"Wah, lagi tidur anaknya, kasihan sih tapi namanya juga takdir ya mau bagaimana lagi," ucap Bagas dengan santai."Ngapain sih kita di sini, nanti kalau ada apa-apa kita loh yang di salah in, aku nggak mau ya Mas, nanti gara-gara kita anak itu tambah sakit bukannya sembuh lihat kita," sahut Clara bergelayut manja di lengan Bagas."Udah jangan manja, kapan lagi aku bisa main sama anakku sendiri, bentar lagi kan aku mau cerai, dan aku nggak mau mengurus anak cacat ini kamu mau ngurusin, nggak 'kan?" ucap Bagas lagi yang ingin membangunkan Fatih dari tidurnya."Sudah-sudah kalian ini ribut melulu ini rumah sakit, kalau kita ribut malah kita disangka maling, udah ikuti apa kata suamimu," sahut Bu Ratna yang memperhatikan cucunya dari atas sampai bawah."Halo, anak ayah yang tampan, apa kabarmu, Nak?" ucap Bagas dengan tersenyum sinis."Ayo, bangun nggak usah tidur melulu, nggak bosan apa terbaring begini?" jawabnya dengan enteng.Mendengar suara ayahnya tiba-tiba Fatih terbangun dari tidur
Gimana Kay, sudah selesai urusanmu dengan Bagas?" tanya Dewa yang membuat semua orang kaget. semua orang kaget."Sudah Mas.""Aduh gantengnya ini orang, siapanya kamu Kay, kok nggak pernah lihat, orang baru ya Mas, atau pacarnya Kaysha ya?" tanya Nola dengan mata berbinar melihat ketampanan Dewa."Hus ... kamu tuh ya, nggak sadar apa, terus aku ini nggak ganteng apa?" tanya Bang Wawan kepada Nola istrinya."Ya maaf Bang, soalnya dia masih bening putih lagi nah kalau Abang 'kan hitam tapi manis," rayu Nola kepada Bang Wawan."Oh ya sampai lupa, kenalkan Pak, Bu namanya Mas Dewa dia teman Kay di Bandung. "Mas Dewa baru sampai kemarin siang dari Bandung, karena membantu Kay mengurus jenazah Papah yang baru tadi pagi meninggal dunia, Pak," ucap Kaysha yang kembali bersedih mengingat papahnya."Innalilahi wainna lillahi roji'un," jawab mereka dengan serentak."Kok bisa, bukannya kamu sama almarhum sedang tidak akur, berarti almarhum susul kamu sampai ke sini?" tanya Pak RT dengan penasar
Beberapa hari kemudian Fatih tetap murung, dia melakukan terapi hanya seperlunya saja tidak ada gairah hidup dalam dirinya. Untuk itu Kaysha memutuskan pindah ke Bandung. Mereka pun berpamitan dengan warga kampung."Pak, Bu terima kasih semuanya, kalian sudah banyak membantu kami selama tinggal di sini, kalau Kay sama Fatih ada kesalahan yang sengaja maupun tidak, Kay mohon maaf sebesar-besarnya.""Tanpa kalian mungkin kami tidak bisa melawan mereka yang telah menzalimi kami," ucap Kaysha sambil menyalami mereka semua."Iya, sama-sama Nduk, Bapak harap semoga kehidupan kalian lebih baik dari sekarang, sering-seringlah memberi kabar terutama tentang kondisi Fatih," sahut Pak RT mewakili warganya."Iya Kay, kami sayang sama kalian, kalian telah memberi warna kampung kami, kalian menjadi panutan warga kami, entah sengaja maupun tidak, ada pelajaran yang dapat kali ambil hikmahnya, tidak semua yang baik kelihatan baik begitu juga sebaliknya," jawab Bu Lastri."Jangan lupakan kita ya Kay,
Begitu langka peristiwa ini terjadi, bagaimana tidak Fatih yang jarang tersenyum dengan orang lain tanpa disadari dia tersenyum dengan pedagang siomay itu.Entah magnet apa sehingga Fatih bisa tersenyum bebas."Assalamualaikum!" ucap pedagang siomay itu kepada Fatih dengan tersenyum."Walaikumsalam, nama Om siapa, apa yang Om jual, kenapa jualan di sini?" sahut Fatih dengan lancar.Pemuda itu hanya tersenyum, karena masih melayani pembeli lain dengan cekatan.Setelah selesai, pemuda itu duduk berhadapan dengan Fatih."Maaf ya, tadi lagi banyak pembeli jadi nggak bisa jawab pertanyaan Adek.""Maaf ya Mas, anak ini hanya ingin berkenalan dengan Masnya, maaf mengganggu!" ucap Mbok Darsi seketika."Nggak apa-apa kata pepatah tak kenal maka tak sayang," jawabnya membuat Fatih tertawa."Ya Allah Den Fatih senang, akhirnya Nak kamu bisa tertawa begini?" jawab Mbok Darsi sambil mencium pucuk kening Fatih dan menangis."Loh Ibunya kok malah nangis sedangkan anaknya tertawa, kenapa Bu ada yang
"Mbok apa itu yang di tangan?" tanya Kaysha penuh selidik."Oh ini siomay Nduk, tadi beli di taman kota itu, enak loh, tadi kami beli di sana," jawabnya dengan tersenyum."Cah ayu mau, biar Mbok buka kita makan sama-sama di kantor," ajak Mbok Darsi."Ya udah kita ke ruangan Kay aja Mbok, biar kita makan di sana, lagian malas juga mau keluar."Mereka pun masuk ke dalam ruangan Kaysha dan Mbok Darsi segera mengganti tempatnya."Wah kayanya enak nih, tapi bersih 'kan Mbok?""Beres, di jamin bersih dan halal apalagi orangnya," jawab Mbok Darsi sambil tertawa diikuti Fatih ikut tertawa juga."Kok jadi orangnya kenapa sih?" "Bunda hari ini Fatih senang banget, Fatih punya teman baru, orangnya baik, terus ganteng kaya Fatih, nanti deh Fatih kenali sama orangnya.""Oh ya Bunda jangan lupa besok buatin Fatih opor ayam yang banyak, soalnya Fatih mau makan sama teman baru Fatih.""Memang siapa sih, kaya sudah akrab aja, siapa sih Mbok jadi penasaran?""Tadi ketemunya di taman kota itu, banyak o
"Ada deh orangnya ganteng kaya Fatih, udah dulu ya Om nanti Fatih telat terapinya.""Mas, Kay tinggal ya takut telat, istirahat aja dulu, besok 'kan ada waktu.""Assalamualaikum!""Walaikumsalam!"Mereka pun pergi dengan menggunakan mobil mewah Kaysha dan meluncur secepat kilat meninggalkan Dewa yang masih berdiri melamun di teras rumah Kaysha."Aku jadi penasaran siapa teman Fatih itu apakah seumuran Fatih atau orang dewasa seperti aku, ah tidak mungkin Fatih berteman sama orang yang baru ia kenal."Ada yang beda dari Fatih hari ini tapi apa ya?" Atau ah sial ... Fatih sekarang sudah bisa mengobrol dengan lancar, kenapa aku ini?""Sepertinya aku merasa nanti ada saingan baru denganku untuk mendapatkan cinta Kaysha.""Ini tidak boleh terjadi biar bagaimanapun aku sudah lama menunggu dan menunggu untuk mendapat cintanya walaupun dia sudah menjadi janda aku tidak peduli.""Aku sangat mencintaimu Kaysha, aku tidak akan melepaskan kamu begitu saja, sudah cukup Kay aku bersabar untuk bisa
"Iya, kok sampai segitunya si Fatih ngotot mau ke temuan?" ucap Kaysha agak ketus."Maaf ya Nduk, mungkin yang ada diorang itu Fatih melihatnya seperti seorang ayah, jadi dia butuh kasih sayang darinya, Mbok tahu pintu hatimu nggak mau lagi menerima cinta, cuma si Mbok kasihan sama Fatih.""Kay tidak ingin jatuh cinta lagi Mbok, sudah cukup masa lalu itu menjadi pelajaran yang berharga buat Kay," sahutnya."Di luar dia bilang nggak apa-apa tapi di dalam hati Fatih merindukan kasih sayang seorang ayah," ucap Mbok Darsi lagi."Saat ini Kay belum bisa, kita lihat saja ke depannya bagaimana?" sahutnya dengan tegas."Fatih, kita di sini saja ya gelar tikarnya lagian ada pohon besar ini enak adem," ucap Kaysha sambil mengatur semua barang yang di bawanya untuk piknik."Terserah Bunda saja!""Bun, boleh nggak telepon teman Fatih?" tanyanya dengan mengiba."Boleh sayang, sini biar Bunda yang tekan nomornya.""Nggak usah Bun, Fatih bisa kok!"Tut! Tut! Tut!"Nada sambung, Bun!""Speaker saja
Apa perlu saya panggilkan dokter, Kay? atau kita langsung ke rumah sakit?" tanyanya panik."Enggak usah Mas, biasanya dibawa rebahan langsung hilang kok, Mas Dewa pulang saja, soalnya Kay mau istirahat dulu, nggak apa-apa 'kan?""Iya sudah kalau begitu, saya pulang dulu nanti kalau ada apa-apa segera hubungi saya," ucap Dewa yang nampak khawatir akan kesehatan Kaysha."Iya terima kasih ya Mas.""Selamat siang, Kay!""Assalamualaikum," jawab Kaysha dengan tersenyum."Wa ... Walaikumsalam," jawabnya gugup.Dewa pun pergi dari rumah Kaysha, namun di hatinya masih mengganjal apa yang dilakukan mereka sampai Dewa tidak tahu, dan sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu."Aku akan mencari tahu Kay, firasatku mengatakan kamu lagi menyembunyikan sesuatu dariku, tapi aku berjanji Kay, tidak ada laki-laki sempurna seperti aku yang mampu bersanding denganmu, Kay!" ucapnya dalam hati.Malam harinya entah mengapa pembicaraan di telepon dengan orang itu masih teringat dan berputar-putar di kepala K