Dengan rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Intan pun menguntit kemana arah dewi pergi selepas pulang sekolah, hingga langkah kaki nya terhenti didepan sebuah toko pakaian besar. tapi ia tidak langsung masuk kedalam karena tidak enak nanti apabila dia ketahuan mengikuti dewi.
sekitar kurang lebih 5 sampai 10 menit Intan berdiri sambil mengamati dan menunggu dari sebelah toko, tapi dewi yang di tunggu-tunggu tidak kunjung keluar dari toko tersebut, rasa penasarannya semakin meningkat.
Intan pun kaget seketika saat ada suara yang tiba-tiba menyapa nya.
"ada yang bisa di bantu dek?" tanya seorang pramuniaga toko tersebut sambil tersenyum ramah.
"astaga.. aku pikir siapa.. hemmphh"
"ahh enggak kok" jawab intan sambil menyeka keringat yang mulai mengucur dari dahi nya
"oia saya mau nanya mbak, apa ada karyawan disini yang bernama dewi?" tanya intan secara spontan tanpa basa-basi lagi untuk menghilangkan rasa penasaran nya
"oh dewi, yang anak baru itu ya" jawab pramuniaga itu
"kamu kenal? apa dia teman kamu dek? si pramuniaga bertanya balik
"iya mbak, dia teman satu sekolah saya"
"sudah lama dia kerja disini mbak? tanya intan lagi
"baru sekitar kurang lebih 2 bulan lah kira-kira"
"hebat teman mu dek, mbak salut sama dia" kata pramuniaga itu
intan pun tampak bingung mendengar komentar pramuniaga itu terhadap dewi
"memangnya kenapa mbak? kok salut sama dewi?" tanya intan penasaran
"ya padahal masih muda, masih sekolah, tapi semangat kerja nya kadang melebihi kami yang sudah lama kerja disini" timpal si pramuniaga
Dewi yang dari tadi di dalam tiba-tiba pandangan nya mengarah ke jendela kaca bagian luar, melihat sesosok yang cukup familiar tampak sedang berbicara diluar. akhirnya dia pun keluar mendekat untuk memastikan lagi siapa yang dilihatnya itu
"Intan... ngapain kamu disini?" tanya dewi tiba-tiba setelah sampai diluar
"kamu ngikutin aku ya?"
"hayo ngaku" seloroh dewi tanpa henti
Intan yang tampak bingung pun akhirnya mengakui kalo dia memang mengikuti dewi selepas pulang sekolah tadi
"iya dewi, Maaf ya, aq ngikutin kamu dr tadi" jawab intan pelan
"habisnya aku penasaran dengan kegiatan kamu selepas pulang sekolah kamu pergi kemana, karena pernah beberapa kali aku mampir kerumah kamu tapi selalu kosong" lanjut intan
mendengar penjelasan singkat intan, dewi pun tersenyum, dan berpikir cepat atau lambat kegiatan nya ini juga bakal ketahuan. saat ini baru Intan yang tau, mungkin nanti juga ayah nya bakal tau.
Suasana jadi lebih sedikit mencair setelah itu, dan dewi pun akhirnya memperkenalkan kepada intan mbak pramuniaga yang dari tadi agak bingung juga memperhatikan percakapan mereka berdua. "oia intan, kenalin ini mbak fitri, senior aku di toko ini" " ini intan mbak, teman satu sekolah aku dan juga teman dekat aku dari kecil dulu" intan pun sambil tersenyum menyodorkan tangan kanan nya untuk berjabat tangan dengan mbak fitri yang langsung disambut juga dengan tangan kanan mbak fitri "maaf mbak ya tadi belum sempat memperkenalkan diri keburu dewi sudah menghampiri kita, hehehe" jawab intan sambil terkekeh " oia mbak dari mana tadi" tanya dewi "mbak habis istirahat makan siang di warung seberang" jawab mbak fitri "tadi pas mau nyeberang jalan, mbak perhatiin intan ini tampak agak kebingungan di depan toko, jadinya langsung mbak samperin aja" lanjutnya lagi "oohh gitu" "yaudah intan, bukannya mau ngusir ya, kamu buruan pulang sana, aku mau lanjut kerja lagi, gak enak nanti dilihat
Malam hari nya saat dewi sedang mempersiapkan hidangan untuk makan malam, pak Broto yang sedang menyandarkan diri di kursi sambil menonton televisi tiba-tiba bertanya "dewi, ayah perhatikan akhir-akhir ini kamu tampak kelelahan" "apa pelajaran di sekolah tampak semakin sulit atau gimana?" "jangan terlalu capek nak, istirahat juga perlu untuk menjaga kondisi badan kita biar tetap fit" "apalagi sebentar lagi kamu akan memasuki tahap ujian akhir sekolah" "jangan sampai hilang fokus pada tahap akhir karena terlalu diforsir di awal" Dewi yang sedang memasak telor dadar dan goreng tempe, tahu plus sayur asam yang akan disantap untuk makan malam ini menjawab singkat " dewi gak apa-apa kok yah" "sehat-sehat saja kok, nih lihat yah.. hehehe" timpal dewi sambil tertawa dan menunjukkan ekspresi lucu didepan ayahnya "tampaknya ada yang kamu sembunyikan dari ayah" tanya pak broto sedikit menyelidik "cerita saja sama ayah, mungkin ayah bisa bantu" lanjut pak broto lagi Dewi akhirnya berf
Pak Broto terdiam sesaat setelah mendengar cerita awal dewi tersebut. Lalu menampilkan ekspresi wajah yang nampak sedih."maafkan ayah nak" jawab pak brotodewi pun heran mendengar ayahnya yang tiba-tiba meminta maaf"lho kok malah ayah yang meminta maaf? harusnya kan dewi yah""dewi sudah merahasiakan sejak lama dan juga tanpa izin ayah""dewi yang salah yah, bukan ayah" jawab dewi sambil memeluk sang ayahSambil mengusap-usap rambut dewi, pak Broto agak sedikit terisak"seandainya kondisi ekonomi kita stabil, seandainya ayah lebih mampu lagi untuk menghasilkan uang yang lebih banyak lagi, kamu tidak perlu sampai menyita waktu muda mu untuk bekerja dewi""tapi apalah daya, ayah hanya seorang buruh pabrik yang mendapatkan upah bulanan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja""ayah tau kamu memiliki impian besar untuk sukses di masa depan, ayah bangga akan hal itu""namun disisi lain ayah juga menyadari bahwa untuk mewujudkan impian itu tidaklah mudah, karena kemungk
Sesampainya di rumah, dewi langsung segera untuk mempersiapkan berkas lamaran kerja nya. Tulisan tangan yang tampak tertata rapi di selembar kertas putih mengawali impian panjang dewi yang sangat berharap agar bisa diterima kerja di toko tersebut. Tak lupa pula dilampirkan pas foto seukuran 3x4 berwarna sebanyak dua lembar, foto copy kartu keluarga dan juga foto copy akta kelahiran sebagai tambahan kelengkapan berkas, dikarenakan dewi belum mempunyai Ktp. Setelah lengkap semua nya langsung dimasukan ke dalam amplop coklat. siap untuk diantar.Keesokan harinya, siang hari selepas pulang sekolah, dewi langsung bergegas keluar kelas sesegera mungkin. karena tampak kelihatan terburu-buru bahkan dewi tak mengindahkan panggilan intan teman sekelasnya."hei dewi, mau kemana buru-buru sekali tampaknya?""yaahh dicuekin, hehehe" timpal yuli, teman sebangku intan sambil terkekeh"tau tuh si dewi akhir-akhir ini agak berubah" lanjut intan sambil berjalan keluar kela
Tok tok tok.. terdengar suara ketukan pintu ruangan kerja Pak Ardi"Ya.. Masuk" Pak Ardi mempersilahkan masuk"hmm.. permisi pak" jawab dewi agak sedikit gugupmaklum saja, ini adalah pengalaman pertama dia melamar pekerjaan, jadi suasana tegang, sedikit gemetar, dan takut menyelimuti perasaan dewi saat pertama kali masuk ke dalam ruangan tersebut."oh ya, silahkan duduk""ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Ardi"maaf pak, sebelumnya perkenalkan, saya Dewi Lestari" jawab dewi sambil menyodorkan tangan kanan untuk bersalaman dengan Pak Ardi yang langsung disambut dengan uluran tangannya juga."hmm begini pak, saya bermaksud untuk melamar pekerjaan di toko ini, apakah masih ada lowongan pak?" tanya dewiPak Ardi memperhatikan Dewi dengan seksama, sambil tersenyum ramah dan tanpa menjawab pertanyaan dewi tersebut, Pak Ardi Bertanya balik"Kamu masih muda, kenapa sudah ingin bekerja?Dewi yang mendapatkan pert
Keadaan dalam ruangan menjadi hening sejenak sesaat sebelum suara pak Ardi mencairkan suasana. "Baiklah Dewi, setelah memperhatikan dengan seksama dan melihat semangat kamu untuk menggapai impian masa depan, saya akan coba untuk menerima kamu bekerja disini" "berhubung kamu masih sekolah, saya tidak mempermasalahkan itu selagi kamu bisa bertanggung jawab dalam membagi waktu antara sekolah dan kerja" "saya mengizinkan kamu bekerja disini mulai dari kamu pulang sekolah sampai sore saat tutup toko, untuk hari minggu, kamu boleh libur" Walaupun pada saat akhir pekan sabtu dan minggu, toko biasa nya ramai pengunjung, namun menimbang bahwa status dewi yang masih sekolah ini, pak Ardi tidak terlalu memaksakan untuk memberikan beban kerja yang tinggi kepada Dewi, agar dia bisa tetap fokus terhadap pendidikannya yang lebih utama dibandingkan pekerjaan sampingannya ini. Mendengar jawaban dari pak Ardi, perasaan lega menyelimuti hati dewi sambil menyalami pak Ardi dewi bersyukur dan menguca
Tapi baru selangkah untuk menuju pintu keluar ruangan pak Ardi, Dewi berbalik lagi."Pak.." panggil dewiPak Ardi yang sedang menyusun berkas pun menoleh"ya, ada apa lagi dewi" tanya pak Ardi "boleh saya tanya sesuatu? jawab dewi"ya, silahkan.." jawab pak Ardi"Bapak beneran kenal dengan ayah saya?" tanya dewidengan ekspresi agak sedikit bingung terhadap pertanyaan dewi barusan, pak Ardi pun menjawab"ya, saya kenal sudah sejak lama dengan ayah kamu""tapi sudah agak lama saya tidak ketemu dengannya""kenapa memang nya kamu nanyain itu?" tanya pak Ardi"ahh enggak apa apa Pak" jawab dewi singkat"saya boleh minta tolong satu hal lagi pak? tanya dewi"katakan saja, kalo bisa saya bantu, ya saya bantu nanti" jawab pak Ardi"begini pak, apabila nanti diluar atau dimanapun bapak bertemu dengan ayah saya, saya minta tolong pak, untuk merahasiakan kepada ayah saya kalo saya kerja ditoko bapak" pinta dewi penuh harap"lho kenapa memangnya mesti dirahasiakan? tanya pak Ardi sedikit heran
Hari pertama masuk kerja dewi sangat antusias. Seperti kemarin selepas pulang sekolah, dewi langsung bergegas keluar kelas dan lagi-lagi tampak teman-temannya memperhatikan tingkah dewi yang kembali tampak terburu-buru. 10 menit berlalu dewi sudah sampai di toko, langsung menyapa beberapa karyawan lain sambil menemui mbak Fitri. "siang mbak.. saya belum terlambat kan?" tanya dewi "hehehe.. semangat sekali tampaknya" mbak dewi pun tertawa "ini malah lebih cepat 15 menit kamu tiba dari jadwal masuk kerja kamu" kata mbak Fitri "saya pikir sudah terlambat tadi mbak. hehehe" "saya ganti pakaian dulu ya mbak" dewi meminta izin sambil berlalu ke ruangan belakang mbak Fitri mengangguk selanjutnya dewi pun dengan semangat memperhatikan cara mbak Fitri maupun karyawan yang lain dalam melayani serta memberikan penjelasan produk kepada para pembeli. senyum tak pernah lepas dari wajah mereka, karena itu merupakan satu hal dasar yang sangat penting dalam berhadapan dengan konsumen. tak ter