Share

Chapter 12

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-22 23:21:09

"Kamu tidak usah takut. Ibu saya itu hanya menggertak. Ibu saya baru terkena serangan stroke satu bulan yang lalu. Jadi Ibu saya belum bisa menerima kenyataan, bahwa ia sakit. Makanya Ibu saya marah karena dianggap sebagai orang cacat. Tugas kamulah untuk menemaninya berbicara dan membuat ibu sadar akan keadaannya sekarang."

Kata-kata Manda membuat Mayang menyadari satu hal. Bu Mitha tidak suka dianggap cacat. Terbiasa melakukan kegiatan ini dan itu, pasti Bu Mitha frusrasi karena tidak bisa melakukan kebiasaan-kebiasaan seperti dulu. Wajar kalau Bu Mitha stress. Bu Mitha belum bisa beradaptasi dengan keadaannya yang sekarang.

"Saya mengerti Mbak Manda. Nanti pelan-pelan saya akan mencoba memberi pengertian pada Bu Mitha. Saya juga akan mencoba mencari kegiatan yang sekiranya bisa membuat Bu Mitha tidak merasa maaf, seperti orang cacat, insyaallah."

Manda mengangguk. Sepertinya ia tidak salah menerima Mayang sebagai pera

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kupu-Kupu KertasĀ Ā Ā Extra Part

    "Para hadirin yang berbahagia. Pembangunan suatu negara hakikatnya adalah bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil. Dan goalsnya adalah menunjukkan grafik yang terus naik. Oleh karena itu, target utama yang menjadi landasan munculnya program-program nasional adalah pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran."Mayang membuka pidato seminar kewirausahawan mandiri yang diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Cabang Himpunan Penyelenggara Pelatihan dan Kursus Indonesia. DPCHPPKI ini secara khusus mengundangnya untuk memberikan pidato singkat tentang pengembangan Sumber Daya Manusia.Walaupun tengah hamil besar, Mayang tetap menerima undangan ini. Ia paling semangat jika diminta untuk memotivasi orang-orang. Ia ingin memberikan sedikit ilmu, namun banyak semangat kepada para generasi muda. Sudah saatnya kaum milenial ini berwiraswasta dan membuka lapangan pekerjaan. Daripada mereka ha

  • Kupu-Kupu KertasĀ Ā Ā Chapter 45(end)

    Enam bulan kemudian.Mayang memandangi rumahnya, yang kini telah menjadi rumah produksi usaha kecilnya. Kesibukan para teman-teman lamanya, yang dulu merupakan mantan PSK, membuatnya tersenyum haru.Sarah, Tikah, Yayuk, sibuk mengemas pakaian-pakaian yang telah selesai dijahit oleh Bu Nania dan Bu Syukri. Sementara Rita, Bu Renny dan Maria tengah asyik mencetak kue-kue. Bu Renny dan Bu Warsih sibuk memanggang. Beberapa mantan PSK yang dibawa oleh Sarah dan Tikah, terlihat dengan teliti menyusun kue-kue ke dalam toples. Mereka yang terakhir bergabung ini, memang belum mempunyai keahlian apa-apa. Yang mereka bawa hanyalah niat dan semangat untuk mengubah jalan hidup. Mayang sangat bangga dengan tekad kuat mereka semua.Mayang masih ingat, enam bulan lalu, ia memulai usaha kecil-kecilannya ini dengan Firdha. Ajang coba-coba kalau menurut istilah Firdha. Ia memulai bisnis dengan bakal kain tidak terpakai Fi

  • Kupu-Kupu KertasĀ Ā Ā Chapter 44

    "Hallo, Pa. Kabar Nia baik. Papa tidak usah khawatir," getaran dalam suara Nia membuat hati Sena ikut bergetar. Ia sadar kalau ia sudah berlaku tidak adil pada Nia. Karena kisruhnya hubungan para orang-orang dewasa, hak-hak Nia hampir saja ia rampas."Iya, Pa. Nia juga kangen. Nia ngerti kok, Pa. Papa harus mencari uang yang banyak demi masa depan Nia. Nia sudah sudah besar sekarang. Jadi Nia sudah tahu kesulitan orang-orang dewasa. Hehehe." Sena membuang muka saat melihat Nia berusaha tertawa di tengah derai air matanya."Nggak apa-apa, Pa. Rindunya akan Nia tabung dulu biar banyak. Nanti kalau kita sudah boleh bertemu, akan Nia keluarkan semua rindu yang Nia kumpulkan. Papa tidak usah sedih. Perasaan Nia pada Papa tidak akan berubah di mana pun Papa berada. Di dunia ini, Nia cuma punya Papa. Mama kan sudah meninggalkan Nia lebih dulu. Jadi, Papa jangan lupa kalau ada Nia di sini ya, Pa?" pinta Nia dengan suara memelas.&

  • Kupu-Kupu KertasĀ Ā Ā Chapter 43

    "Harus bisa, Mbak. Kita sudah terlalu lama memupuk dendam untuk hal yang sebenarnya bisa kita bicarakan. Mulai saat ini kita membahas hal yang ringan-ringan saja ya, Mbak? Coba Mbak yang mulai dulu. Cari topik pembicaraan yang menarik."Bu Mitha memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan. Dirinya kan baru saja baikan dengan Zainab sekarang. Masa ia mereka berdua sudah ribut lagi saja?"Oke. Mari kita membahas hal yang ringan-ringan saja. Sekarang Mbak tanya, kenapa kamu tidak menyemir rambutmu, Mitha? Lihat itu, ubanmu sudah piknik ke mana-mana. Membuat penglihatan Mbak tercemar saja, sebagai sesama perempuan. Ke salon dong, Mitha. Jangan seperti orang susah," cibir Zainab.Bu Mitha memutar bola mata. Waktu berlalu, masa berganti. Namun Zainab ini tetap saja menempatkan penampilan di atas segala-galanya."Aku sedang malas ke salon, Mbak. Karena salon adalah tempat kumpulan kelompok ghiba

  • Kupu-Kupu KertasĀ Ā Ā Chapter 42

    "Coba buka pintu gudang ini, Nani. Kalau agak susah membukanya karena lama tidak diminyaki, panggil saja Mang Ujang."Bu Mitha meminta suster Nani membuka gudang yang sudah lama sekali tidak pernah ia kunjungi. Ia ingat ada beberapa barang yang dulu sengaja ia sembunyikan di sana. Dan sore ini tiba-tiba saja ia ingin membongkarnya."Akan saya coba membukanya sendiri dulu ya, Bu? Kalau nanti tidak bisa, baru saya akan memanggil Mang Ujang," tukas suster Nani. Ia tidak mau menyusahkan Mang Ujang."Terserah kamu saja. Yang penting saya bisa masuk ke sana," ujar Bu Mitha datar. Benaknya saat ini dipenuhi dengan kenangan-kenangan masa lalu. Setelah Sena dan Mayang berpamitan, semua kejadian di waktu lalu seperti saling berdesakan ingin keluar. Daripada ia pusing sendiri, ia bermaksud membaginya dengan Zainab. Siapa tahu dengan begitu bebannya akan berkurang. Bonus rasa penasarannya akan terjawab. Karena menurut Sena, keadaan

  • Kupu-Kupu KertasĀ Ā Ā Chapter 41

    Mayang termangu. Ia sama sekali tidak menduga kalau Bu Zainab adalah kakak seayah dengan Bu Mitha. Karena Sumitro Iskandar itu adalah ayah kandung Bu Mitha. Pantas saya Bu Zainab kerap menceracau kalau ia adalah anak buangan. Ibu kandung tidak menginginkan keberadaannya. Sementara ayah kandungnya tidak mengetahui kalau ia ada. Kasihan sekali Bu Zainab."Saya lanjutkan ya?!" Suara keras Nek Tinah membuat lamunan Mayang buyar seketika."Silakan, Nek!" sahut Mayang tak kalah keras."Aini sudah lama menyukai Pak Sumitro, anak majikannya. Namun sayangnya Pak Sumitro sudah menikah dengan Widya. Hanya saja mereka belum dikaruniai momongan. Makanya Pak Broto, ayah Sumitro kerap bertengkar dengan Sumitro, karena Widya tidak kunjung hamil. Maklum saja, Sumitro itu anak tunggal. Tentu saja Pak Broto mengharapkan ada yang meneruskan silsilah keluarga.Suatu hari Sumitro yang dipaksa menikah lagi oleh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status