ryan dan Yunda untuk menyanjung keduanya, sementara sebagian kecil lainnya adalah pria-pria dengan tubuh bagian atas tanpa busana dan perut yang berlemak. Mereka adalah orang-orang yang mengelilingi Susan. Senyuman di wajah mereka dan tatapan mereka pada Susan sangat cabul, seolah i

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 191

    Susan menatapnya dengan pandangan dingin. "Aku nggak menyangka ternyata Pak Gavin memiliki hobi seperti ini. Aku nggak akan menemanimu supaya aku nggak tertular penyakit di sini."Kata-kata Susan sangat tidak sopan dan tajam.Ketika mendengar itu, raut wajah Gavin menjadi muram, tetapi dia tetap mempertahankan sikap sopannya seperti biasa.Susan berbalik, hendak mendorong pintu kolam renang.Suara Gavin yang santai terdengar dari belakangnya, "Nggak ada gunanya, pintu itu nggak akan terbuka tanpa izinku. Jadi, Susan, sebaiknya kamu diam di sini saja malam ini."Susan menggertakkan giginya.Ketika berbalik, dia langsung melihat Gavin melepas jas luarnya di hadapannya tanpa ragu-ragu. Kemudian, pria itu juga melepaskan kemeja putih yang menutupi tubuh bagian atasnya.Susan mengerutkan kening, lalu mengalihkan pandangannya.Gavin tertawa. "Kenapa? Apa tubuhku nggak bagus? Kenapa kamu nggak melihatku?"Susan berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu nggak selalu bertingkah seperti burung mer

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 190

    Susan berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Ketika sekelompok gadis yang bergosip melihatnya datang, mata mereka sontak terbelalak dan mereka mundur seolah menghindari wabah.Ketika Susan tiba di restoran, hanya ada sedikit orang di dalam.Susan duduk di dekat jendela dengan piringnya, dia makan sambil memperhatikan lalu lintas di bawah.Sebuah mobil Rolls-Royce melaju dan berhenti di depan hotel.Entah kenapa, perhatian Susan tertuju pada mobil itu.Pintu pengemudi dan kursi di sampingnya dibuka oleh seorang pelayan di pintu masuk hotel. Ryan dan Yunda keluar dari mobil.Yunda berjalan ke sisi Ryan, lalu menggandeng lengan Ryan dan menyender nyaman pada pria itu.Mereka berdua benar-benar serasi dan sepadan, sama-sama berbakat dan menawan.Setelah Ryan dan Yunda menghilang dari pandangan, Susan baru mengalihkan pandangannya.Dia makan dengan tenang.Restoran itu begitu sunyi sehingga Susan dapat mendengar semuanya dengan jelas dari beberapa meter jauhnya."Katanya Pak Ryan dan Yun

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 189

    Akun resmi Kompetisi Piano Yunai juga segera memberikan klarifikasi: [Dalam kompetisi ini, para juri menilai berdasarkan prinsip keadilan dan jujur. Hasil kompetisi telah diverifikasi oleh penyelenggara dan tidak ada 'penyuapan' atau perilaku 'jalur dalam' seperti yang dituduhkan dalam laporan daring.][Terkait rumor yang disebarkan oleh beberapa netizen, pihak penyelenggara telah menugaskan tim hukum untuk mengumpulkan bukti dan mendokumentasikannya. Kami menghimbau seluruh netizen untuk berhenti menyebarkan rumor. Kalau rumor semacam ini terus berlanjut, pihak penyelenggara akan menggunakan jalur hukum untuk membela hak dan kepentingan sah kompetisi, para juri dan para kontestan.][Kami menghimbau kepada netizen untuk menaati peraturan perundang-undangan, tidak menyebarkan berita bohong dan fitnah, serta menjaga keamanan dunia maya.]Tulisan tersebut juga menyertakan peringkat babak penyisihan setiap kontestan dan daftar mereka yang melaju ke semifinal.Kendati klarifikasi dan sangga

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 188

    Susan melanjutkan, "Pianonya masih berfungsi dengan sangat baik sebelum giliranku, tapi jadi rusak pas giliranku. Itu berarti hanya kontestan sebelumku yang bisa mencurangi piano.""Kontestan di depanku adalah Jane Sukma yang kubantu memperbaiki pakaiannya, 'kan?"Susan bertanya-tanya, apa mungkin seorang wanita yang begitu bermusuhan terhadapnya tiba-tiba menjadi begitu baik dan ramah hanya karena Susan membantu menjahit pakaiannya?Kemungkinannya sangat kecil.Berarti, ada kemungkinan lain.Wanita itu justru sengaja memanfaatkan kesan membela Susan untuk meminimalisir kecurigaan bahwa dialah yang telah merusak piano.Gavin yang berdiri di belakang Susan pun terkekeh, "Susan, kamu ternyata nggak sebodoh yang orang lain katakan. Kamu memang pintar.""Sayangnya …." Senyuman Gavin makin lebar. "Kamu nggak punya bukti. Mengatakan hal-hal ini tanpa bukti adalah fitnah dan pencemaran nama baik."Terkait Jane, peninjauan menyeluruh terhadap rekaman kamera pengawasan akan mengungkap trik yang

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 187

    Wanita itu sontak merasa sedikit malu. Dia menggigit bibirnya, lalu mengangkat dagunya dan balas mengangguk dengan bangga.Susan berbalik sambil tertawa kecil.Dia baru saja mengangkat kakinya ketika suara Gavin terdengar dari sampingnya."Nona Susan, kamu mau pergi ke mana?"Susan tidak berhenti berjalan, tetapi Gavin berkata lagi, "Ada yang ingin kubicarakan denganmu."Susan tetap diam.Dia berjalan keluar restoran, meninggalkan Gavin di belakang.Gavin pun berkata, "Apa Nona Susan ada urusan mendesak? Kamu bahkan nggak mau memberiku waktu beberapa menit."Susan masih mengabaikannya.Senyum santai Gavin sontak membeku. Dia menatap punggung Susan dengan sorot tajam.Gavin pun melangkah maju dan meraih pergelangan tangan Susan, lalu menarik dan membanting tubuh Susan ke dinding.Pemandangan yang Susan lihat sontak berputar. Dia memejamkan mata, tubuh dan bagian belakang kepalanya membentur dinding dengan keras. Penglihatan Susan sontak menjadi berkunang-kunang.Belum sempat Susan membu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status