Share

Part 5

Penulis: Rich Ghali
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-10 19:34:01

Tanpa basa-basi, Ava diseret ke luar oleh suaminya. Dia mencoba untuk memberontak, tetapi gagal lantaran cengkraman Ziyan pada tangannya cukup kuat. 

Jema tetap tinggal di ruangan untuk meminta maaf kepada Pak Kemal dan Vino. 

Sementara itu, Ziyan membawa istrinya sampai di depan lift. Karena hari sudah gelap, kantor pun tampak sepi. 

"Kamu ini apa-apaan, sih!" Ziyan mulai mengomel. "Mau malu-maluin aku? Ini bukan kantor aku lagi  Va."

Ava membuang napas kasar. "Apa? Malu-maluin? Harusnya kamu itu berterimakasih, Mas! Aku ngebela kamu, lho! Datang ke sini buat meminta keadilan."

Ziyan mengacak rambut dengan frustrasi. Dia tahu bahwa wanita itubmelakukan hal ini demi dirinya. Ava memang orang yang seperti itu, sedikit  saja mencium ketidakadilan maka dia akan mengusutnya sampai tuntas. 

Hanya saja, hal seperti ini akan menambah masalah. 

"Tapi, bukan begini caranya, Va." 

"Terus, kamu mau aku gimana, hah?!" Ava mulai bersungut-sungut. "Diam sampai kamu mau turun tangan? Hahaha. Itu mustahil, Mas! Loyalitas kamu ke temanmu itu bakal menghambat hidup kita!"

Ava tahu bagaimana Ziyan. Suaminya itu bukan hanya jujur dan baik hati, tetapi juga berjiwa setia kawan. Jujur, memang itu adalah kelebihan dari sekian banyak hal yang mengesankan di diri suaminya. Namun, itu dulu, saat masih pacaran. Kehidupan setelah menikah sangat, sangat jauh realistis.

"Aku bisa mengurus dengan caraku sendiri! Kamu yang gegabah kayak gini  justru bakal nimbulin masalah baru, Va." Ziyan hanya ingin dimengerti. Situasi seperti ini hanya akan melukai harga dirinya dan membuat Ava dipandang buruk oleh rekan kerjanya, mantan rekan kerja lebih tepatnya.

"Nggak! Aku harus bikin bos kamu menyesesali perbuatannya dan jadiin kamu karyawannya lagi." Tekad wanita itu masih tetap kukuh. Menyerah tidak pernah ada di dalam kamusnya. 

"Va... astaga, please." Entah harus dengan cara apa lagi Ziyan harus menyadarkan istrinya. Dia baru akan melanjutkan ucapannya, sampai kedatangan Jema mengambil atensi mereka.

Jema paham denga situasi ini. Awalnya dia juga tidak ingin ikut campur lebih jauh lagi. Hanya saja, dari dulu memang seperti ini. Ava yang keras kepala dan Ziyan engga  berterusterang karena memikirkan perasaan istrinya. 

"Aku tahu mungkin ini akan terdengar berlebihan, tapi Va, yang dibilang suamimu ada benernya juga." Sebisa mungkin Jema menjelaskan dengan nada lembut, tanpa memberi kesan menghakimi. "Coba kamu bayangin, kalau kamu ada di posisi Ziyan. Dia udah difitnah sama temannya sendiri, kehilangan kepercayaa  dari bosnya, nama baik di kalangan rekan kerja juga udah tercoret. Apa kamu masih mau bekerja di tempat kayak gini?"

Sesaat ada senyuman kecil di bibir Ziyan. Sungguh beruntung dirinya dan Ava memiliki teman seperti Jema. 

"Aku cuma mau kamu pikirin lagi soal ini. Bukan berarti tindakan kamu sepenuhnya salah, kok. Ziyan emang difitnah, dan kamu menuntut keadilan pada bosnya. Kita bisa melakukannya dengan  cara yang damai. Aku udah sedikit bicarakan ini ke Pak Kemal." 

Ava tidak membalas ucapan sahabatnya. Dia menatap Ziyan dengan sorot mata lembut. 

Hal itu juga disadari oleh Jema. Dalam hati dia bersyukur Ava kembali menjadi sosok wanita yang pengertian kepada suami.

"Lebih baik kita pulang dulu. Biar aku yang akan bicara sama Pak Kemal," ucap Ziyan. Kini dia beralih pada Jema dan tersenyum. "Makasih, ya, karena udah menenangkan situasi. Juga, aku minta maaf karena udah nyeret kamu ke dalam masalah ini." Mengusap belakang kepalanya, dia melanjutkan, "Aku berhutang budi sama kamu." 

"Kalian sahabatku, udah hal yang wajar." Jema mengangkat bahu dengan santai.

Akhirnya Ziyan memutuskan untuk menemui Pak Kemal di ruangannga. Ternyata di sana juga masih ada Vino.

"Maaf, Pak. Boleh saya bicara sebentar?" 

Setelab dipersilakan duduk, Ziyan  memulai pembicaraan. Sedikit pun dia tidak melirik pada sosok di sampingnya. 

Vino mengendus sinis melihat temannya itu berpura-pura tidak peduli. "Setelah ngadu ke istri, sekarang apa lagi?" gumamnya sepelan mungkin. Namun, dia tidak sadar bahwa ucapan  itu didengar Ziyan.

"Sebelumnya,  saya minta maaf atas keributan yang dibuat istri saya, Pak. Kejadian hari ini benar-benar di luar kendali saya." Lelaki itu menghela napas. "Saya mohon dengan setulus hati untuk Bapak memaafkan istri saya dan--" Dia menjeda kalimatnya, kemudian menatap Vino. "Untuk masalah penggelapan dana, sampai saat ini pun saya tetap pada  pernyataan  bahwa saya tidak melakukan hal itu. Sama sekali." Lalu, kembali menghadap Pak Kemal. "Terlepas bagaimana Bapak menilai saya, itu bukan urusan saya lagi."

Ziyan berusaha untuk ikhlas dengan apa yang sudah terjadi. Bahkan jika dirinya diberi kesempatan untuk kembali, Ziyan tidak akan mau. Bukan karena harga dirinya, tetapi dia sudah tahu kualitas orang-orang yang ada di kantor ini. 

Persaingan di dunia kerja bukanlah hal baru, tetapi menjadi korban dari segala drama yang dibuat-buat itu membuatnya sadar. Tidak memandang siapa yang bekerja bersamamu, jika memang pada dasarnya hubungan itu dilandari iri dan dengki, tidak ada yang bisa bertahan lama. Yang Ziyan maksud di sini adalah kepercayaan. 

"Saya lupa untuk mengatakan ini saat hari terakhir bekerja kemarin. Terima kasih atas waktu yang sudah Anda habiskan bersama saya di kantor ini. Semoga beruntung untuk posisi atau apa pun yang menjadi ambisimu. Saran saja, jangan lakukan itu lagi di kemudian hari atau pada orang lain."

Vino yang mendengarnya sontak saja menatap Ziyan. Meski tatapan mata tertuju pada Pak Kemal, jelas bahwa ucapan lelaki itu merujuk padanya. Vino mengeratkan rahang, kedua tangannya terkepal kuat di atas paha. Sekuat tenaga dia mencoba untuk tidak berbicara. 

"Kalau begitu, saya permisi, Pak."

Ziyan pergi setelah berpamitan, dan sampai pintu kembali tertutup pun dia tidak melirik lagi pada temannya.

Belum lama keluar dari ruangan Pak Kemal, dia mendapat pesan dari Ava. Katanya, mereka menunggu Ziyan di parkiran. 

Langkah kaki pria itu menuju ke tempat yabg disebutkan, tetapi mendadak seseorang memanggilnya. Dari suaranya saja Ziyan sudah tahu. Agak malas memang, tetapi dia penasaran apa yang akan dilakukan orang itu.

Ziyan berbalik. "Apa?" 

Vino tersenyum miring. "Lo menyerah secepat itu?" Disusul dengan tawa ringan yang mengejek. "Nggak gue sangka, ternyata lo sepengecut itu sampai bawa-bawa istri lo."

Lelaki itu tidak menjawab.

"Pak Kemal udah memutuskan kalau gue yang bakal jadi asistennya." Belum lama ini Pak Kemal mendapat promosi, memang belum resmi, tapi semua karyawan sudah tahu akan perubahan posisi jabatan pria paruh baya itu. "Baru tadi pagi juga beliau nyuruh gue jadi asistennya." Senyum penuh kemenangan itu sudah menjelaskan semuanya.

Ziyan tidak tampak terkejut sama sekali, seakan-akan sudah menduga hal itu. "Selamat."

"Sorry, tapi lo emang baiknya nggak di sini, Yan."

"Gue nggak masalah soal itu. Yang kayak udah dibilang tadi. Gue nggak mau terpuruk sama masalah yang bukan dari gue asalnya. Vin, cara lo emang menjijikkan, kotor, dan itu pantas aja dilakuin sama orang kayak lo." Ziya  mengatakannya dengan santai.

Wajah Vino sudah memerah, tangannya terkepal hingga urat di sekitarnya menonjol. 

"Nasihat terakhir gue sebagai teman lo," sambung Ziyan. "Tujuan yang dilakukan dengan cara yang salah, itu nggak bertahan lama. Gue nggak percaya karma, yang gue tahu Tuhan itu nggak pernah tidur." 

Setelah mengatakan itu, Ziyan meninggalkan Vino yang masih diliputi oleh kemarahan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 30

    Ziyan mengakhiri perjalanan tak menentunya, menepikan mobil di depan rumah orang tuanya. Dia merasa perlu memberitahu mereka terkait keputusan yang sudah dia ambil. Kedua orang tua Ziyan terlihat kaget, karena tidak biasanya putra mereka datang tanpa memberitahu terlebih dahulu. “Nak, kamu baik-baik aja, ‘kan?” tanya sang ibu yang saat itu langsung menyadari ada yang tidak beres dengan putranya. Seperti halnya seorang anak kecil yang mengadu karena terjatuh saat bermain, Ziyan menangis di depan orang tuanya. Dia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada pernikahannya dengan Ava dan sampai dia mengambil keputusan final untuk bercerai. Mereka tentu saja terkejut. Selama ini yang mereka tahu adalah Ziyan sangat mencintai istrinya. Namun, semua keluhan yang membuat Ziyan sampai merasa sangat frustrasi seperti ini jelas bukan masalah baru, melainkan masalah yang sudah lama diendap lelaki itu. Namun, tidak kunjung mendapatkan penyelesaiannya. “Semua keputusan ada di tangan kamu.

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 29

    Jema tidak mendapatkan kabar tentang Pak Mahesa semenjak misi balas dendamnya sukses. Kabar miringnya adalah orang itu sudah tidak ada di perusahaan ini. Namun, posisi Yulia dan beberapa karyawati lain yang menjadi korban Pak Mahesa masih tetap aman di posisi masing-masing. Jema awalnya bingung, tetapi tidak mau terlibat dengan hal itu lagi. Bukti yang ada padanya pun telah diserahkan kepada istri Pak Mahesa. Bagaikan orang yang baru, Jema telah berlepas tangan dari masalah itu. Apa pun yang terjadi, yang terpenting sekarang situasinya sudah lebih baik. Gosip tentang Jema juga kian mereda, bahkan seperti tidak pernah terdengar lagi dan kini digantikan oleh role model Jema—siapa lagi kalau bukan wonder woman yang menyelamatkannya tempo hari lalu di ruangan Pak Mahesa. “Gue lihat istri Pak Mahesa yang mesum itu kemarin! Gila cantik banget, pakaiannya modis lagi!” “Gue juga dengar katanya dia melabrak suaminya itu yang lagi selingkuh! Hahaha! Rasakan kena batunya juga dia!” “Katany

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 28

    “Ada apa ini, Pak Mahesa?” tanya Direktur itu. Dia menatap kedua orang itu secara bergantian. “Bu-bukan apa-apa, Pak. Dia cuma mau ngasih laporan soal tawaran proyek kemarin yang saya kasih ke dia.” Dari raut wajah dan cara bicaranya saja sudah menjelaskan betapa dia merasa gelisah. Tatapan pria itu mengarah pada Jema dan memberi kode agar Jema keluar dari ruangannya terlebih dahulu. Sayangnya, meski Jema paham, wanita tersebut tidak ingin beranjak dari posisi berdirinya itu. “Saya tidak akan lama, kok, Pak. Cuma mau bilang sama mau jadi sim—“ “Jema!” Diam-diam Jema menahan diri agar tidak tertawa lepas. Hiburan di depannya ini sangat menyenangkan. Pria itu dihadapkan dengan dua pilihan yang sulit. Jika membiarkan Jema berbicara sekarang, yang ada semua rahasianya terbongkar. Kemudian, jika menyanggupi permintaan Jema, berarti dia harus mengusir Direkturnya dan itu jelas tidak sopan. Lalu, jika memaksa Jema keluar ruangan dengan menarik wanita itu, maka Direktur akan lebih curig

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 27

    Pagi harinya, Jema bangun dengan perasaan yang berat. Hari ini adalah hari di mana dirinya akan melancarkan aksi pembahasan kepada Pak Mahesa memberi pelajaran setimpal untuk pria itu. Hanya saja apa yang dikatakan oleh Ziyan kemarin malam kembali memenuhi isi kepalanya. “Ma,” panggil Jema kepada ibunya. “Kenapa, Nak?” tanya wanita paruh baya itu sambil menyiapkan sarapan untuk putrinya. “Kalau seandainya ada seorang laki-laki yang jatuh cinta pada mama padahal laki-laki itu masih memiliki hubungan yang terikat dengan wanita lain. Ada catatan bahwa sebenarnya laki-laki itu sudah merasa pernikahannya tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Dan secara kebetulan ada Mama yang hadir dalam hidup laki-laki itu. Dia bilang kalau mama bukan alasan di balik pernikahannya yang berantakan. Menurut mama bagaimana?” Wanita yang tidak lagi terlihat muda itu tersenyum lembut. “Cinta dan pernikahan itu bisa berjalan sendiri-sendiri, Nak. Tapi jika laki-laki itu memiliki alasan di balik patahnya p

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 26

    Belakangan Jema sibuk dengan rencananya untuk menggulirkan Pak Mahesa sampai pulang kerja pun yang ada di pikirannya hanya tentang lelaki tua itu. Tidak semua rencana yang disusunnya, ia ceritakan kepada Ava, tetapi sebagian kecilnya perempuan itu tahu apa tujuan Jema. "Apa kamu yakin kalau aku nggak perlu bantu apa pun?" Ava sudah menawarkan hal itu berkali-kali. "Nggak, Va. Aku yakin kamu juga capek. Lagian aku nggak mungkin bawa-bawa kamu, takutnya nanti malah kamu ikutan keseret dalam masalah ini." Dia menjawab dengan jujur. Ava menghela napas. "Ya sudah kalau begitu. Pesanku, jangan terlalu memaksa kalau memang capek dan yang penting bkamu harus hati-hati. Yang kamu lawan itu atasan di perusahaan tempat kita bekerja, lho, Ma.""Iya, Va, iya. Nggak mungkin aku lupa sama fakta itu." Justru karena alasan itulah dia ingin cepat-cepat memberi lelaki itu pelajaran yang setimpal. Akhirnya mereka berpisah di depan pintu gerbang. Seperti biasa, Ava menunggu jemputan sang suami dengan

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 25

    Belakangan Jema sibuk dengan rencananya untuk menggulirkan Pak Mahesa sampai pulang kerja pun yang ada di pikirannya hanya tentang lelaki tua itu. Tidak semua rencana yang disusunnya, ia ceritakan kepada Ava, tetapi sebagian kecilnya perempuan itu tahu apa tujuan Jema. "Apa kamu yakin kalau aku nggak perlu bantu apa pun?" Ava sudah menawarkan hal itu berkali-kali. "Nggak, Va. Aku yakin kamu juga capek. Lagian aku nggak mungkin bawa-bawa kamu, takutnya nanti malah kamu ikutan keseret dalam masalah ini." Dia menjawab dengan jujur. Ava menghela napas. "Ya sudah kalau begitu. Pesanku, jangan terlalu memaksa kalau memang capek dan yang penting bkamu harus hati-hati. Yang kamu lawan itu atasan di perusahaan tempat kita bekerja, lho, Ma.""Iya, Va, iya. Nggak mungkin aku lupa sama fakta itu." Justru karena alasan itulah dia ingin cepat-cepat memberi lelaki itu pelajaran yang setimpal. Akhirnya mereka berpisah di depan pintu gerbang. Seperti biasa, Ava menunggu jemputan sang suami dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status