Share

Part 4

Penulis: Rich Ghali
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-10 19:33:41

“Ma, aku nggak bisa menghubungi Ava. Nomornya nggak aktif.” Ziyan bingung dan cemas. Sudah berkali-kali dia mencoba untuk menghubungi istrinya, tetapi bisa. Hari sudah mulai gelap, tidak biasanya Ava pergi tanpa mengabarinya dulu.

“Lho, bukannya kamu yang jemput dia, Mas?” Suara Jema dari seberang telepon menyahut. 

Ziyan memilih menepikan mobilnya, kemudian menjawab, “Aku udah sampai di tempat tujuan, tapi Ava nggak ada. Aku kirim pesan dan telepon juga nggak ada respons. Nomornya juga nggak aktif.” Suaranya terdengar gelisah. Beberapa kali dia mengibas rambut dengan frustrasi. 

“Oke, tenang dulu, Mas. Mungkin dia pergi ke suatu tempat dan HP-nya mati, jadi nggak bisa hubungin kamu.” Ava mencoba untuk menenangkan. 

“Salahku karena telat jemput dia. Aargh!” Dia tahu bahwa Ava sedang sensitif perasaannya. Memang sang istri bukan anak kecil yang harus 24 jam dalam pengawasan, tetapi jika pergi tanpa kabar, siapa juga yang tidak khawatir?

Jema yang saat ini sedang ada di rumah merasa bersalah. Seharusnya dia tidak pulang lebih dulu dan menemani perempuan itu dijemput. Namun, jika mengatakan demikian, pasti akan membuat keadaan menjadi lebih buruk. 

“Kamu udah coba tanya ke ibunya? Atau siapa gitu yang sekiranya sering Ava datangi?”

“Udah, Ma. Tapi, mereka juga nggak tahu. Aku bahkan pulang ke rumah buat ngecek, barangkali dia pulang dulu. Ternyata nggak ada juga. Dia nggak biasanya pergi-pergi sendiri. Bahkan kalau belanja pun minta ditemenin.”

Jema sangat tahu akan hal itu, begitu juga dengan kekhawatiran Ziyan.  Jika sudah begini, dia juga tidak bisa tinggal diam. Karena itulah, Jema mengusulkan untuk ikut mencari Ava, dan Ziyan menawarkan agar mereka mencarinya bersama.

Ziyan menjemput Jema tepat di depan rumah, kemudian mereka langsung berangkat.

Di dalam mobil, mereka menerka-nerka ke mana perginya Ava. Tidak ada yang berbicara, sampai Ziyan yang memulainya dengan bertanya, “Maaf, ya, udah ngerepotin kamu terus.”

Wanita yang mengenakan kardigan rajut berwarna cokelat itu tersenyum maklum. “Nggak sama sekali. Udah seharusnya aku membantu kalian. Ava sahabat aku sejak lama, Mas.”

“Tapi, terus menerus melibatkan kamu di permasalahan kami, itu yang seharusnya nggak aku lakukan.” Ziyan jujur akan perasaannya saat ini.

Dibanding dengan rasa malu, dia justru merasa tidak enak—takut jika pertikaiannya dengan Ava membuat wanita di sampingnya ini tidak nyaman.

“Nggak, Mas. Kita fokus aja mencari Ava. Semoga dia baik-baik aja.”

Ziyan menyanggupi. Dia melajukan mobil dengan sangat lambat, sembari melihat sekeliling untuk mencari sosok istrinya. Sementara itu, Jema masih berusaha menghubungi Ava, teman-temannya dan siapa saja yang memiliki peluang bersama atau sekadar melihat wanita itu.

Sampai tiba-tiba dia teringat dengan percakapan mereka saat makan siang di kantin. “Dia pernah bilang mau nemuin teman kantor kamu, nggak?”

Seketika Ziyan menatapnya. “Dia juga bilang ke kamu?” Pertanyaan itu diangguki Jema. “Kalau begitu nggak salah lagi.”

Ziyan membanting setir mobil untuk putar balik, menancap gas dan mereka melaju cepat menuju kantor lelaki itu.

Di saat yang bersamaan, Jema melihat kesungguhan dan kecemasan lelaki di sampingnya yang menggebu-gebu. Ava salah, semua yang dikeluhkan sahabatnya itu tidak sebanding dengan kerja keras dan kegigihan Ziyan yang bertanggungjawab.

“Andai Ava bisa melihat suaminya sekarang,” batin Jema terkagum-kagum.

***

Suasana di ruang direktur tampak tegang.  Satu-satunya wanita di ruangan itu terlihat tidak menunjukkan sedikit pun keramahan. Di sampingnya, pria dengan dasi yang melorot itu berusaha untuk tenang, meski kegelisahan di dalam hatinya kian menggebu. Terlebih bosnya, Sang Manager Keuangan tidak menunjukkan adanya belas kasihan saat ini.

Keributan di kantor, terutama di bagian divisi keuangan, tepat di meja kerja Vino, membuat mereka berakhir di ruangan Direktur. 

“Siapa dari kalian yang ingin menjelaskan keributan ini?” Dingin dan menusuk. Tatapan pria yang berusia akhir tiga puluhan itu menyorot  tajam Ava dan Vino secara bergantian.  

Sesat tidak ada yang merespons, sampai akhirnya Ava yang lebih dulu angkat suara. “Saya datang ke sini untuk menuntut keadilan, Pak. Suami saya telah difitnah sama rekan kerjanya sendiri.” Lugas dan tidak bertele-tele.

Vino yang merasa sesak dari tadi, kini membuka mulut. “Itu tidak benar, Pak. Lagian, tidak masuk akal juga kenapa wanita ini tiba-tiba datang dan melabrak saya  dengan tuduhan tidak berdasar itu?Suaminya dipecat karena melakukan kesalahan. Itu di luar urusan istrinya, bukan?” Tidak mau terintimidasi di depan bosnya sendiri, lelaki itu enggan untuk membiarkan Ava mengungguli situasinya.

“Apa katamu? Nggak ada hubungannya? Jelas-jelas ada!” sentaknya tidak tanggung-tanggung, seraya melototi pria di samping kanannya. Lalu, dia beralih menatap Pak Kemal. “Jelas ada hubungannya, dong, Pak. Saya sebagai istri Ziyan tidak bisa membiarkan suami ditendang begitu saja dari pekerjaannya hanya karena kedengkian teman kerjanya.”

“Mamang, hal seperti ini tidak asing di dunia kerja, tetapi sikap rendahan dan pengecut seorang karyawan hingga menjatuhkan karir temannya—itu tidak bisa diterima, Pak.” Ava tidak segan menunjuk Vino yang sudah gelagapan.  

Kini, tatapan Pak Kemal menjurus pada karyawannya. Hal itu membuat Vino tidak terima. Lelaki tersebut mencoba untuk membela diri. “Itu tidak benar, Pak. Jangan percaya sama kata-kata perempuan ini! Seperti yang Bapak tahu, kecurangan Ziyan sudah ada buktinya. Bapak sendiri yang bilang bahwa itu valid. Ziyan memang menggelapkan dana proyek.”

Brakkk!

“Jaga mulutmu!” Ava hilang kendali. Dia mengabaikan situasi dan di mana dirinya saat ini berada. “Bukti bisa aja dipalsukan!”

“Terus, apa kamu punya bukti kalau bukti korupsi suamimu itu palsu?” Vino menyeringai penuh kemenangan.

Wanita itu sudah ancang-ancang untuk memukul Vino, tetapi Pak Kemal menginterupsi keduanya.

“Berhenti, Kalian!” 

Kepala pria tua itu berdenyut. Sejak pagi dirinya sudah pusing dengan kerjaan yang menumpuk, terlebih posisi Ziyan yang belum ada penggantinya. Memang, Vino mengerjakan sebagian tugas yang dulu diemban temannya itu, tetapi jelas kinerjanya tidak seefisien dulu. 

Istri dari mantan karyawannya itu memang  sulit dikendalikan. Sudah beberapa kali satpan mencoba untuk mengusir, tetapi berakhir gagal karena mengancam akan membuat keributan yang lebih gila di lain hari. Bahkan Ava secara terang-terangan tidak segan untuk melapor ke polisi.

Jujur saja, Ava sendiri tidak bersungguh-sungguh ketika mengatakannya. Namun, siapa sangka bahwa hal itu justru membawanya ke ruangan  manager. Dia pikir dirinyalah yang akan berakhir di kantor polisi.

“Bagini, Bu,” jelas Pak Kemal. “Saya tahu bahwa rasanya tidak adil karena suami Anda di-PHK secara mendadak. Namun, bagaimana pun juga, ini sudah menjadi keputusan perusahaan. Semua jalan yang diambil jelas dengan pertimbangan yang matang. Saya menghargai usaha Anda untuk mendukung Pak Ziyan.”

Ava semakin meradang, sementara Vino diam-diam tersenyum licik. Sepertinya dunia sedang memihak padanya, pikir lelaki itu.

“Tidak bisa, Pak!” geram Ava. Dia beranjak dari duduknya dan dengan penuh emosi melanjutkan, “Suami saya tidak melakukan kesalahan apa pun! Yang seharusnya Anda pecat adalah dia!” Telunjuknya mengarah pada Vino. 

Pak Kemal menghela napas panjang, ternyata kebaikan hatinya untuk berbicara baik-baik dengan wanita ini sungguh sia-sia.

“Pokoknya, kalau Bapak tidak memberi keadilan pada suami saya, akan saya tuntut kantor ini!” 

“Ava!”

Teriakan itu berasal dari pintu. Ziyan dengan wajah terkejut sekaligus marah tengah berdiri dan di belakangnya ada Jema. 

Suasana menjadi semakin tegang. Ava yang terkejut dengan kehadiran suaminya hanya bisa membeku di tempat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 30

    Ziyan mengakhiri perjalanan tak menentunya, menepikan mobil di depan rumah orang tuanya. Dia merasa perlu memberitahu mereka terkait keputusan yang sudah dia ambil. Kedua orang tua Ziyan terlihat kaget, karena tidak biasanya putra mereka datang tanpa memberitahu terlebih dahulu. “Nak, kamu baik-baik aja, ‘kan?” tanya sang ibu yang saat itu langsung menyadari ada yang tidak beres dengan putranya. Seperti halnya seorang anak kecil yang mengadu karena terjatuh saat bermain, Ziyan menangis di depan orang tuanya. Dia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada pernikahannya dengan Ava dan sampai dia mengambil keputusan final untuk bercerai. Mereka tentu saja terkejut. Selama ini yang mereka tahu adalah Ziyan sangat mencintai istrinya. Namun, semua keluhan yang membuat Ziyan sampai merasa sangat frustrasi seperti ini jelas bukan masalah baru, melainkan masalah yang sudah lama diendap lelaki itu. Namun, tidak kunjung mendapatkan penyelesaiannya. “Semua keputusan ada di tangan kamu.

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 29

    Jema tidak mendapatkan kabar tentang Pak Mahesa semenjak misi balas dendamnya sukses. Kabar miringnya adalah orang itu sudah tidak ada di perusahaan ini. Namun, posisi Yulia dan beberapa karyawati lain yang menjadi korban Pak Mahesa masih tetap aman di posisi masing-masing. Jema awalnya bingung, tetapi tidak mau terlibat dengan hal itu lagi. Bukti yang ada padanya pun telah diserahkan kepada istri Pak Mahesa. Bagaikan orang yang baru, Jema telah berlepas tangan dari masalah itu. Apa pun yang terjadi, yang terpenting sekarang situasinya sudah lebih baik. Gosip tentang Jema juga kian mereda, bahkan seperti tidak pernah terdengar lagi dan kini digantikan oleh role model Jema—siapa lagi kalau bukan wonder woman yang menyelamatkannya tempo hari lalu di ruangan Pak Mahesa. “Gue lihat istri Pak Mahesa yang mesum itu kemarin! Gila cantik banget, pakaiannya modis lagi!” “Gue juga dengar katanya dia melabrak suaminya itu yang lagi selingkuh! Hahaha! Rasakan kena batunya juga dia!” “Katany

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 28

    “Ada apa ini, Pak Mahesa?” tanya Direktur itu. Dia menatap kedua orang itu secara bergantian. “Bu-bukan apa-apa, Pak. Dia cuma mau ngasih laporan soal tawaran proyek kemarin yang saya kasih ke dia.” Dari raut wajah dan cara bicaranya saja sudah menjelaskan betapa dia merasa gelisah. Tatapan pria itu mengarah pada Jema dan memberi kode agar Jema keluar dari ruangannya terlebih dahulu. Sayangnya, meski Jema paham, wanita tersebut tidak ingin beranjak dari posisi berdirinya itu. “Saya tidak akan lama, kok, Pak. Cuma mau bilang sama mau jadi sim—“ “Jema!” Diam-diam Jema menahan diri agar tidak tertawa lepas. Hiburan di depannya ini sangat menyenangkan. Pria itu dihadapkan dengan dua pilihan yang sulit. Jika membiarkan Jema berbicara sekarang, yang ada semua rahasianya terbongkar. Kemudian, jika menyanggupi permintaan Jema, berarti dia harus mengusir Direkturnya dan itu jelas tidak sopan. Lalu, jika memaksa Jema keluar ruangan dengan menarik wanita itu, maka Direktur akan lebih curig

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 27

    Pagi harinya, Jema bangun dengan perasaan yang berat. Hari ini adalah hari di mana dirinya akan melancarkan aksi pembahasan kepada Pak Mahesa memberi pelajaran setimpal untuk pria itu. Hanya saja apa yang dikatakan oleh Ziyan kemarin malam kembali memenuhi isi kepalanya. “Ma,” panggil Jema kepada ibunya. “Kenapa, Nak?” tanya wanita paruh baya itu sambil menyiapkan sarapan untuk putrinya. “Kalau seandainya ada seorang laki-laki yang jatuh cinta pada mama padahal laki-laki itu masih memiliki hubungan yang terikat dengan wanita lain. Ada catatan bahwa sebenarnya laki-laki itu sudah merasa pernikahannya tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Dan secara kebetulan ada Mama yang hadir dalam hidup laki-laki itu. Dia bilang kalau mama bukan alasan di balik pernikahannya yang berantakan. Menurut mama bagaimana?” Wanita yang tidak lagi terlihat muda itu tersenyum lembut. “Cinta dan pernikahan itu bisa berjalan sendiri-sendiri, Nak. Tapi jika laki-laki itu memiliki alasan di balik patahnya p

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 26

    Belakangan Jema sibuk dengan rencananya untuk menggulirkan Pak Mahesa sampai pulang kerja pun yang ada di pikirannya hanya tentang lelaki tua itu. Tidak semua rencana yang disusunnya, ia ceritakan kepada Ava, tetapi sebagian kecilnya perempuan itu tahu apa tujuan Jema. "Apa kamu yakin kalau aku nggak perlu bantu apa pun?" Ava sudah menawarkan hal itu berkali-kali. "Nggak, Va. Aku yakin kamu juga capek. Lagian aku nggak mungkin bawa-bawa kamu, takutnya nanti malah kamu ikutan keseret dalam masalah ini." Dia menjawab dengan jujur. Ava menghela napas. "Ya sudah kalau begitu. Pesanku, jangan terlalu memaksa kalau memang capek dan yang penting bkamu harus hati-hati. Yang kamu lawan itu atasan di perusahaan tempat kita bekerja, lho, Ma.""Iya, Va, iya. Nggak mungkin aku lupa sama fakta itu." Justru karena alasan itulah dia ingin cepat-cepat memberi lelaki itu pelajaran yang setimpal. Akhirnya mereka berpisah di depan pintu gerbang. Seperti biasa, Ava menunggu jemputan sang suami dengan

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 25

    Belakangan Jema sibuk dengan rencananya untuk menggulirkan Pak Mahesa sampai pulang kerja pun yang ada di pikirannya hanya tentang lelaki tua itu. Tidak semua rencana yang disusunnya, ia ceritakan kepada Ava, tetapi sebagian kecilnya perempuan itu tahu apa tujuan Jema. "Apa kamu yakin kalau aku nggak perlu bantu apa pun?" Ava sudah menawarkan hal itu berkali-kali. "Nggak, Va. Aku yakin kamu juga capek. Lagian aku nggak mungkin bawa-bawa kamu, takutnya nanti malah kamu ikutan keseret dalam masalah ini." Dia menjawab dengan jujur. Ava menghela napas. "Ya sudah kalau begitu. Pesanku, jangan terlalu memaksa kalau memang capek dan yang penting bkamu harus hati-hati. Yang kamu lawan itu atasan di perusahaan tempat kita bekerja, lho, Ma.""Iya, Va, iya. Nggak mungkin aku lupa sama fakta itu." Justru karena alasan itulah dia ingin cepat-cepat memberi lelaki itu pelajaran yang setimpal. Akhirnya mereka berpisah di depan pintu gerbang. Seperti biasa, Ava menunggu jemputan sang suami dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status