Xiao Tian yang melihat hal itu mengerutkan keningnya. “Daniel bukan lawannya, orang itu memiliki 280 lingkaran tenaga dalam, sedikit lagi menerobos pendekar kelas empat.”
Ziyan Rouxi seperti salah mendengar, sejak kapan adik angkatnya ini pintar menjadi pengamat? Daniel menangkupkan tangannya. “Patriark, aku akan melawannya!” Xing Han mendengus dingin. “Sampah, maju lah!” ejeknya tanpa rasa takut. Tanpa ragu, Daniel langsung melompat ke depan, mengayunkan pedang yang dipegangnya. Pedang itu bersinar dengan energi berwarna ungu yang misterius. Dengan gerakan yang begitu cepat dan lincah, Daniel melancarkan serangan bertubi-tubi, baik tebasan maupun tusukan. Namun, Xing Han seolah tak merasa terganggu. Ia menghindar dari setiap serangan Daniel dengan mudah, seolah menari di antara hujan pedang. Klang— Daniel melancarkan serangan cepat dan kuat dengan pedangnya, namun Xing Han dengan tenang dan sigap menggunakan sarung pedangnya untuk menahan serangan tersebut. Bahkan Xing Han tidak mencabut pedangnya, seolah mengejek Daniel yang berusaha keras melukainya. Di sisi lain, Xiao Tian merasa cemas melihat situasi tersebut. Dia menghadap FA Wa dan berkata, "Kakek, Daniel bukan lawannya. Dari serangan Xing Han tadi, jelas dia bermaksud melakukan serangan dadakan dan langsung melumpuhkan Daniel. Ini tidak bisa dibiarkan." Ekspresi Xiao Tian penuh kekhawatiran, sementara FA Wa merenung sejenak, memperhatikan pertarungan yang terus berlanjut antara Daniel dan Xing Han. "Tian, aku tahu itu. Tapi, tidak ada lagi murid yang bisa bersaing dengannya di bawah usia 17 tahun. Aku harap Daniel menyerah sebelum Dia terluka.” Fa Wa tersenyum pahit melihat ini, itu hanya pertarungan sepihak. Anak bernama Xing Han itu tidak melakukan serangan, walaupun jelas-jelas dia memiliki tenaga dalam yang lebih besar, dia sedang mempermainkan Daniel. “Kakek, biarkan aku yang melawannya! Aku tidak akan membiarkan orang tua itu mempermalukan kakek di Sekte kakek sendiri.” “Tian, kamu bahkan belum pernah berlatih. Bagaimana kamu bisa bertarung?” Xiao Tian menatap kakeknya dengan mata yang tulus, wajahnya penuh keteguhan. "Kakek, Tian akan jujur. Tian sering berlatih tanpa sepengetahuan kakek. Kekuatan Tian lebih dari cukup untuk mengusir tamu tidak diundang itu!" ujarnya dengan tegas. Melihat wajah serius Xiao Tian, Fa Wa sedikit bingung, dia tidak tahu harus percaya atau tidak. Kedua alisnya bertaut, memperhatikan setiap detail ekspresi wajah Xiao Tian. Setelah beberapa saat berpikir, Fa Wa membulatkan tekadnya, dia mencoba percaya terhadap Xiao Tian. Lagipula dia mengetahui sifat cucu angkatnya ini, dia bukan orang yang suka bercanda apalagi dalam keadaan seperti ini. Fa Wa mengangguk pelan, kemudian menepuk bahu Xiao Tian dengan penuh kepercayaan. “Lakukanlah! Namun, jika kamu tidak bisa melawannya kamu segera mengaku kalah.” Fa Wa sangat khawatir, walaupun yang lainnya menyembunyikan kekuatannya, dia bisa melihat semuanya. Tetapi, dia tidak bisa melihat kekuatan Xiao Tian. **** “Sampah, sekarang sudah waktunya aku mengakhiri pertarungan ini!” Xing Han tiba-tiba mencabut pedangnya, lalu bergerak dengan sangat cepat, dia bermaksud untuk membunuh Daniel, dia tidak ingin melukainya saja. Namun, ketika pedang Xing Han akan mengenai leher Daniel dan menuntaskan nyawanya, sesosok bayangan mendadak melintas dengan kecepatan luar biasa. Xiao Tian sudah berdiri di hadapan Daniel, melindunginya dari serangan Xing Han. Dengan kekuatan luar biasa, dia menjepit pedang Xing Han dengan kedua jarinya, menahan serangan mematikan itu tepat di depan wajah Daniel. "Sudah cukup! Atau aku akan memberikan pelajaran terhadapmu!" ujar Xiao Tian dengan nada dingin yang menusuk tulang. Semua orang di ruangan itu terkejut dengan kemunculan tiba-tiba pria muda tersebut. Para tetua dan murid tercengang, bahkan Fa Wa yang merupakan kakek angkat Xiao Tian sendiri terkejut bukan kepalang. Xing Han mengerutkan kening, heran melihat sosok yang berani menghentikannya. Ia menatap Xiao Tian yang ternyata masih berusia muda, bahkan lebih muda darinya. Namun, yang membuat Xing Han penasaran adalah aura dingin yang terpancar dari tubuh Xiao Tian, seolah bisa membekukan setiap jiwa yang mendekatinya “Apakah kamu bermaksud untuk ikut bertarung? Jika ingin bertarung, aku tidak keberatan melawan kalian berdua sekaligus!” Walaupun Xiao Tian menghentikan serangannya, Xing Han masih tidak menempatkan Xiao Tian di matanya. Xiao Tian menggelengkan kepalanya. “Apakah kamu tidak mengerti maksudku? Jika tidak mengerti. Baiklah, aku akan membuatmu mengerti.” Xiao Tian menatap patriark Lembah Tanpa Batas itu dengan tajam. “Orang tua, aku tidak tahu darimana asal Anda. Namun, tindakanmu di Sekteku tidak menunjukkan sikap sebagai seorang ahli. Jika Anda menginginkan pertarungan antara murid, bukan seperti ini caranya. Sekte Pedang Tertinggiku akan memuaskan Amda dengan pertarungan yang Anda inginkan.” Mendengar komentar anak kecil yang tajam itu, wajah Gan Feng memerah, amarah memuncak di wajahnya. Sebagai seorang patriark dari Lembah Tanpa Batas, bagaimana mungkin dia bisa mentolerir kata-kata seorang anak yang belum mengerti tentang dunia persilatan? Namun, sebelum dia bisa meluapkan kemarahannya, Fa Wa, yang berdiri di sampingnya, sudah membuka suaranya terlebih dahulu. "Gan Feng, apakah kamu tidak merasa malu dengan sikapmu yang kekanak-kanakan? Ucapan Tian benar adanya! Jika kamu ingin melihat kekuatan antara murid Lembah Tanpa Batas dan Sekte Pedang Tertinggiku, aku akan dengan senang hati memenuhi keinginanmu," ujar Fa Wa dengan nada menggoda, seolah menantang Gan Feng. "Tapi sekarang, duduklah di sini, dan kita akan menyaksikan pertarungan antara murid kita dengan tenang," lanjut Fa Wa, menunjuk ke kursi yang sudah disiapkan di sampingnya. Gan Feng menahan amarahnya. Kedua murid dari Lembah Tanpa Batas dan Sekte Pedang Tertinggi mulai bersiap-siap untuk bertarung. Semua orang yang hadir bisa merasakan ketegangan di udara, mereka tidak hanya terkejut dengan tindakan Xiao Tian, tetapi mereka juga terkejut dengan ucapan Fa Wa sebagai patriark mereka. “Apakah patriark akan membiarkan Tian melawan orang itu?” “Aku tidak tahu! Namun, dari ucapan yang disampaikan patriark, sepertinya memang begitu. Tapi, kamu tahu sendiri, aktivitas Tian setiap hari hanya menyapu halaman, dia tidak pernah melakukan latihan. Jadi bagaimana Tian memiliki kemampuan melawan orang itu?” Orang-orang mulai mempertanyakan tindakan Xiao Tian dan ucapan Fa Wa. Menurut penilaian mereka, Xiao Tian adalah anak kecil yang tidak memiliki minat beladiri. Itu bisa diketahui karena anak itu tidak pernah terlihat latihan. **** Gan Feng menahan amarahnya dan dengan terpaksa duduk di samping Fa Wa. “Jika itu pendapatmu, itu akan lebih baik, aku bisa melihat siapa genius muda dari Sektemu yang sesungguhnya?” Fa Wa menatap Xiao Tian. “Tian, apakah kamu yakin ingin bertarung?” Xiao Tian tersenyum tipis. “Kakek, Tian sebenarnya tidak ingin bertarung, karena orang ini tidak membangkitkan minat ku. Namun, tindakannya di Sekte kita terlalu arogan, jadi sepertinya aku tidak bisa tinggal diam.” Xiao Tian menatap Daniel. “Senior Daniel, kamu bisa turun, biarkan orang ini menjadi urusan ku.” Daniel sedikit ragu, karena dia juga memiliki pikiran yang sama seperti orang lain. Tapi, kekuatan yang ditunjukkan Xiao Tian untuk menghentikan serangan Xing Han membuat dia berpikir lain. “Baiklah, adik junior harus hati-hati. Orang ini masih menyembunyikan kekuatannya.” “Senior tidak perlu khawatir, serahkan ini padaku.” Xiao Tian tersenyum ramah terhadap Daniel. Xing Han mendengus dingin. “Apakah kalian sudah basa-basi nya?” Xiao Tian tersenyum kecil. Tetapi dalam senyumnya tersembunyi keganasan yang tidak diketahui Xing Han. Daniel keluar dari arena beladiri membiarkan Xiao Tian berhadapan dengan Xing Han. Sekarang semua mata tertuju padanya. Mereka ingin melihat anak pemalas itu memiliki kemampuan beladiri atau tidak. Xiao Tian berdiri tegak di tengah arena, tatapan tajamnya menatap Xing Han yang mencemoohkannya dengan nada sinis. "Anak kecil, jangan salahkan aku karena kejam! Pedang tidak memiliki mata, jadi jangan salahkan aku jika kamu terluka parah," ejek Xing Han sambil menggenggam erat pedangnya. Orang-orang di sekitar arena baru sadar bahwa Xiao Tian tidak memiliki senjata, mereka mulai bergumam khawatir. Pada saat yang kritis, Daniel langsung bergerak. "Adik junior, ambil ini!" seru Daniel sambil melemparkan pedangnya ke arah Xiao Tian. Xiao Tian dengan sigap menangkap pedang yang dilemparkan Daniel. Ia mengangguk, "Terima kasih, senior." Kata-katanya penuh rasa hormat, namun nada suaranya tetap tenang dan percaya diri. Setelah Xiao Tian memegang senjata. Xing Han menatap Fa Wa. “Apakah pertarungan ini sudah bisa dimulai?” Fa Wa mengangguk setuju, lalu mengangkat tangannya sebagai tanda pertandingan dapat dimulai. Setelah mendapatkan persetujuan Fa Wa, Xing Han tidak mau membuang banyak waktu. Dia ingin mempermalukan bocah kecil di hadapannya. Xing Han langsung mengeluarkan pedang dari sarungnya, dia melompat dengan kecepatan tinggi. Xiao Tian tidak bergerak, dia masih berdiri dengan tenang. Ketika Xing Han melakukan tebasan, Xiao Tian hanya mengangkat pedang yang masih berada dalam sarungnya. Suara benturan senjata langsung terdengar oleh semua orang. Namun, melihat Xiao Tian bisa menahan serangan itu dengan mudah, orang-orang sekarang yakin bahwa Xiao Tian memiliki kemampuan, bukan sekedar omong kosong untuk mencari perhatian.Iblis itu meraung semakin keras. Matanya membelalak, darah berkilat di bola matanya. “Tidak mungkin! Tidak mungkin!” Kemarahan mendorong tubuh besarnya kembali maju. Dari kedua tangannya yang raksasa, cahaya merah darah terkondensasi, lalu memadat menjadi sabit raksasa. Kali ini ukurannya membesar hingga puluhan meter, jauh lebih panjang dan tajam dibandingkan sebelumnya. Dengan tenaga penuh, ia menebaskan sabit pertama. Tebasan kedua segera menyusul, lalu ketiga, dan terus berlanjut. Dalam hitungan napas, badai tebasan bulan sabit memenuhi udara, menghujani ruang dalam serangan tak berkesudahan. Namun lagi-lagi, Xiao Tian tidak terguncang sedikit pun. Satu tangan itu masih terangkat, bergerak sederhana, mengalir tanpa tekanan. Setiap sabit yang menebas ke arahnya selalu terpental, hancur sebelum bisa menyentuh kulitnya. Suara benturan antara bilah sabit merah dan telapak tangan mungil itu menciptakan percikan cahaya tajam, namun percikan itu padam seketika, tidak meninggalkan bekas
Kedelapan mata iblis itu terbuka lebar bersamaan, sorotnya penuh keterkejutan yang tidak dapat disembunyikan. Keempat kepala yang menyatu dalam tubuh raksasa itu menatap tanpa percaya, raut wajah mereka berubah drastis dari penuh keyakinan menjadi keterkejutan mendalam. Serangan yang ia yakini cukup untuk melumatkan tubuh apa pun, bahkan membinasakan makhluk dengan garis darah agung, kini terhenti seolah tertelan oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Lebih menghancurkan lagi adalah pemandangan di depannya. Xiao Tian tidak bergeming sedikit pun. Tidak ada wajah meringis, tidak ada tanda tekanan, bahkan tidak ada sedikit pun isyarat bahwa ia sedang menahan serangan dengan sekuat tenaga. Justru sebaliknya, wajahnya terlihat tenang, bahkan santai, seakan yang ia lakukan hanyalah gerakan sederhana untuk menepis debu yang hinggap. “Apakah hanya ini kekuatanmu?” tanya Leihuo Dashi dengan wajah malas. Nada suaranya datar, kalem, namun membawa tekanan yang menembus jauh ke dalam jiwa lawan,
Tubuh raksasa itu kini dilapisi energi merah darah yang membara. Dari permukaan kulitnya, aliran lava menyusup keluar, berkilat menyilaukan, memancarkan panas pekat yang tampak mampu melarutkan apa pun yang disentuh. Setiap gerakannya mengandung tekanan mengerikan, membuat udara di sekitarnya terasa berat, seolah-olah setiap tarikan napas dapat menjerat dada lawan. Kedua tangan raksasa itu membara, memancarkan cahaya api pekat yang menyalakan kilau menyeramkan pada kulitnya. Auranya berubah drastis, semakin liar, buas, dan menakutkan, hingga menampakkan wujud kekuatan yang benar-benar melampaui batas seorang Raja Dewa. Sosok itu kini berdiri sebagai ancaman nyata, penuh kebiadaban, jauh lebih berbahaya dibandingkan sebelumnya. Namun, di hadapan transformasi yang mengerikan itu, Leihuo Dashi yang telah mengambil alih tubuh Xiao Tian tidak menunjukkan ketegangan sedikit pun. Ekspresinya justru tenang, bahkan santai, seakan pemandangan di hadapannya hanyalah tontonan biasa. Sebuah senyu
Iblis itu terbahak lirih, tawanya rendah namun sarat dengan kemenangan. Suara tawa itu bagaikan racun yang merembes perlahan, menusuk ke dalam setiap lapisan jiwa Qio Ren. “Kamu tenang saja, aku pasti akan membunuhnya untukmu!” Kesadaran Qio Ren pun mulai meredup. Cahaya dalam matanya perlahan padam, seperti api lilin yang kehabisan minyak. Pandangannya berangsur gelap, tubuhnya terasa semakin berat, dan perlahan ia tenggelam ke dalam tidur lelap. Sisa kehendaknya terhanyut, lenyap ditelan arus gelap, meninggalkan panggung sepenuhnya bagi iblis yang selama ini bersembunyi di balik jiwanya. Seiring dengan itu, hawa jahat yang ditekan Qio Ren selama ini mendidih ke permukaan, menelan ruang dalam tubuhnya dan merayap keluar bagai kabut tebal. Begitu mendapatkan kendali penuh, iblis itu tidak membuang waktu. Ia segera menyelam ke dalam dunia dantian Qio Ren, menembus lapisan energi Ilahi yang berputar di sana. Gelombang hitam pekat bergejolak, membuka jalan menuju inti garis darah. Di
Qio Ren menyipitkan matanya. Ada sesuatu yang merayap di udara, sebuah perasaan ganjil yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Persepsinya yang tajam segera menangkap perbedaan mencolok pada sosok di hadapannya. Aura Xiao Tian kini bukanlah aura yang pernah ia kenali sebelumnya. Lebih pekat, lebih dingin, menyesakkan, seolah-olah sebuah gunung yang tak terukur beratnya menjatuhkan diri di atas langit dan siap meremukkan segala yang berada di bawahnya. Setiap hembusan energi Ilahi yang terlepas dari tubuh Xiao Tian bagaikan belenggu yang menjerat udara, membuat ruang di sekitar mereka bergetar halus tanpa suara. Perasaan itu menekan dadanya, bukan karena dunia yang terguncang, melainkan karena kekuatan Xiao Tian benar-benar menutup semua celah perlawanan. Udara yang mengelilingi mereka kian rapat, seakan membeku oleh kehadiran kekuatan yang sulit dijelaskan. Yang lebih mengejutkan, Qio Ren sama sekali tidak mampu merasakan ranah Xiao Tian. Semua jalur persepsi tertutup rapat, t
Zanfang menatap kosong, darah emas masih mengalir dari bibirnya. Tangannya gemetar, cambuknya melemah, dan cahaya api emas yang dulu melingkupi tubuhnya bergetar liar. Dalam detik terakhirnya, suaranya bergetar lirih, penuh penyesalan dan kesedihan yang dalam. “Ayah, Ibu, Tuan, maafkan aku. Aku gagal.” Pedang Karat Misterius tidak hanya menusuk jantungnya. Roh pedang Karat Misterius juga terus menghisap esensi hidupnya, menelan garis darahnya yang sangat kuat. BAANG!!! Tubuh Zanfang meledak menjadi abu. Ledakan itu bukan sekadar hancurnya daging, tetapi juga perpecahan harapan yang ia genggam sepanjang hidup. Sisa energi api emasnya meledak liar, berputar di udara, sebelum dilahap habis oleh kekuatan pedang. “Makhluk kecil, kamu berani memakan jatah Dewa ini!” Leihuo Dashi berteriak keras terhadap roh artefak pedang Karat Misterius. “Tuan, maaf, maaf aku lupa, aku terlalu bersemangat,” ucap roh pedang dengan nada bergetar. Getaran itu bukan hanya dari suaranya, melainkan juga d