Jika di luar, Liam dan Zahera sedang bersenang-senang menikmati wahana flyboard, maka Robin di perusahaan menjadi tumbal untuk mengerjakan pekerjaan yang menggunung. Pertemuan dengan klien hari ini jelas harus dibatalkan semuanya. Karena Robin yang bekerja sendirian tidak mungkin meninggalkan perusahaan untuk sebuah pertemuan. "Ah sialan! Punya bos gak ada akhlak memang. Ini maksudnya aku dilatih buat jadi CEO apa gimana?" Robin tidak berhenti mengumpat sejak membaca pesan dari Liam jika dirinya dengan Zahera tidak akan ke kantor hari ini. Meskipun Liam menjanjikan libur untuk besok kepada Robin, tapi tetap saja bekerja sendirian untuk pekerjaan tiga orang sungguh sesuatu sekali. Meskipun begitu, sebenarnya Robin tidak sungguh-sungguh membenci sepupunya. Dia hanya merasa kesal karena dikerjain oleh Liam dan Zahera. Ya walaupun Robin sangat yakin jika biang keroknya tetap saja Liam. Zahera tidak mungkin dengan sengaja meninggalkan pekerjaan jika bukan karena terpaksa. Di tengah ke
"Papa?" Belum sempat Zahera bertanya maksud dari Evander Lim mengatakan putranya yang lain itu siapa, suara sahutan dari belakangnya seakan menjawab kebingungannya dengan kebingungan yang lain. 'Papa? Mas Liam panggil Paman Lim dengan sebutan papa? Maksudnya, Mas Liam dan Dokter Lui itu saudaraan?' batin Zahera menatap bergantian antara Liam dan Evander Lim seakan tidak percaya dengan apa yang didengar. Padahal jika Zahera jeli dan memperhatikan detail garis wajah Evander Lim dengan Liam maupun Lui sama-sama memiliki garis wajah yang cukup mirip. Sama-sama berwajah oriental utamanya keturunan dari Negeri Gingseng. Liam menyampirkan blazer milik Zahera tanpa peduli papanya sudah menatap curiga pada mereka. Liam akan pura-pura tidak tahu jika kedua orang di depannya sudah saling kenal. Zahera sendiri sempat tersentak dengan perlakuan manis Liam meski sudah beberapa kali mendapatkannya sejak mereka kenal. Tapi disaksikan oleh Paman Lim seperti ini tentu saja membuat Zahera merasa ca
"Langsung ke rumah saja, Liam. Kita bicara di rumah!" perintah Evander Lim pada putra bungsunya setelah mengetahui sesuatu yang lain dari Liana — istrinya. Awalnya Evander Lim hanya tengah memberitahu kepada istrinya mengenai kedua putranya yang menyukai wanita yang sama. Tapi begitu tahu siapa wanita yang dimaksud, Liana semakin heboh karena jelas dia juga mengenal Zahera, bahkan sempat ingin menjodohkannya kepada Leon dan tanggapan Leon juga cukup positif. Evander Lim dan Liana tidak pernah menyembunyikan masalah sekecil apapun. Mereka lebih suka saling terbuka dan menyelesaikan semua permasalahan bersama tanpa ada yang ditutup-tutupi. "Ini kenapa ketiga putraku malah kecantol satu janda yang sama?" gumam Evander Lim sambil menepuk dahinya. Kemudian dia keluar dari dalam ruangan kerja putranya untuk pulang karena pertemuan dan diskusi tentu berubah haluan ke rumah yang juga dihadirkan putra lainnya dan juga sang istri. Evander Lim dan Liam sampai hampir bersamaan. Sebenarnya Li
Sejak pulang dari pengadilan agama, Sanjaya tidak banyak bicara meskipun Alea dan Mama Anita terus mengajaknya berbicara. Sanjaya masih syok dengan apa yang didengarnya dari Alena. Dia baru sadar jika selama ini Alena tidak benar-benar tertarik dan ada rasa dengannya. Dan Sanjaya dibuat sangat sakit hati. 'Padahal aku sungguh sayang sama dia,' batin Sanjaya masih tidak menerima takdirnya. Sanjaya sama sekali tidak menyangka jika Alena bersandiwara hanya untuk membantu Zahera memiskinkan dirinya. Benar-benar miskin karena semua aset yang dimilikinya dulu, kini sudah beralih nama menjadi milik Zahera, Abimanyu dan juga Alena. Satu-satunya yang masih dimiliki Sanjaya hanyalah pekerjaannya sebagai CEO di perusahaan yang sudah beralih nama menjadi milik Zahera dan nantinya akan diwariskan kepada putra semata wayang mereka. 'Aku tidak masalah jika harus memberikan hartaku untuk mereka karena aku memang menyayanginya. Tapi kenapa harus ditinggalkan oleh mereka semua?' Sanjaya sudah bera
'Ini maksudnya apa?' batin Zahera. Pertanyaan tersirat dari Evander Lim kepada Zahera tentu saja membuatnya sangat syok. Apalagi dengan tatapan dalam dari ketiga putra yang dimaksudkan oleh pria paruh baya tersebut. Zahera hanya bisa menoleh ke kanan kiri menyembunyikan kebingungannya. Sedangkan Abimanyu dan Alvino yang diam saja justru terlihat lebih tenang dan tidak sebingung Zahera saat ini. Pertama kalinya Liam tahu jika Zahera adalah kakaknya Alvino, dia sempat terkejut juga. Tapi itu tidak membuatnya mundur untuk mendekati Zahera dan anaknya. Tiga bulan ke belakang Alvino maupun Abimanyu sudah menjadi saksi bagaimana Leon, Lim dan Liam sama-sama berusaha mendekati Zahera dengan berbagai cara. Zahera memang terlihat menanggapi ketiganya dengan sama baiknya. Sayangnya tidak lantas membuat Zahera berpikir terlalu jauh tentang tujuan dari pendekatan ketiganya. "Za, ketiga putra Tante suka sama kamu sudah dari lama. Kamu gak sadar ya?" ujar Liana dengan nada menggoda. Zahera ha
Zahera berjalan setengah berlari menuju ruang ICU dimana dia mendengar suaminya dirawat. Setahunya, Sanjaya — suaminya yang sedang ada project pekerjaan di Surabaya selama sebulan ini, mengabarkan jika kemarin akan datang ke rumah sakit hanya untuk melakukan tindakan bedah mulut atau operasi kecil, dalam rangka mencabut gigi bungsu yang selama ini selalu menjadi masalah di kesehatannya. Namun tiba-tiba saja, malam harinya Zahera justru dikabarkan jika sang suami harus dipindahkan ke ruang rawat intensif / ICU karena kondisinya kritis. "Gimana kondisi suami saya, Dok?" tanya Zahera dengan panik begitu menerobos ruang ICU yang sebenarnya tidak boleh ada yang masuk di luar jam besuk. "Maaf, ini dengan keluarga atas nama siapa ya, Bu?" "Sanjaya Pratama. Katanya tadi malam mulai masuk ICU," jawab Zahera lagi dengan cepat."Kalau boleh tau, ini dengan siapanya?" "Saya? Saya istrinya, Dok!" kata Zahera lagi agak kesal karena pertanyaan singkatnya justru dibalas dengan rentetan pertanyaa
"Ma, tadi di rumah sakit ada yang ngaku-ngaku jadi istrinya Mas Jaya," adu Zahera pada Mama Anita di sebuah sambungan telepon. Zahera yang merasa bosan menunggu jam besuk di luar ruang ICU akhirnya memilih melakukan panggilan suara ke nomor ibu mertuanya. Selain untuk mengadukan kelakuan anaknya yang membuat Zahera curiga, tentu saja sekalian Zahera ingin mengontrol kondisi Abimanyu yang dititipkannya sementara kepada Mama Anita. "Ah, masa sih, Za? Kan kamu juga tau sendiri gimana bucinnya Sanjaya sama kamu selama ini. Kayaknya itu cuma orang iseng atau fansnya Sanjaya aja deh. Mama masih percaya kalau Sanjaya pasti setia sama kamu, Za. Gak ada satu pun alasan yang bisa membuka peluang Sanjaya buat berpaling dari kamu. Kamu itu punya semua kriteria istri idaman. Gila aja kalau dia sampai berani selingkuh dari kamu. Mama sendiri nanti yang akan potong anunya itu!" balas Mama Anita dengan geram.Zahera sedikit tertawa mendengar jawaban panjang ibu mertuanya. Meski terdengar mengerikan
Setelah dirawat di ICU beberapa hari, akhirnya kondisi Sanjaya semakin membaik. Zahera menjaga dan merawat suaminya dengan telaten seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Sanjaya merasa seperti di atas angin karena yakin istrinya masih mempercayai dirinya penuh seperti biasanya. "Aku gak sabar pengen pulang. Kangen tidur sama kamu, kangen sama Abi. Abi nanyain aku gak, Ma?" ucap Sanjaya dengan manja setelah alat bantunya semua dilepas dan bisa berbicara dengan lancar lagi. Kondisi Sanjaya memang sudah sangat baik. Siang ini setelah dokter visit dan melihat tidak ada kondisi yang menurun, bisa dipastikan Sanjaya bisa dialihkan ke ruang rawat biasa sebelum kemudian boleh benar-benar pulang. "Abi selalu nanyain kamu, Mas. Nanti kalau sudah dipindah ke ruang rawat inap biasa baru bisa video call sama Abi. Semoga saja dokternya cepat datang dan beneran bisa dipindah siang ini." Sebenarnya pagi ini bukanlah waktu untuk membesuk pasien ICU. Namun karena kemungkinan besar Sanjaya akan d