Kusiapkan Perpisahan Terindah

Kusiapkan Perpisahan Terindah

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-31
Oleh:  RIANNA ZELINEBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
43Bab
6.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Aku Dinara Alverina Wiratama, berpura-pura tidak mengetahui perselingkuhan suamiku, Evan Xavier. Aku tetap bersikap baik sebagaimana seorang istri pada umumnya. Namun, diam-diam aku menyiapkan sebuah perpisahan yang tidak akan pernah dia duga. Gugatan perceraian? Ah, itu terlalu biasa. Ini adalah sebuah perpisahan terindah yang akan selalu dikenangnya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Ting!

Denting notifikasi ponsel yang terdengar, membuatku meletakkan majalah dan beranjak dari sofa. Kuayunkan langkah menuju nakas yang berada tepat di samping ranjang. Kuraih benda pipih yang ada di atasnya dan kuperhatikan layar. Nomor baru? Aku tak bisa menebak nomor siapa itu. Tapi kata-kata yang terlihat pada bar notifikasi sudah cukup membuatku mengernyitkan dahi.

[Suamimu sangat pandai dalam hal memuaskan. Aku dibuat mendesah keenakan di atas ranjang]

Seketika jantungku berdebar kencang, tapi aku masih berusaha untuk tetap tenang. Aku juga berpikir positif bahwa mungkin saja itu hanyalah orang iseng atau pesan salah kirim. Apalagi tak ada nama suamiku ataupun foto yang bisa menjadi bukti untuk menguatkan isi pesan.

Namun tetap saja, aku tak bisa menahan diri untuk tidak penasaran. Lalu kucoba melihat foto profilnya, namun sayang hanya menampakkan buket bunga dengan selembar kartu ucapan. Dan setelah fotonya kuperbesar, nama toko bunga yang tertera pada kartu ucapan adalah toko bunga langganan suamiku, Mas Evan.

“Aura Flower,” gumamku menyebut nama toko bunga tersebut.

Tanpa sadar, jemariku meremat ponsel yang kugenggam. Rasa gelisah menyelinap begitu saja. Namun, aku memilih megabaikannya meski jemariku juga gatal untuk mengirim pesan balasan. Ingin sekali kupastikan bahwa pesan itu hanya salah sasaran. Dan nama toko bunga itu hanyalah suatu kebetulan.

Ting!

Belum sempat kuletakkan lagi ponselku ke atas nakas, sebuah pesan kembali masuk dari nomor yang sama. Segera saja kubuka dan menajamkan penglihatanku untuk membacanya.

[Servisku juga sangat memuaskan hingga membuat suamimu ketagihan. Bersiaplah bahwa dia tidak akan pulang nanti malam]

Entah mengapa pesan kedua itu membuat tubuhku langsung gemetar. Jantungku berdebar semakin kencang. Napas pun terasa tercekat di tenggorokan. Aku ingat jika Mas Evan pulang larut semalam. Mungkinkah?

Tidak! Tidak!

Aku menggeleng cepat, menolak akan dugaan yang muncul dalam benak. Dengan keberanian yang sedikit kupaksakan, aku mulai mengetik untuk membalas pesan dari nomor asing yang sudah berhasil mengusik ketenangan.

[Siapa kamu? Dan apa maksudmu mengirim pesan seperti itu padaku?]

Setelah pesanku terkirim, sedikit pun aku tak mengalihkan tatapanku dari ponsel. Rasanya tak sabar mengetahui jawaban yang akan diberikan oleh si pemilik nomor asing. Hingga tak berapa lama sebuah pesan kembali masuk. Aku pun bergegas membacanya.

[Evan Xavier. Bukankah itu nama suamimu, Dinara Alverina Wiratama?]

Degh!

Seketika napasku memburu. Dada terasa sesak bagai kehilangan oksigen untuk bernapas. Tubuhku lemas, namun genggaman ponsel di tanganku semakin erat.

Kutatap lagi layar ponselku. Kubaca dan kupastikan lagi bahwa aku tak salah mengeja. Evan Xavier. Itu benar-benar nama suamiku yang sudah menemani hidupku selama tiga tahun lamanya.

Dengan tubuh yang seolah kehilangan tulangnya, tangan meraba ranjang dan menjadikannya pegangan sebelum akhirnya aku duduk dengan tatapan nanar. Mataku berkaca-kaca, masih enggan hatiku untuk percaya.

***

Langkahku mondar-mandir di ruang tamu. Sejak mendapat pesan pagi itu, jelas rasa gelisah kini menyelimutiku. Sejujurnya ingin kutanyakan langsung pada suamiku, tapi aku takut dia justru berbohong dan sengaja menutupinya dariku. Karena itulah aku memilih bungkam, hanya sementara waktu, sambil aku menyelidikinya lebih jauh.

Kulihat jam di dinding, sudah pukul sepuluh. Aku masih menunggu kepulangan suamiku. Bukan tanpa alasan. Mas Evan sudah menghubungiku akan pulang terlambat hari ini. Dan aku ingin membuktikan bahwa Mas Evan tidak berbohong, juga pesan itu tidak benar.

Cklek!

Pintu terbuka perlahan, sontak aku menoleh dan kulihat Mas Evan masuk dengan wajah kelelahan. Jantungku berdebar, lega kurasakan. Dengan senyum hangat aku menghampirinya.

“Kamu belum tidur, Sayang?” tanya Mas Evan padaku. Tangannya terulur membelai kepalaku dengan senyum hangat yang selalu membuatku merasa disayangi.

“Aku sengaja menunggu kamu, Mas. Akhir-akhir ini kamu sering lembur, pasti sangat melelahkan, bukan?”

Mas Evan tersenyum. Lalu menarikku dan mengecup keningku dengan penuh perasaan. Suatu hal yang sering kali ia lakukan. Membuatku selalu merasa bahwa cinta dan kesetiannya padaku begitu besar.

Seketika kecurigaan yang sudah mengganggu pikiran, membuatku diliputi keraguan. Benarkah dia berselingkuh? Apa yang membuatnya berselingkuh, padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin menjaga penampilan dan adabku terhadap pasangan. Apalagi tidak ada masalah serius sampai membuat kami bertengkar. Bahkan perihal momongan, Mas Evan sama sekali tak mempermasalahkan.

“Kamu sudah makan, Mas?” tanyaku lembut sembari melangkah menuju kamar bersamanya. Aku membawakan tas kerjanya, sementara Mas Evan melingkarkan tangannya di pinggangku.

“Iya, Mas tadi pesan di restoran langganan kita. Maaf, ya, Mas jadinya gak makan di rumah,” sesalnya.

“Nggak apa-apa, Mas. Aku gak mempermasalahkannya. Yang penting kamu bisa makan dan jaga kesehatan, itu udah cukup buat aku tenang,” jawabku, mencoba memahami jika posisinya saat itu memang sedang lembur. Hal yang wajar jika dia memilih pesan makanan dari luar.

“Terima kasih, Sayang. Besok Mas usahakan untuk gak lembur lagi, supaya kita bisa makan malam bersama, ya.”

“Serius, Mas? Kalau begitu besok aku akan masak makanan kesukaan kamu, ya.”

Mas Evan tersenyum bahagia, lalu menjawab, “Apapun masakan kamu, pasti akan Mas makan.”

Setibanya di dalam kamar, aku meminta Mas Evan untuk segera mandi, sementara aku menyiapkan pakaian ganti. Namun sebelum itu, kubawa tas kerjanya menuju lemari rak kaca. Kuletakkan di bagian paling atas seperti biasanya. Entah karena kurang hati-hati atau apa, tas itu terguling. Beruntung tidak sampai jatuh ke lantai, hanya posisinya saja yang berubah. Dan bersamaan dengan itu, sebuah benda kecil jatuh dari dalam sakunya.

Aku mendekat dan segera kupungut benda kecil itu.

“Lipstick?” gumamku penuh tanya. Seketika jantungku kembali berdebar kencang, tanganku pun gemetar memegang lipstick mahal dengan warna merah menyala itu. Sebab yang pasti… itu bukan punyaku.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
43 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status