Syukuran acara malam ini hanya sebatas keluarga inti. Besok Emak dan Bapak akan datang untuk resepsi besarnya, sejujurnya aku sedikit gugup.Banyu bukan hanya keluarga kaya, namun juga terpandang. Akan ada banyak mata menatap dan bertanya siapa aku. "Sayang, jangan diam saja." Aku tersenyum menatap Banyu. Aku tak diam, aku hanya sedikit pusing. Menghafalkan nama keluarganya yang ternyata sangat banyak.Tak banyak yang ku ingat. Hanya adik-adik perempuan dari papa dan suaminya yang aku hafal. Sepupu Banyu yang begitu banyak, aku tak hafal semua.Yang ku ingat hanya beberapa. Seperti Derbi, aku ingat karena tau siapa dia. Pemain sinetron di TV bersayap. Ada Aira yang sangat cantik, dan Mario seorang angkatan udara. Ah, bahkan aku lupa anak-anak kecil yang berlarian ini siapa saja namanya."Bagaimana Dina sayang, kamu menikmati syukurannya?" Mami mendekatiku dengan senyum sumringah."Iya mi, mereka semua sangat baik dan ramah".Mami menganggukan kepala. "Sudah masuk kamar saja. Acarany
Pov Banyu"Tuan, Nyonya muda tuan, nyonya muda, nyonya! " Seorang pelayan berlari menggampiriku. Dia nampak pucat dan gugup saat bicara."Ada apa?" Aku berdiri panik."Disana tuan, nyonya muda di aula..." Ah aku tak sabar menunggu penjelasan darinya, aku berlari segera ke aula. Dina sudah tergeletak di lantai, mami memangku kepalanya. Dia hanya memakai dalaman kemben dan celana pendek tipis.Para pelayan mengusap badannya dengan kain kering. Aku bisa melihat kulit putihnya melepuh."Ada apa ini! Mami, Dina kenapa?""Bawa ke rumah sakit dulu Sayang. Mami juga tak tau, ada apa dengan baju itu. Dina memakainya dan jadi begini" Mami terisak saat menjelaskan bahkan tangannya bergetar karena panik. "Ada apa ini? "Papa masuk, tak kalah terkejut denganku."Ambilkan kain, selimut atau apapun !" Aku meminta untuk menutupi badannya. Dua pelayan berlari keluar menuruti titahku. "Dina, Sayangku" aku membangunkannya. Tak ada respon. "Sabar sayang, kita akan ke rumah sakit"Maafkan aku Dina, aku
"Bawa dia ke kantor polisi!" Mas Pandu berteriak, namun Bapak sudah mengacungkan pistol pada gadis itu, matanya nyalang mengarahkan bidikan.Gadis itu terkejut, dia tak bisa menutupi rasa takutnya, satu biji peluru saja menembus kepalanya, bisa membuat nyawanya lolos dari raga."Akan aku katakan siapa bosku." Ucapnya gemetar.Aku mendekat, memegang wajahnya kasar. Bukan tabiatku berlaku kasar pada wanita, tapi jika dia sudah berani menyentuh keluargaku, Istriku bahkan. Aku tak segan bila membunuhnya."Katakan siapa!""Ba...bang Joki" Ucapnya lemah."Joki? Dia punya tato kapak di leher kanannya." Bapak bertanya pada gadis itu, dia menganggukkan kepalanya pelan."Bawa aku padanya!" Ucap Bapak.Aku meminta orangku melepaskan Gadis itu dari kursi. Membiarkannya berjalan di depan dan kami mengikutinya menemui lelaki itu.Apa Bapak mengenalnya? Lelaki yang disebut bernama Joki itu, kenapa Bapak langsung tau seperti apa dia bahkan letak tatonya.Kami mengantarnya ke pinggiran jakarta, masuk
Hari ini aku sudah pulang ke rumah, nanti sore kami ada janji dengan beberapa wartawan. Pembatalan resepsi pernikahan kami menimbulkan banyak opini miring di masyarakat."Tidur saja dan jngan banyak gerak?" Banyu memberi perintah, sudah seperti satpam dia sekarang, mengawasi aku duduk ditepian ranjang."Jangan duduk disitu?" aku berucap menatapnya."Lalu di mana?" Dia menaikkan alis."Disini" Aku berbisik, menepuk tempat tidur disampingku."Jangan, nanti kebablasan. Aku tak punya rem cakram kalau didekatmu." Ucapnya mencubit hidungku, membuat pipiku merah jambu. Tapi rem cakram? Dia kira aku aspal goreng!"Masih sakit?" Dia memegang pinggulku yang tersibak."Sedikit, tapi tak terlalu. Sebenarnya lebih sakit dicampakan." Godaku."Kapan aku mencampakanmu? Mendapatkanmu saja harus menunggu jandamu dulu, enak saja mau mencampakan. Tak semudah itu marimar!""Eleh, sok ngelucu. Pasaran!" Tawaku, dia malah mencibik. Gemas aku dibuatnya.Sesaat aku terdiam, mengingat Mala yang tengah hamil tu
Mereka ada disini, siapa lagi jika bukan team terbaikku DreamNet. Rock bahkan sudah berjingkrak memeluk Banyu, Sky tersenyum dengan gaya khasnya dan aku sudah memeluk Rose sejak dari pintu."Mana Black?" Rock bertanya."Sebentar lagi datang, dia sedang pergi dengan Bapak" Banyu menjelaskan."Kau baik-baik saja Queen? Aku cemas sekali." Rose memperhatikan tubuhku dengan seksama."Jangan memanggilnya Queen. Panggil dia Nyonya Banyu!" Sky bicara menirukan gaya bangsawan meminta di hormati."Ah, tak lucu!" Rose mengabaikannya, dia kembali melihatku."Aku baik Rose. Oh iya, bagaimana film mu?" Aku bertanya padanya. Rose sekarang bintang besar. "Berjalan sangat baik, nanti kita nonton bersama saat tayang""Sombong! Memang apa peranmu di sana?" Sky menimpali. Ah, mereka memang tak pernah akur.Rose berjalan mendekat. Menjambak kepala Sky hingga anak itu berteriak. "Bocah tengil!" Ucapnya kesal."Lepas Rose, lepas..., Adrianaaa!" Akhirnya nama asli Rose yang di teriakkan."Sudah! Teriak-teri
Extra Part 1( Kematian itu datang )Flast Back Banyu menjemputku, saat aku katakan ingin melihat bulek Ningrum. Mimpiku selamam terlihat nyata. Aku tak ingin terlambat, mengatakan aku memaafkan wanita yang kini tak berdaya itu.Mobil kami melaju, membelah hutan mantingan, dengan jalan berkelok dan mendung yang kulihat menggulung, memberikan aku rasa yang semakin nyata.Kecemasan akan kenyataan yang bisa saja berbanding terbalik dengan harapanku."Kamu baik-baik saja?" Banyu bertanya. Dia bida membaca bahwa hatiku sedang dilanda rasa gamang."Ya, hanya takut. Kita akan terlambat""Semoga saja tidak." Dia memandang jalanan. Kurasakan mobil ini melaju lebih cepat.Kami memasuki pelataran. Mendung masih menggulung di atas kami. Sepertu dunu lain dengan pintu yang siap terbuka kapan pun.Perlahan kaki ini menapak masuk. "Assalamualaikum" Ucapku pelan.Bulek Tri keluar. Agak terkejut melihatku datang sendiri. Hanya Banyu yanh berdidi disampingku. Bulik menghambur memelukku."Bulekmu itu k
Banyu menggendong bayi lucu kami, Bapak mengikuti saja di sampingnya. Maksud hati Bapak ingin mengendong cucunya juga, apalah daya, takutnya lebih besar."Bapak gak berani, lihat dia masih merah, salah pegang, jatuh nantin. Ora..., ora..., Bapak emoh!"Begitulah kalimatnya setiap kali di minta menggendong. Ibu masih duduk di sofa, membawa Andara dalam dekapannya. Sekarang usiaanya hampir satu tahun, sudah pandai berjalan dan suka sekali memegang celana Banyu bila meminta sesuatu. Mungkin benar jika ada yang bilang cinta pertama seorang anak perempuan adalah Ayahnya."Dia tampan sekali, seperti Ayahnya. Ya kan pak?" Banyu meminta pendapat Bapak.Bapak mengerutkan alis. "Kamu gak lihat, Bapak juga tampan!" Bapak menjawab tak terima.Aku dan ibu hanya bisa menggelengkan kepala, selalu saja, mereka tak berhenti bertengkar. Sebentar bertengkar jenis kelamin, sebentar bertengkar nama, sebentar apa lagi. Ada saja tingkahnya yang membuat kami semua pusing."Jangan mulai, taruh cucuku di t
Session 2 Part 1Kisah ini adalah pembalasan dendam dan kembalinya lagi Dream team sebagai seorang peretas handal. Selamat membaca.****Setelah kedatangan Haris, Dina kehilangan ketenangannya. Dina lebih banyak menghabiskan waktu bersama Dara, bahkan tak membiarkan siapapun menyentuh gadis kecil itu.Mereka memeriksa cctv di setiap sisi, mengetahui kedatangan Haris yang menyelinap bersama orang catering dari pintu belakang. Banyu memperketat keamanan, bahkan menawarkam hadiah pada siapapun yang bisa membawa Haris hidup atau mati. Meski pada akhirnya Haris lolos dan tak dapat di ketahui keberadaannya lagi.****Lima tahun berlalu, tak ada lagi kabar bagaimana Haris setelah hari itu. Dina mulai melupakan ancaman dan kehadiran Haris, dia terlalu sibuk menikmati hari indahnya bersama Dara dan Sean, mereka tumbuh semakin mengemaskan."Ayah, jangan lupa datang ke sekolah!" Dara sudang memberikan ultimatum.Gadis 6 tahun itu tak ingin Ayahnya lupa acara perpisahan di sekolahnya hari ini, D