Sekarang Aku harus menghubungi Mas Gavin. Ada sesuatu yang ingin Aku bicarakan. Menyangkut apa yang harus Aku dapatkan. Ku tekan tombol panggilan pada kontaknya. "Hey mengapa kamu masih menghubungiku. Mau minta duit ya? Aku tidak ada duit buat di kasih ke kamu, Vina. Sono minta saja sama orang tuamu!" "Aku bukan mau minta duit, Mas. Tapi ada yang harus Aku bicarakan ke kamu. Ini penting, Mas. Apa kita bisa bertemu?" "Memangnya kamu ingin membicarakan soal apa lagi. Katakan saja kamu kaget hidup tanpa Aku kan?. Susah cari duit buat menghidupi diri kalian. Makanya jadi perempuan jangan sok-sokkan. Sok mampu, sok mandiri. Tahu-tahunya baru ditinggal sebentar sudah nelpon-nelpon. Ooh atau kamu baru menyadari bahwa Aku ini penting ya? Tapi walau bagaimanapun Aku tidak mungkin menari
Bab 18 Siap Meninggalkan Rumah Mas Gavin... Mas Gavin. Asalkan kamu tahu saja Aku sudah siap sedia meninggalkan rumah ini ke rumahku yang baru. Karena rumah ini telah resmi terjual. Berkat bantuan Pak Nugraha, rumah ini terjual dengan harga fantastis. Tak lupa ku beri bagian padanya, karena telah berjasa menolongku. Jadi tanpa Mas Gavin paksa pun Aku akan keluar. Setelah lama mencari, Akhirnya Aku menemukan tempat tinggal yang lebih baik dari ini. rumah itu terletak tak jauh dari kota tempat perusahaan tempat Ferdi bekerja. Dan rumah itu juga ku dapatkan atas rekomendasi Ferdi sendiri. Lokasinya yang strategis sehingga memudahkan Aku untuk memajukan bisnisku. Jadi selain berkecimpung di dunia online, Aku juga membuka toko langsung di rumah. Rumah baruku ini terletak jauh dari kota sebelumnya Aku tinggal.
Ketika sibuk mengurusi pekerjaan tiba-tiba saja ada seseorang yang menelponku. Dan memintaku untuk menemuinya. Aku telah berusaha menolak. Tapi tetap saja ngotot. Katanya ada hal penting yang ingin di bicarakan. Terpaksalah Aku menyetujuinya, siapa tahu juga ada yang penting. Pada hari dan waktu yang telah di sepakati Aku menunggunya di tempat yang sudah kita janjikan. Lewat via telepon, dia mengatakan bahwa dia telah dekat. Tidak lupa ku sebutkan nomor mejaku. Tidak lama setelah itu datanglah seorang wanita tinggi semampai menuju ke arah mejaku. Berhijab khas wanita kekinian. Setelah Aku perhatikan, Aku seperti mengenali wanita ini. Tapi siapa ya?. Ooh Aku baru ingat sepertinya dia Vina teman SDku dulu. Teman dekat malah. Eh tapi apa dia benar-benar Vina. Terlihat wanita itu juga sedikit bengong. "Kamu Ferdi y
Aku memiliki seorang istri yang cantik, Vina. Aku menikahinya dengan penuh cinta. Rumah tangga kami bahagia walaupun masih terbilang pas-pasan. Katanya sih begitu. Tapi menurutku Aku telah memberikan yang terbaik untuknya. Lima juta setiap bulan bukanlah jumlah yang kecil. Kukira pas buat mencukupi berbagai kebutuhan. Kredit rumah, cicilan mobil ke mertua, membayar listrik dan lainnya. Tapi masih saja dia seperti kesusahan mengatur keuangan. Sampai-sampai dia bekerja keras untuk buka usaha online. Katanya untuk membantu mencukupi kebutuhan yang semakin mahal. Halaaah itu hanya alasannya saja ingin membantu. Memangnya berapa penghasilannya? Paling-paling cuma pas buat bumbu dapur. Uang dariku sudah cukup. Lama-lama tingkahnya yang sok repot itu mulai membuatku kesal. Mungkin saja dia mau meremehkan Aku. Tuh istri belajar kurang ajar. Apalagi karena kerepotan
Akhirnya akta cerai yang kutunggu-tunggu akhirnya keluar juga. Dan Alwa pun sekarang masih dalam proses perceraian. Katanya dalam waktu dekat dia juga akan resmi bercerai. Dunia ini memang berpihak padaku. Tidak menunggu waktu lama, impianku akan terwujud tanpa rintangan yang berat. Apalagi Alwa telah menjadi milikku nanti. Maka kebahagiaanku akan bertambah-tambah. Sekarang Aku harus mempersiapkan persiapan untuk pernikahan kami. Tapi tabunganku cuma sedikit. Selama ini Aku lupa untuk lebih banyak menabung untuk mempersunting Alwa pujaanku. Salah Aku sih, kurang berpikir panjang. Coba saja Aku menabung lebih banyak, pasti Aku akan dengan mudah memenuhi keinginan Alwa. Maharnya, mas kawinnya. Aduuh. Tapi tak apalah ku coba untuk membicarakan ini kepada Alwa. Bukankah dia mencintaiku? Jadi dia tidak mungkin akan memberatkan calon suaminya yang gante
"Mas sebelum kita menikah, katanya Mas mau mengurus surat sertifikat rumah menjadi atas namaku, Mas. Kita harus menyiapkan diri jauh-jauh hari lho, Mas. Biar nanti kita tidak kelabakan." "Iya sayang nanti, Mas segerakan kok." "Kalau begitu cepatvya, Mas." "Iya nanti kita suruh pengacara saja yang mengurus. Ayo kita ambil brankas tempat Mas menyimpan sertifikat rumah itu." "Beneran, Mas. Mas nggak bohong kan?" Wajah Alwa terlihat berbunga-bunga. Aku ikut senang melihatnya bahagia. Wajah bahagianya mampu membuatku merasa seperti pahlawan yang mampu membuatnya tersenyum. Ku kecup rambutnya yang semerbak. Entah apa yang
Terus ku susul Alwa ke rumahnya? Aku takut dia benar-benar kecewa padaku. Aku masih akan tetap berusaha untukmu Alwa. Aku sudah terlanjur mencintaimu. Aku meminta sopir untuk mempercepat laju mobil. Tidak sabar rasanya ingin melihat keadaan Alwa. Mungkin saja dia shock dengan kenyataan ini. Sesampainya di sana Aku langsung masuk. Tiba-tiba Alwa melempar semua barang milikku keluar. Hampir saja mengenai wajahku. Apa-apaan ini? Kenapa semua barang-baranku di lempar keluar? Yang benar saja ini Alwa."Ada apa ini, sayang. Mengapa semua kau buang? Apakah kamu mengusirku?"Iya benar Aku mengusirmu. Aku tidak sudi menampungmu lagi!" "Jangan begitu Alwa. Semua ada jalan keluarnya." "Tidak ada lagi jalan keluarnya sel
Taksi berhenti di depan sebuah kos-kosan kecil. Disinilah Aku menilih untuk berhenti. Mobilpun menepi. Ku sodorkan beberapa lembar uang puluhan kepada pengemudi. Dengan cepat Aku menanyakan niatku untuk mengontrak untuk sementara waktu. Iyalah, tidak mungkin selamanya juga kan? Pedih juga hatiku melihat kenyataan itu. Vina adalah biang keladinya masalah ini. Bagaimana bisa dia menjual rumah itu tanpa izin padaku. Padahal sertifikatnya atas namaku. Mungkin saja dia memalsukannya? Aku harus mengambil perhitungan dengannya. Ku hubungi nomornya, tapi sialnya kontak itu tidak bisa di hubungi lagi. Apa yang harus Aku lakukan? Mengapa nasibku begitu sial kali ini. Dia pasti dirumah ibunya. Atau dia memberi uang hasil dia menjual rumahku pada oran