Share

Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya
Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya
Author: Kitty

Bab 1

Author: Kitty
Sudah enam tahun sejak pernikahan diam-diam mereka. Malam ini untuk pertama kalinya, Ansel menggendong Belle tinggi-tinggi.

Belle yang berusia 5 tahun pun tertawa riang. Dia melambaikan tangan ke arah Kiara. "Mama, Om mau bawa aku terbang!"

Hati Kiara terasa pedih, tetapi dia tetap memaksakan senyuman saat menatap mereka. Malam ini Ansel mabuk sehingga tak sadar dengan apa yang dia lakukan.

Dia tidak menyayangi Belle, juga tidak mencintai Kiara. Kebahagiaannya malam ini semata karena wanita yang dicintainya, Susan, telah kembali.

Enam tahun lalu, Ansel menjalin hubungan cinta yang dalam dengan Susan. Namun, Susan tiba-tiba meninggalkannya. Dalam perjalanan mengejarnya, Ansel mengalami kecelakaan hingga kakinya lumpuh.

Kiara adalah asisten pribadi Ansel. Dia selalu mendampingi Ansel siang dan malam, menanggung amarahnya, menyemangatinya, dan menemaninya menjalani rehabilitasi.

Pada hari Ansel bisa berdiri kembali, dia terlalu gembira dan minum kebanyakan. Malam itu, dia mengira Kiara adalah Susan dan berhubungan intim dengannya sebanyak lima hingga enam kali dalam semalam.

Dari kejadian itu, Kiara hamil. Ansel pun setuju menikahinya. Namun, belakangan ini Kiara baru tahu bahwa Ansel tidak mencintainya dan pernikahan itu juga bukan karena tanggung jawab.

Ansel menikahinya karena melihat berita bahwa Susan sudah menjalin hubungan dengan pria lain di luar negeri.

Setelah menikah, Ansel seperti orang asing, tak pernah terlibat dalam kehidupan Kiara dan Belle. Pada hari Belle lahir, dia bahkan sengaja terbang ke luar kota untuk perjalanan bisnis.

Ketika Belle mulai belajar bicara, Ansel melarangnya memanggilnya "papa". Ketika Belle kehilangan kendali saat bermain skateboard dan memanggilnya "papa", Ansel hanya memandangnya dengan dingin dan membiarkannya jatuh hingga kepalanya berdarah.

....

Namun, malam ini Ansel yang sedang mabuk menatap Belle dengan penuh kasih sayang seorang ayah.

Setelah menggendong Belle, dia meletakkannya di sofa dan tersenyum manis padanya. "Aku akan jadi ayah yang baik."

"Ya! Belle percaya sama Papa!" kata Belle dengan penuh keyakinan.

Ansel seperti tidak mendengar ucapan Belle. Senyumannya tetap hangat. Namun, saat dia berbalik, sebuah nama meluncur keluar dari mulutnya. "Leo."

Dia akan menjadi ayah yang baik untuk Leo.

Hati Kiara terasa dingin. Leo adalah anak laki-laki Susan.

Sementara itu, Belle hanya mendengar kalimat pertama tadi. Dia pun berlari gembira ke sisi Kiara. "Mama, Papa sayang sama aku, 'kan? Aku boleh panggil dia papa sekarang ya? Dia sudah gendong aku dan bilang akan jadi papa yang baik!"

Matanya penuh harap, menginginkan jawaban yang meyakinkan. Dia benar-benar ingin seperti anak lain. Bersandar di pelukan Ansel, memanggilnya papa, dan bertingkah manja dengannya.

Kiara menahan kegetiran di dalam hati, lalu berjongkok dan memeluk Belle. Air matanya hampir tumpah. Dia tak sanggup menghancurkan harapan anaknya, jadi tidak menjawab.

Dia tak ingin Belle tahu bahwa momen kebahagiaannya malam ini hanyalah berkah dari kepulangan wanita lain dan anak wanita itu.

"Belle, kamu mau ikut Mama dari sini?" tanya Kiara sambil menahan tangisannya.

Belle termangu sejenak. "Mama, kenapa kita harus pergi?" Senyumannya membeku. Dia bingung dan air mata langsung mengalir. "Kita satu keluarga dengan Papa, aku mau sama Papa."

Kiara menyeka air mata Belle, suaranya tersendat. "Karena wanita yang Om benar-benar sukai sudah kembali. Kita harus pergi."

"Tapi, Papa suka sama aku ...." Suara Belle semakin kecil. Mungkin dalam hatinya pun dia tahu Ansel tidak menyayanginya.

"Mama, bisakah kita tunggu sampai hari ulang tahunku? Kita kasih Papa kesempatan lagi ya? Siapa tahu dia benar-benar suka sama kita. Kalau dia mau sama kita, kita nggak pergi ya?"

Kiara menitikkan air mata dan mengangguk. "Oke, kamu yang putuskan. Kita beri dia kesempatan."

Kalau Ansel tetap mengecewakan, mereka akan pergi dari dunianya untuk selamanya.

"Hmm. Terima kasih, Mama."

"Sekarang waktunya tidur."

Setelah menidurkan Belle, Kiara kembali ke kamarnya. Pernikahannya dengan Ansel sudah lama tinggal nama. Bahkan menjaga hubungan di permukaan pun tak diperlukan lagi.

Pagi harinya, Ansel bangun dan turun ke lantai bawah. Belle sedang sarapan. Saat melihatnya, dia langsung meletakkan roti dan berlari menghampiri.

"Papa sudah bangun!"

Wajah Ansel seketika berubah suram. Dia bertanya dengan dingin, "Kamu panggil aku apa tadi?"

Tangan Belle yang tadinya terbuka kini kaku di udara. Dia terkejut melihat wajah Ansel.

"Om ...." Belle mengubah panggilannya, menurunkan tangannya dengan sedih. "Maaf, Om."

Kiara menahan kepedhan di dada, lalu menghampiri dan menggendong Belle. "Ayo sarapan, nanti terlambat ke sekolah."

Dia tahu betul sikap Ansel terhadap mereka tidak akan berubah. Kejadian semalam hanyalah luapan emosi sesaat karena Susan telah kembali. Dia terlalu bahagia dan mabuk.

Sikap Ansel agak melunak. Dia duduk di ruang makan dan minum kopi. Kemudian, tanpa berkata apa pun, dia pergi.

"Dah, Om!" Belle tetap melambaikan tangan seperti biasa, menatap punggungnya. Tak ada balasan.

Dalam perjalanan ke sekolah, Belle terus menunduk tanpa bersuara. Saat akan sampai, dia menatap Kiara dengan mata berkaca-kaca. "Mama, ini dihitung satu kali kesempatan ya. Kita kasih Om tiga kesempatan lagi."

Kiara merasa tak tega. "Baiklah, semua keputusan ada di tanganmu."
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 21

    Kiara terus menjaga Ansel di sisinya dan Belle juga tidak mau meninggalkannya. Dalam sekejap, tujuh hari telah berlalu, tetapi Ansel belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar."Mama, kenapa Papa belum juga bangun?" Belle hampir menangis setiap hari. Suaranya serak dan matanya sembap.Kiara merasa sangat sedih. Dia mengompres mata Belle dengan handuk dingin. "Papa akan bangun.""Mama, aku takut. Aku nggak mau Papa meninggal."Kiara tercekat. "Ansel, kalau kamu nggak bangun juga, kami nggak akan pernah memaafkanmu!"Di ranjang, jari-jari Ansel tiba-tiba bergerak. Bola matanya mulai berputar, lalu dia membuka mata dengan susah payah. "Kiara ... Belle ....""Mama! Papa bangun!" Belle berseru dengan semangat dan segera berlari ke arahnya. Wajahnya berseri-seri. "Papa!""Maaf sudah membuat kalian khawatir ...," ucap Ansel."Kami yang seharusnya berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan kami," ujar Kiara dengan mata berkaca-kaca sambil menahan emosinya.Ansel hanya tersenyum tipis. Dia t

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 20

    Kiara memeluk Belle erat-erat. Dia merasa panik dan gugup. Jantungnya seakan-akan hendak meloncat keluar dari dadanya."Lepaskan kami! Kalau nggak, aku bunuh yang besar dulu, baru yang kecil!" Salah satu perampok mengancam dan Kiara merasakan dinginnya pisau menyayat kulit lehernya. Rasa sakit menyebar."Lepaskan mereka! Aku yang jadi sandera!" Ansel berteriak dan maju. Dia berdiri di belakang para perampok. "Aku CEO Grup Golden, aku bisa membawamu keluar dari sini."Perampok itu tidak bodoh. Mengendalikan pria dewasa bukanlah hal mudah. Dia menolak tawaran Ansel.Tanpa ragu, Ansel mengambil batu di dekatnya dan menghantamkannya ke tangan kanannya. Suara tulang patah terdengar nyaring, wajahnya langsung pucat."Tanganku sudah patah, aku nggak bisa melawan. Kalau masih ragu, aku bisa patahkan juga tangan kiriku. Lepaskan mereka dan jadikan aku sandera.""Om ...." Belle bersuara dengan lirih. Air matanya mengalir deras. "Om terluka ...."Kiara melihat momen saat Ansel mematahkan tanganny

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 19

    "Kiara, mikirin apa?" Ansel berbalik dan melihat Kiara menatapnya tanpa berkedip. "Apa ada yang salah denganku?""Nggak, terima kasih untuk hari ini. Belle sangat senang," jawab Kiara pelan. Dia mengantar Ansel ke pintu. "Sudah larut, hati-hati di jalan."Ansel menahan pintu yang hendak tertutup. "Kiara, aku ayah Belle. Merawat dia adalah kewajibanku. Dulu aku memang berengsek, tapi sekarang aku sungguh-sungguh berubah.""Aku paham." Kiara menegaskan dengan tenang. Dia tahu bahwa perubahan Ansel untuk mencintai Belle adalah nyata."Kiara, kamu benar-benar nggak mau kasih aku satu kesempatan lagi?" Ansel menatap dengan penuh cinta, matanya memerah dan basah.Selain saat kecelakaan mobil itu, dia tidak pernah menangis lagi. Sekarang air mata itu muncul lagi, membuatnya terlihat begitu tulus. Andai saja waktu bisa diputar ulang ...."Pak Ansel, aku nggak butuh kesempatan itu. Aku nggak akan menghentikanmu menyayangi Belle. Tapi antara kita, yang telah berlalu biarlah berlalu. Dengan kemam

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 18

    Belle memeluk bonekanya, pura-pura tidak mendengar. "Mama, ayo kita pulang.""Aku antar kalian," kata Ansel.Kiara menolak, "Nggak usah, kami bisa pesan mobil sendiri."Ansel tidak memaksa, hanya mengantar mereka dengan tatapan.Keesokan pagi, Ansel sudah menunggu di lobi hotel dengan bunga segar dan kue di tangan. "Pagi, kalian ada waktu nggak? Kita makan bareng ya?""Maaf, aku nggak sempat." Kiara menolak dan menggandeng Belle pergi. Ansel tetap tidak memaksa, hanya menatap punggung mereka dari jauh.Dia tahu betul, Kiara tak akan memaafkannya dengan mudah. Namun, Ansel tak menyerah, juga tak putus asa.Setiap hari, dia datang ke hotel tempat Kiara dan Belle menginap. Setiap kali, dia membawa hadiah berbeda. Dia yakin suatu hari nanti, mereka pasti akan luluh.Kiara menolaknya setiap kali, tetapi Belle mulai sedikit luluh."Mama, Om datang lagi," kata Belle sambil menunjuk Ansel yang memeluk boneka beruang besar. Dia tampak bersemangat. "Beruangnya lebih besar dari Mama!""Hmm." Kiar

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 17

    "Kiara, temani Belle sebentar ya. Aku masak sebentar saja." Nada suara Ansel terdengar bahagia. Adegan ini sudah sering dia bayangkan dalam mimpi dan sekarang akhirnya menjadi kenyataan.Belle dengan senang hati membuka hadiah-hadiahnya. Ada berbagai macam barang. Boneka, buku aktivitas, LEGO, hewan peliharaan elektronik ....Ketika melihat semua itu, hati Kiara pun terasa perih. Kenapa manusia baru tahu menghargai setelah kehilangan?"Ayo, sudah waktunya makan." Ansel menyajikan hidangan terakhir, melepaskan celemeknya, lalu memanggil Belle dengan penuh semangat.Belle berkeringat dan tangannya penuh warna. Ansel membawanya cuci tangan dulu, lalu mengeringkannya dengan lembut dan menggandengnya ke meja makan."Aku ini suami dan ayah yang payah. Aku bahkan nggak tahu kalian suka makan apa, jadi cuma asal masak." Ansel menyesal, menatap Kiara dengan hati-hati.Dia memasak iga asam manis, ayam filet, tumis selada air, dan sup ikan. Kiara terkejut karena tidak menyangka Ansel bisa masak.

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 16

    "Maaf, aku harus naik ke panggung." Kiara tak menjawab, hanya melewati Ansel dan berjalan ke atas panggung.Sebagai perwakilan perusahaan, Kiara memperkenalkan produk baru mereka. Dia tampil percaya diri, penuh wibawa, dan menyampaikan materi dengan sangat profesional.Ansel menatapnya, penuh penyesalan. Dia baru sadar bahwa ternyata wanita itu begitu bersinar. Jantungnya yang telah lama mati rasa kini kembali berdebar kencang. Tatapannya tak terlepas dari Kiara.Dia tidak akan menyerah. Dia pasti akan merebut kembali istri dan putrinya."Terima kasih semuanya. Kalau ada yang belum jelas, bisa tanya langsung kepadaku nanti." Kiara mengakhiri presentasi dengan anggun, lalu membungkuk dan turun dari panggung.Belle berlari menghampirinya. Kiara menggandeng putrinya dan menyapa beberapa orang yang mendekat.Ansel hanya berdiri diam di sisi, tak berani menyela. Baru saat semua orang pergi dan hanya Kiara serta Belle yang tersisa, dia memberanikan diri untuk mendekat."Presentasimu luar bia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status