Share

Bab 5

Author: Kamari
Susan menjambak rambutnya, mulai merasa tidak sabar. Wirda mencengkeram bahu Susan dengan wajah serius, hampir seperti sedang menghakimi.

"Apa kamu nggak tahu kalau nggak seorang pun di Keluarga Sutedja ini yang menyukai kita? Para pelayan juga sama saja. Mereka memandang rendah kita. Ibu hanya bisa berharap pada kesuksesanmu!"

Di kehidupan sebelumnya, Susan sudah muak mendengar ini semua. Jadi, dia sama sekali tidak mungkin merasa tersentuh.

"Bu, sudah aku bilang kalau aku nggak mungkin …."

"Susan, Wirda, apa kalian masih bermimpi?"

Sebuah suara manja yang mendominasi tiba-tiba terdengar di telinga keduanya. Ketika melihat ke arah pintu, wajah Wirda langsung berubah, lalu dia buru-buru berbicara dengan nada menyanjung.

"Nona, kamu sudah pulang."

Susan diam-diam merebut koper dari tangan Wirda, hendak memasukkannya kembali ke bawah tempat tidur. Namun, wanita yang ada di depan pintu itu berjalan masuk dengan sepatu hak tingginya, lalu mendekati Susan.

Feny Sutedja adalah adik sepupu Ryan, cucu perempuan kandung satu-satunya dari Firman.

Wanita ini selalu menjadi pusat perhatian, juga sangat dimanja.

Feny menatap Susan dari atas dengan tatapan yang sangat dikenal Susan.

Feny berujar, "Kalau aku nggak pulang, apakah kalian akan mengacaukan Keluarga Sutedja?"

"Susan, apa kakakku nggak mengatakannya dengan jelas padamu?" Wajah menawan Feny menunjukkan senyum sinis. Dia melanjutkan, "Kakakku menyuruhmu menjauhi dirinya, tapi kamu benar-benar nggak tahu malu. Kamu selalu mengganggu kakakku. Bahkan ketika kakakku pergi perjalanan dinas pun kamu mengikutinya."

Susan berdiri di sana dengan tenang, menatap langsung ke arah Feny, lalu membalas dengan nada tenang.

"Nona Feny, ini kamarku, tolong keluar."

Ekspresi di wajah Feny menjadi makin sinis, seolah dia sudah mendengar sesuatu yang sangat lucu.

"Susan, jangan berpikir karena kamu sudah lama tinggal di sini, tempat ini menjadi rumahmu." Feny terkekeh. "Lihatlah dengan jelas. Ini adalah rumah Keluarga Sutedja, bukan rumahmu. Aku bisa pergi ke mana saja yang aku mau di sini."

Cahaya di mata Susan menjadi sedikit lebih dingin. "Tapi setidaknya di mata Kakek Firman, ini adalah kamarku."

Wajah Feny berubah muram. "Kamu berani membantahku, bahkan berani menggunakan nama Kakek untuk menekanku? Kamu pikir kamu siapa?"

Di kehidupan sebelumnya, Susan akan menyenangkan semua orang dari Keluarga Sutedja, termasuk Feny yang sombong ini, hanya demi bisa memenangkan hati Ryan.

Susan akan menuruti apa pun yang dikatakan oleh Feny.

Meskipun Feny selalu mempersulitnya demi Yunda, Susan juga akan selalu menahannya.

Ini adalah pertama kalinya Susan melawan Feny.

Perasaan ini sangat memuaskan, tetapi siapa pun juga bisa melihat ketidakpuasan Feny dengan jelas.

Susan hendak berbalik, tetapi dia mendengar suara mobil masuk dari halaman luar. Feny tiba-tiba tersenyum simpul.

"Baiklah. Susan, apa kamu berpikir aku nggak tahu kenapa kamu ingin ikut pergi dengan kakakku? Aku hanya bisa memberitahumu kalau rencanamu sudah gagal."

Feny tiba-tiba mendorong Susan, berjalan ke jendela, lalu melihat ke bawah.

"Kakak, Kak Yunda, kalian sudah datang!"

Kamar Susan berada di lantai dua vila ini. Suara dari halaman selalu bisa samar-samar terdengar dari sini.

Susan mendengar suara Yunda yang sudah lama tidak dia dengar. Suaranya masih sama seperti di kehidupan sebelumnya, anggun dan berkelas. Suaranya dingin dengan sedikit pesona, persis seperti yang disukai Ryan.

"Feny, aku membawakan hadiah untukmu. Kemarilah dan lihat."

Suara Ryan tidak terlalu keras, juga tidak terlalu kecil. Namun, Susan bisa mendengar nada memanjakan dalam suaranya.

"Kalau kamu memakai sepatu hak tinggi, berjalanlah perlahan. Jangan sampai terjatuh."

Detak jantung Susan seakan terhenti sejenak.

Yunda ternyata datang lebih awal ke kediaman Keluarga Sutedja.

Di kehidupan sebelumnya, Ryan pergi ke Kota Haira terlebih dulu, baru membawa Yunda ke kediaman Keluarga Sutedja.

Kali ini, ternyata dia datang ke kediaman Keluarga Sutedja secepat ini.

Susan mengepalkan tangan, matanya menatap Yunda dengan tatapan tajam.

Yunda adalah dalang utama yang membunuh putri kandungnya.

Ketika melihat Yunda tersenyum cerah, Susan hanya merasakan kebencian yang besar. Begitu benci sampai dia lupa untuk bernapas. Di otaknya hanya ada wajah Tata yang meninggal dalam pelukannya.

Yunda mengakui sendiri bahwa kecelakaan yang menyebabkan Tata meninggal itu adalah rencananya.

Tata masih begitu kecil dan begitu sehat, tetapi dia meninggal di tangan Yunda pada usia lima tahun. Bahkan setelah meninggal, Tata tidak memiliki kuburannya.

Namun, Yunda dan putranya malah memiliki segalanya.

Setelah Feny membalas Yunda, dia berbalik untuk menatap Susan dengan pandangan mengejek.

"Susan, Kak Yunda sudah datang. Ayo, ikut denganku untuk menemuinya."

Susan tersenyum dingin.

Tentu saja Susan harus bertemu dengannya.

Susan akan membuat wanita ini membayar harga yang sepatutnya dengan tangannya sendiri!

Susan berdiri di ruang tamu, menyaksikan Ryan menarik koper merah muda milik Yunda masuk ke dalam. Sepasang mata hitamnya yang indah dan dalam menatap dalam keheningan yang penuh makna pada sosok Yunda yang berlari memeluk punggung Fanny.

Yunda mengambil tas hadiah dari tangan Ryan, lalu memberikannya ke tangan Feny dan Firman.

"Feny, ini adalah hadiah yang aku belikan untukmu dan Kakek Firman. Coba lihat apakah kamu menyukainya."

Feny berteriak kecil dengan gembira, wajahnya penuh dengan senyuman bahagia. "Kak Yunda, bagaimana kamu tahu kalau aku menginginkan kalung ini?"

Yunda tersenyum lembut sembari mengusap kepala Feny dengan ringan.

Firman melihat suplemen dalam tas kemasan, lalu berkata, "Karena kamu sudah datang, tinggalah di sini. Aku masih ada urusan lain, aku akan pergi dulu."

Yunda tersenyum malu-malu sambil membalas, "Terima kasih, Kakek Firman."

Kemudian, Yunda berdiri di samping Ryan, merangkul lengannya. Seolah baru saja melihat Susan, wanita itu menatapnya dengan senyuman sopan sekaligus dingin.

"Maaf, Nona Susan, aku nggak mempersiapkan hadiah untukmu. Kamu nggak akan marah, 'kan?"

Susan menatapnya dengan wajah normal, tidak menjawab pertanyaan Yunda. "Kalau nggak ada urusan lainnya, aku akan naik dulu."

Yunda belum sempat mengatakan apa pun ketika dia melihat mata Ryan langsung menjadi muram.

Feny tersenyum dingin sambil mendekat. "Susan, apa maksudmu? Kak Yunda datang ke rumahku, tapi kenapa kamu bersikap sangat nggak sopan?"

Susan menatapnya dengan tenang, lalu berkata, "Nggak, aku sangat menyambutnya."

Feny mencibir, "Untuk apa kamu masih berpura-pura?"

"Feny." Ekspresi Yunda terlihat kesulitan ketika dia berkata dengan suara lembut, "Sudahlah, nggak apa-apa. Nona Susan adalah anggota Keluarga Sutedja, tentu saja dia bisa pergi ke mana saja."

"Omong-omong, aku harusnya meminta maaf." Yunda merangkul lengan Ryan sambil menatapnya. Ekspresi wajahnya tampak seperti sedikit malu dan menyesal.

"Karena terlalu merindukan Ryan, aku datang tanpa memberi tahu terlebih dulu. Nona Susan, kamu nggak keberatan, 'kan?"

Feny mencibir, "Anggota Keluarga Sutedja apanya? Dia nggak punya hak untuk bicara di sini. Dia seharusnya berterima kasih karena kakekku menampungnya. Selain kakekku, nggak ada yang menganggapnya serius di sini."

"Kak Yunda, kamu bisa tinggal di sini dengan tenang. Jangan pedulikan wanita yang suka iri seperti dia."

Yunda menundukkan pandangannya, sudut mulutnya menunjukkan senyuman penuh makna yang tidak jelas. Tubuhnya makin mendekat ke Ryan ketika dia berkata dengan suara pelan, "Bukankah ini nggak baik?"

Feny berkata dengan penuh kebanggaan, "Apa yang bisa terjadi? Dia sebaiknya menjaga sikapnya. Kalau nggak, cepat atau lambat aku akan mengusirnya."

Feny menatap tajam wajah tenang Susan, ingin melihat Susan menunjukkan ekspresi sedih karena dibenci dan dijauhi.

Sayangnya, dari awal sampai akhir, Susan tetap terlihat biasa-biasa saja. Dia seolah tidak menganggap serius kata-kata Feny, juga tidak terpengaruh olehnya.

Feny menahan napas dalam hati, bertekad untuk melihat ekspresi sedih di wajah Susan.

"Kak, aku hanya ingin kamu dan Kak Yunda rukun. Aku nggak akan biarkan siapa pun mengganggu hubungan kalian. Katakan, apa menurutmu aku sudah bekerja dengan baik?"

Entah kenapa, Susan melirik ke arah Ryan.

Pandangan Ryan tidak tertuju padanya. Sebaliknya, pria itu menundukkan pandangan, telapak tangannya bertumpu di bahu Yunda, sementara suaranya terdengar rendah dan dalam.

"Aku akan mengantarmu ke kamar."

Ryan tidak menjawab perkataan Feny. Ini bukan penolakan, tetapi lebih seperti persetujuan dalam diam.

Singkatnya, Susan tidak diizinkan untuk menyinggung Yunda.

Dalam sekejap, wajah Feny penuh dengan senyuman kemenangan.

Yunda akhirnya menunjukkan senyum puas. "Baiklah."

Susan sudah lama mati rasa terhadap reaksi Ryan.

Susan tidak mengatakan apa-apa, hanya mengalihkan pandangan, lalu menaiki tangga.

Ryan menatap Yunda sejenak.

Yunda bertanya dengan suara lembut, "Ada apa?"

Tidak sampai sedetik kemudian, tatapan Ryan tiba-tiba menjadi dingin, tetapi nada suaranya tetap lembut.

"Nggak apa-apa. Ayo pergi."
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 192

    Susan sedikit mengerutkan kening, lalu berbalik untuk menghindar.Pria itu langsung menarik lengan Susan sambil tertawa main-main. "Nona Susan, hanya minum segelas untuk menghormati saja nggak sesulit itu, 'kan?"Wajah Susan menjadi dingin. "Lepaskan."Setelah dipermalukan di depan umum, wajah pria itu langsung menjadi muram, lalu dia menarik pergelangan tangan Susan dengan makin keras. "Susan, kenapa kamu sok sekali?""Jangan bersikap nggak tahu diri."Pria itu hampir membentak. Di gedung kolam renang yang besar, suara pria itu terdengar sangat jelas. Orang-orang di sekitar langsung menoleh ke arah mereka.Orang-orang di dalam gedung kolam renang terbagi menjadi dua bagian. Sebagian besar orang menghampiri Ryan dan Yunda untuk menyanjung keduanya, sementara sebagian kecil lainnya adalah pria-pria dengan tubuh bagian atas tanpa busana dan perut yang berlemak. Mereka adalah orang-orang yang mengelilingi Susan. Senyuman di wajah mereka dan tatapan mereka pada Susan sangat cabul, seolah i

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 191

    Susan menatapnya dengan pandangan dingin. "Aku nggak menyangka ternyata Pak Gavin memiliki hobi seperti ini. Aku nggak akan menemanimu supaya aku nggak tertular penyakit di sini."Kata-kata Susan sangat tidak sopan dan tajam.Ketika mendengar itu, raut wajah Gavin menjadi muram, tetapi dia tetap mempertahankan sikap sopannya seperti biasa.Susan berbalik, hendak mendorong pintu kolam renang.Suara Gavin yang santai terdengar dari belakangnya, "Nggak ada gunanya, pintu itu nggak akan terbuka tanpa izinku. Jadi, Susan, sebaiknya kamu diam di sini saja malam ini."Susan menggertakkan giginya.Ketika berbalik, dia langsung melihat Gavin melepas jas luarnya di hadapannya tanpa ragu-ragu. Kemudian, pria itu juga melepaskan kemeja putih yang menutupi tubuh bagian atasnya.Susan mengerutkan kening, lalu mengalihkan pandangannya.Gavin tertawa. "Kenapa? Apa tubuhku nggak bagus? Kenapa kamu nggak melihatku?"Susan berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu nggak selalu bertingkah seperti burung mer

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 190

    Susan berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Ketika sekelompok gadis yang bergosip melihatnya datang, mata mereka sontak terbelalak dan mereka mundur seolah menghindari wabah.Ketika Susan tiba di restoran, hanya ada sedikit orang di dalam.Susan duduk di dekat jendela dengan piringnya, dia makan sambil memperhatikan lalu lintas di bawah.Sebuah mobil Rolls-Royce melaju dan berhenti di depan hotel.Entah kenapa, perhatian Susan tertuju pada mobil itu.Pintu pengemudi dan kursi di sampingnya dibuka oleh seorang pelayan di pintu masuk hotel. Ryan dan Yunda keluar dari mobil.Yunda berjalan ke sisi Ryan, lalu menggandeng lengan Ryan dan menyender nyaman pada pria itu.Mereka berdua benar-benar serasi dan sepadan, sama-sama berbakat dan menawan.Setelah Ryan dan Yunda menghilang dari pandangan, Susan baru mengalihkan pandangannya.Dia makan dengan tenang.Restoran itu begitu sunyi sehingga Susan dapat mendengar semuanya dengan jelas dari beberapa meter jauhnya."Katanya Pak Ryan dan Yun

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 189

    Akun resmi Kompetisi Piano Yunai juga segera memberikan klarifikasi: [Dalam kompetisi ini, para juri menilai berdasarkan prinsip keadilan dan jujur. Hasil kompetisi telah diverifikasi oleh penyelenggara dan tidak ada 'penyuapan' atau perilaku 'jalur dalam' seperti yang dituduhkan dalam laporan daring.][Terkait rumor yang disebarkan oleh beberapa netizen, pihak penyelenggara telah menugaskan tim hukum untuk mengumpulkan bukti dan mendokumentasikannya. Kami menghimbau seluruh netizen untuk berhenti menyebarkan rumor. Kalau rumor semacam ini terus berlanjut, pihak penyelenggara akan menggunakan jalur hukum untuk membela hak dan kepentingan sah kompetisi, para juri dan para kontestan.][Kami menghimbau kepada netizen untuk menaati peraturan perundang-undangan, tidak menyebarkan berita bohong dan fitnah, serta menjaga keamanan dunia maya.]Tulisan tersebut juga menyertakan peringkat babak penyisihan setiap kontestan dan daftar mereka yang melaju ke semifinal.Kendati klarifikasi dan sangga

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 188

    Susan melanjutkan, "Pianonya masih berfungsi dengan sangat baik sebelum giliranku, tapi jadi rusak pas giliranku. Itu berarti hanya kontestan sebelumku yang bisa mencurangi piano.""Kontestan di depanku adalah Jane Sukma yang kubantu memperbaiki pakaiannya, 'kan?"Susan bertanya-tanya, apa mungkin seorang wanita yang begitu bermusuhan terhadapnya tiba-tiba menjadi begitu baik dan ramah hanya karena Susan membantu menjahit pakaiannya?Kemungkinannya sangat kecil.Berarti, ada kemungkinan lain.Wanita itu justru sengaja memanfaatkan kesan membela Susan untuk meminimalisir kecurigaan bahwa dialah yang telah merusak piano.Gavin yang berdiri di belakang Susan pun terkekeh, "Susan, kamu ternyata nggak sebodoh yang orang lain katakan. Kamu memang pintar.""Sayangnya …." Senyuman Gavin makin lebar. "Kamu nggak punya bukti. Mengatakan hal-hal ini tanpa bukti adalah fitnah dan pencemaran nama baik."Terkait Jane, peninjauan menyeluruh terhadap rekaman kamera pengawasan akan mengungkap trik yang

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 187

    Wanita itu sontak merasa sedikit malu. Dia menggigit bibirnya, lalu mengangkat dagunya dan balas mengangguk dengan bangga.Susan berbalik sambil tertawa kecil.Dia baru saja mengangkat kakinya ketika suara Gavin terdengar dari sampingnya."Nona Susan, kamu mau pergi ke mana?"Susan tidak berhenti berjalan, tetapi Gavin berkata lagi, "Ada yang ingin kubicarakan denganmu."Susan tetap diam.Dia berjalan keluar restoran, meninggalkan Gavin di belakang.Gavin pun berkata, "Apa Nona Susan ada urusan mendesak? Kamu bahkan nggak mau memberiku waktu beberapa menit."Susan masih mengabaikannya.Senyum santai Gavin sontak membeku. Dia menatap punggung Susan dengan sorot tajam.Gavin pun melangkah maju dan meraih pergelangan tangan Susan, lalu menarik dan membanting tubuh Susan ke dinding.Pemandangan yang Susan lihat sontak berputar. Dia memejamkan mata, tubuh dan bagian belakang kepalanya membentur dinding dengan keras. Penglihatan Susan sontak menjadi berkunang-kunang.Belum sempat Susan membu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status