Share

Bab 6

Author: Kamari
Susan berpikir.

Di kehidupan sebelumnya, adegan yang sama juga terjadi di ruang tamu ini. Yang membedakan adalah sikap Susan.

Waktu itu dia memanfaatkan fakta bahwa Yunda dan Ryan sudah lama putus, menghalangi Yunda tinggal di kediaman Keluarga Sutedja dengan berbagai cara, membuat lelucon demi lelucon besar.

Para pelayan menyaksikan dengan tatapan dingin, sementara Firman tidak peduli.

Yunda selalu berdiri di belakang Ryan, tidak terluka sedikit pun, tampak elegan dan bermartabat. Sangat kontras dengan penampilan Susan yang tampak seperti orang gila.

Susan mengingat dengan jelas bahwa Ryan memaksanya untuk meminta maaf, menyuruhnya berlutut di halaman kediaman Keluarga Sutedja pada tengah malam untuk merenungkan tindakannya.

Malam itu, dia melihat Yunda masuk ke kamar Ryan. Sepanjang malam, lampu di kamar Ryan tidak dimatikan. Samar-samar Susan bisa melihat bayangan dua orang di ambang jendela yang tertutup.

Langkah Susan tiba-tiba terhenti di tangga.

Dia tiba-tiba teringat mengapa dia mencoba menghalangi Yunda tinggal di kediaman Keluarga Sutedja dengan berbagai cara.

Di kehidupan sebelumnya, Susan mengikuti Ryan pergi ke Kota Haira, lalu tinggal di hotel yang sama dengan Yunda.

Yunda memasukkan obat ke dalam gelas air Susan dan Ryan. Niat awalnya bukanlah membuat dirinya dan Ryan berhubungan. Yunda hanya berencana mengganggu di waktu yang tepat, memberikan tuduhan bahwa Susan sengaja menggoda Ryan, membuat pria itu membenci Susan.

Namun, sayangnya kunci pintu kamar Ryan rusak hari itu.

Ketika keesokan paginya Yunda membawa orang untuk memaksa masuk, semuanya sudah terlambat.

Seperti yang diduga Yunda, Ryan benar-benar membenci dan menganggapnya rendahan. Dia bahkan dianggap sebagai aib seumur hidup oleh pria itu.

Tepat pada malam itu, Susan mengandung Tata, anak yang seharusnya tidak dilahirkan.

Karena kehamilannya juga, Susan tidak melanjutkan pendidikan, tidak memiliki ijazah SMA. Seumur hidupnya, dia akan kesulitan mencari pekerjaan yang layak.

Langkah Susan yang terhenti di tangga menarik perhatian Feny.

"Susan, untuk apa kamu berpura-pura? Kamu pasti merasa nggak nyaman karena Kak Yunda tinggal di sini, 'kan?"

Meskipun membelakangi mereka, Susan selalu bisa merasakan tatapan tajam Ryan di punggungnya. Pria itu seperti sedang menilai apakah dia akan menjadi ancaman bagi Yunda.

Itu adalah tatapan yang sering dilihat Susan di kehidupan sebelumnya.

Susan hampir tidak bisa mengendalikan napas dan detak jantungnya. Dia bergegas naik tangga, masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintunya.

Dia bersandar pada pintu kamar untuk menenangkan napas.

Susan tidak tahu apakah Yunda akan memberinya obat seperti di kehidupan sebelumnya. Namun, tak peduli bagaimanapun juga, Susan harus berhati-hati.

Waktu pun berlalu, seluruh vila terasa sangat sepi. Pada saat makan siang, Susan juga tidak turun untuk makan bersama. Pelayan datang untuk memanggilnya dua kali, lalu tidak memanggilnya lagi.

Baru pada malam harinya, Yunda mengetuk pintu kamar Susan. Wanita itu tersenyum lembut dan murah hati, lalu menyerahkan segelas jus segar.

"Melihat kamu nggak makan apa pun siang ini, aku secara khusus membuatkan jus untukmu. Cobalah."

Susan memegang gagang pintu kamar, tidak membiarkan Yunda masuk, sementara suaranya tetap stabil.

"Nggak perlu, aku nggak haus."

Senyuman di sudut mulut Yunda sedikit kaku, tetapi dia bersikeras menyerahkan jus itu.

"Ini enak. Kakek Firman, Ryan, bahkan Feny sudah mencobanya. Mereka semua mengatakan ini enak. Aku ingin kamu mencobanya juga."

Setelah berkata demikian, Yunda tampak sedikit malu. Matanya tanpa sadar melirik ke arah Ryan yang mengikuti di belakang.

"Ryan mengatakan kalau aku akan tinggal di sini selama beberapa bulan ini, jadi kita harus rukun. Nona Susan nggak perlu bersikap begitu waspada padaku."

Susan mencengkeram gagang pintu. "Sudah aku bilang, nggak perlu …."

"Susan."

Suara peringatan Ryan terdengar, membuat Susan langsung melirik ke arah pria itu.

Tatapan mata Ryan tampak tajam dan dingin, sementara bibir tipisnya mengerucut tidak sabar.

"Susan, jangan mempersulit Yunda."

Susan merasa semua ini konyol.

Dia selalu berpikir bahwa Ryan adalah pria kaku yang tidak mengerti bagaimana caranya memberikan perhatian.

Sebenarnya, bukan Ryan yang tidak mengerti, tetapi Ryan hanya memberikan perhatian pada Yunda. Dia juga hanya akan menghargai anak yang dilahirkan Yunda.

Yunda menundukkan kepala dengan kecewa, lalu mundur selangkah.

"Nggak apa-apa, Ryan. Wajar kalau Nona Susan nggak menyukaiku …."

Sebelum Yunda selesai berbicara, Susan dengan tegas mengambil gelas jus itu di bawah tatapan tajam Ryan. Dia langsung meminumnya habis sekaligus.

Susan menyerahkan gelas kosong kembali ke tangan Yunda, menarik napas dalam, lalu menatap langsung ke arah mata Ryan yang tajam.

"Ryan, apa kamu puas?"

Mata Ryan sedikit menyipit.

"Jangan menggangguku lagi."

Susan tersenyum dingin, berbalik, lalu menutup pintu dengan keras.

Setelah menutup pintu, Susan segera berlari ke wastafel kamar mandi. Dia menundukkan kepala, mengorek tenggorokan dengan jarinya, lalu memuntahkan jus yang ada di dalam perutnya.

Susan memegang tepi wastafel sambil terengah-engah. Rambutnya yang basah menempel di samping wajahnya, bibirnya tampak sangat pucat.

Di kehidupan sebelumnya, Yunda memberikan segelas jus padanya seperti ini. Susan meminum jus yang dicampur obat perangsang itu tanpa kecurigaan sedikit pun.

Susan berpikir bahwa di kehidupan ini, dia harus menghindari jebakan-jebakan itu. Dia harus menjaga jarak dengan Ryan, tidak mengganggu mereka lagi.

Lima menit kemudian, Susan mendengar teriakan penuh keterkejutan dari luar kamar.

Susan tidak memedulikannya. Dia hanya mengambil pena untuk menghitung rumus di buku latihan.

Sampai seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan keras. Suara tajam Feny juga terdengar dari balik pintu.

"Susan, keluar! Benda kotor apa yang kamu taruh di kamar kakakku? Cepat keluar!"

Awalnya, Susan tidak memedulikannya.

Hanya saja, suara Feny yang memukul pintu menjadi makin keras, hingga meja di bawah tangan Susan ikut bergetar.

"Susan, jangan berpura-pura mati!" teriak Feny.

Susan melepas headphone, mendorong pintu hingga terbuka dengan keras. Tangan Feny yang memukul pintu berhenti di udara, sementara matanya menatap tajam pada Susan.

"Ada apa?" ujar Susan.

Feny tersenyum dingin, meraih pergelangan tangan Susan, lalu menariknya dengan paksa ke kamar Ryan yang ada di seberang.

Di dalam kamar, Ryan memegang surat berwarna merah muda di tangannya dengan ekspresi muram. Urat tangan dan ujung jarinya yang memutih menunjukkan suasana hati pria itu pada saat ini.

Yunda berdiri di samping Ryan, kedua lengannya memeluk erat lengan Ryan. Pipi wanita itu menempel dengan ringan di bahu Ryan, sementara sepasang matanya berkaca-kaca, tampak menyedihkan.

"Ryan, bagaimana bisa kamu menyimpan surat cinta orang lain di kamarmu sendiri?" tanya Yunda.

Yunda menatap Susan dengan tatapan penuh kekecewaan. Dia seakan ingin berbicara, tetapi menghentikan dirinya.

Ryan menggenggam surat merah muda di tangannya, hampir meremas seluruh surat itu di dalam telapak tangan.

Pria itu mengulurkan tangan untuk merangkul bahu Yunda. Suaranya terdengar sedikit serak.

"Aku akan mengurusnya."

Yunda mengangguk pelan. "Baiklah, aku percaya padamu."

Hati Susan menjadi berat ketika dia melihat ekspresi beberapa orang yang ada di sana.

Feny menepis tangan Susan dengan keras, lalu berkata, "Susan, beraninya kamu memasukkan surat cinta ke kamar kakakku! Apa kamu nggak merasa malu?"

Susan mengusap pergelangan tangannya, lalu berkata dengan nada tenang, "Aku nggak melakukannya, itu bukan milikku."

Susan benar-benar tidak pernah melakukan hal seperti itu.

Ini benar-benar bukan perbuatannya.

Feny mengambil surat dari tangan Ryan, membukanya untuk mengeluarkan surat cinta di dalamnya, lalu menyodorkannya di depan mata Susan.

"Kamu lihat tulisan tangan dan tanda tangan di sini. Kalau bukan kamu, siapa lagi?"

Ryan menyangga bahu kurus Yunda dengan kedua tangannya. Mata hitamnya yang dingin menatap Susan.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 192

    Susan sedikit mengerutkan kening, lalu berbalik untuk menghindar.Pria itu langsung menarik lengan Susan sambil tertawa main-main. "Nona Susan, hanya minum segelas untuk menghormati saja nggak sesulit itu, 'kan?"Wajah Susan menjadi dingin. "Lepaskan."Setelah dipermalukan di depan umum, wajah pria itu langsung menjadi muram, lalu dia menarik pergelangan tangan Susan dengan makin keras. "Susan, kenapa kamu sok sekali?""Jangan bersikap nggak tahu diri."Pria itu hampir membentak. Di gedung kolam renang yang besar, suara pria itu terdengar sangat jelas. Orang-orang di sekitar langsung menoleh ke arah mereka.Orang-orang di dalam gedung kolam renang terbagi menjadi dua bagian. Sebagian besar orang menghampiri Ryan dan Yunda untuk menyanjung keduanya, sementara sebagian kecil lainnya adalah pria-pria dengan tubuh bagian atas tanpa busana dan perut yang berlemak. Mereka adalah orang-orang yang mengelilingi Susan. Senyuman di wajah mereka dan tatapan mereka pada Susan sangat cabul, seolah i

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 191

    Susan menatapnya dengan pandangan dingin. "Aku nggak menyangka ternyata Pak Gavin memiliki hobi seperti ini. Aku nggak akan menemanimu supaya aku nggak tertular penyakit di sini."Kata-kata Susan sangat tidak sopan dan tajam.Ketika mendengar itu, raut wajah Gavin menjadi muram, tetapi dia tetap mempertahankan sikap sopannya seperti biasa.Susan berbalik, hendak mendorong pintu kolam renang.Suara Gavin yang santai terdengar dari belakangnya, "Nggak ada gunanya, pintu itu nggak akan terbuka tanpa izinku. Jadi, Susan, sebaiknya kamu diam di sini saja malam ini."Susan menggertakkan giginya.Ketika berbalik, dia langsung melihat Gavin melepas jas luarnya di hadapannya tanpa ragu-ragu. Kemudian, pria itu juga melepaskan kemeja putih yang menutupi tubuh bagian atasnya.Susan mengerutkan kening, lalu mengalihkan pandangannya.Gavin tertawa. "Kenapa? Apa tubuhku nggak bagus? Kenapa kamu nggak melihatku?"Susan berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu nggak selalu bertingkah seperti burung mer

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 190

    Susan berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Ketika sekelompok gadis yang bergosip melihatnya datang, mata mereka sontak terbelalak dan mereka mundur seolah menghindari wabah.Ketika Susan tiba di restoran, hanya ada sedikit orang di dalam.Susan duduk di dekat jendela dengan piringnya, dia makan sambil memperhatikan lalu lintas di bawah.Sebuah mobil Rolls-Royce melaju dan berhenti di depan hotel.Entah kenapa, perhatian Susan tertuju pada mobil itu.Pintu pengemudi dan kursi di sampingnya dibuka oleh seorang pelayan di pintu masuk hotel. Ryan dan Yunda keluar dari mobil.Yunda berjalan ke sisi Ryan, lalu menggandeng lengan Ryan dan menyender nyaman pada pria itu.Mereka berdua benar-benar serasi dan sepadan, sama-sama berbakat dan menawan.Setelah Ryan dan Yunda menghilang dari pandangan, Susan baru mengalihkan pandangannya.Dia makan dengan tenang.Restoran itu begitu sunyi sehingga Susan dapat mendengar semuanya dengan jelas dari beberapa meter jauhnya."Katanya Pak Ryan dan Yun

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 189

    Akun resmi Kompetisi Piano Yunai juga segera memberikan klarifikasi: [Dalam kompetisi ini, para juri menilai berdasarkan prinsip keadilan dan jujur. Hasil kompetisi telah diverifikasi oleh penyelenggara dan tidak ada 'penyuapan' atau perilaku 'jalur dalam' seperti yang dituduhkan dalam laporan daring.][Terkait rumor yang disebarkan oleh beberapa netizen, pihak penyelenggara telah menugaskan tim hukum untuk mengumpulkan bukti dan mendokumentasikannya. Kami menghimbau seluruh netizen untuk berhenti menyebarkan rumor. Kalau rumor semacam ini terus berlanjut, pihak penyelenggara akan menggunakan jalur hukum untuk membela hak dan kepentingan sah kompetisi, para juri dan para kontestan.][Kami menghimbau kepada netizen untuk menaati peraturan perundang-undangan, tidak menyebarkan berita bohong dan fitnah, serta menjaga keamanan dunia maya.]Tulisan tersebut juga menyertakan peringkat babak penyisihan setiap kontestan dan daftar mereka yang melaju ke semifinal.Kendati klarifikasi dan sangga

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 188

    Susan melanjutkan, "Pianonya masih berfungsi dengan sangat baik sebelum giliranku, tapi jadi rusak pas giliranku. Itu berarti hanya kontestan sebelumku yang bisa mencurangi piano.""Kontestan di depanku adalah Jane Sukma yang kubantu memperbaiki pakaiannya, 'kan?"Susan bertanya-tanya, apa mungkin seorang wanita yang begitu bermusuhan terhadapnya tiba-tiba menjadi begitu baik dan ramah hanya karena Susan membantu menjahit pakaiannya?Kemungkinannya sangat kecil.Berarti, ada kemungkinan lain.Wanita itu justru sengaja memanfaatkan kesan membela Susan untuk meminimalisir kecurigaan bahwa dialah yang telah merusak piano.Gavin yang berdiri di belakang Susan pun terkekeh, "Susan, kamu ternyata nggak sebodoh yang orang lain katakan. Kamu memang pintar.""Sayangnya …." Senyuman Gavin makin lebar. "Kamu nggak punya bukti. Mengatakan hal-hal ini tanpa bukti adalah fitnah dan pencemaran nama baik."Terkait Jane, peninjauan menyeluruh terhadap rekaman kamera pengawasan akan mengungkap trik yang

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 187

    Wanita itu sontak merasa sedikit malu. Dia menggigit bibirnya, lalu mengangkat dagunya dan balas mengangguk dengan bangga.Susan berbalik sambil tertawa kecil.Dia baru saja mengangkat kakinya ketika suara Gavin terdengar dari sampingnya."Nona Susan, kamu mau pergi ke mana?"Susan tidak berhenti berjalan, tetapi Gavin berkata lagi, "Ada yang ingin kubicarakan denganmu."Susan tetap diam.Dia berjalan keluar restoran, meninggalkan Gavin di belakang.Gavin pun berkata, "Apa Nona Susan ada urusan mendesak? Kamu bahkan nggak mau memberiku waktu beberapa menit."Susan masih mengabaikannya.Senyum santai Gavin sontak membeku. Dia menatap punggung Susan dengan sorot tajam.Gavin pun melangkah maju dan meraih pergelangan tangan Susan, lalu menarik dan membanting tubuh Susan ke dinding.Pemandangan yang Susan lihat sontak berputar. Dia memejamkan mata, tubuh dan bagian belakang kepalanya membentur dinding dengan keras. Penglihatan Susan sontak menjadi berkunang-kunang.Belum sempat Susan membu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status