Share

BALASAN

“Mas,” panggil Tante Lidya..

“EH, iya, Mah.”

"Kita harus ke kantor polisi dulu, Yah. Sebelum pulang!" ucap Tante Lidya seraya memegang pundak suaminya dari kursi belakang, suaminya yang sedang duduk di depan stir.

Sampai di kantor polisi mereka langsung melaporkan kejadian yang terjadi kepada Lea.

Om Pras menjelaskan kapan hilangnya Lea seperti yang sebelumnya Tante Lidya jelaskan kepada teman-temannya Lea.

"Baik, Pak. Saya akan segera menangani kasus hilangnya anak bapak saat ini," ucap polisi yang sedang duduk di depan Om Frans dan tante Lidya juga teman-teman Lea setelah mendengar penjelasan dari Om Pras tentang hilangnya Lea.

"Terimakasih, Pak."

"Saya berharap anak saya bisa segera ditemukan,"

"Baik Pak kami akan berusaha menemukan anak bapak."

"Terimakasih, Pak."

Setelah melaporkan kasus anak kehilangan Lea, mereka segera pulang ke rumah tentu saja dengan polisi yang juga ikut bersama mereka untuk memulai penyelidikan di rumah Om Frans terlebih dahulu.

Rere Dewi dan Raya juga ikut ke rumah itu Karena mobil Mereka juga di sana, tapi mereka datang ke rumah itu bukan untuk pulang. Mereka justru menginap di rumah itu untuk menemani Tante Lidya yang tidak berhenti menangis di sana karena keluarga Tante Lidya juga sudah pulang ke rumahnya masing-masing.

"Tante tenang saja, Lea pasti cepat ditemukan, Kok," ucap Dewi sambil mengusap punggung Tante Lidya.

Mereka sedang duduk di ruang keluarga sambil menguping pembicaraan polisi dan Om Frans di ruang tamu.

"Tante, gak tahu kalau sampai lihat gak ditemukan nanti bener-bener harus gimana," ujar Tante Lidya sambil menghapus air matanya.

"Semalam nih dia cuman izin mau ke minimarket depan tapi kenapa bisa gak pulang-pulang sampai sekarang tante takut kalau Lea diculik,"

Dewi segera memeluk tante Lidya begitupun dengan teman-teman yang lain mereka yang duduk berjauhan langsung berjalan mendekat ke arah tante Lidya dan langsung ikut memeluk tante Lidya.

"Kita berdoa aja semoga lihat dalam keadaan baik-baik saja dan akan pulang dengan keadaan baik-baik saja," ucap Dewi menenangkan Tante Lidya.

Tak berapa lama mereka mendengar derap langkah menuju kearah mereka. Mereka menoleh melihat suara itu.

"Mah, Pak polisi izin masuk ke kamar anak kita untuk mencari sesuatu, siapa tahu di sana ada bukti yang bisa kita temukan agar lebih cepat kita bisa menemukan keberadaan Lea," ucap Om Frans kepada Tante Lidya.

Tante Lydia dia langsung menghapus air matanya, Iya langsung mengangguk mempersilahkan anne-marie si untuk masuk ke kamar anak satu-satunya itu.

"Tentu saja, silahkan, Pak."

Tante Lidya berdiri berjalan di depan dengan diikuti oleh pak polisi juga Frans dan teman-teman Lea.

Pak polisi menggeledah kamar Lea mencari-cari bukti apa yang bisa ia temukan. Namun, ternyata ia tidak menemukan apapun selain banyak buku yang tertata rapi di lemari juga meja belajar dan ranjang Lea yang masih sangat bersih. Terbukti jika Lea adalah gadis yang gemar membaca buku.

"Sepertinya kita tidak menemukan sesuatu yang aneh disini, sebaiknya kita mencari di tempat lain."

Mereka pergi menyusuri setiap ruangan yang ada di rumah itu, tapi ternyata mereka tidak menemukan sesuatu apapun yang janggal di rumah itu. Akhirnya para polisi itu memutuskan untuk pergi ditambah waktu ya sudah malam, ada juga sebagian polisi yang ditugaskan untuk menjaga rumah itu dari kejauhan.

Tante Lidya memegang kepalanya yang terasa pusing setelah ah mereka makan malam di meja makan meskipun hanya teman-teman leak dan Om Frans yang makan karena tante Lidya malah melamun tanpa mau menyentuh makanannya sendiri.

Jika biasanya Tante Lidya yang akan membantu menyiapkan makanan, maka kali ini Tante Lidya bahkan tidak menyentuh makanan yang disiapkan oleh art di rumah itu. Tante Lidya seorang lupa dengan rasa lapar karena pikirannya hanya tertuju pada putrinya.

"Dimakan dong sayang makanannya, gimana kita mau cari Lea kalau kamunya sakit?"

"Aku nggak lapar, Mas."

Om Frans menghela nafas panjang mendengar jawaban istrinya, begitupun Rere, Raya dan Dewi hanya diam menyaksikan kesedihan Tante Lydia.

"Kalian makan yang banyak, ya! Tante mau masuk kamar dulu, kalau nanti kalian mau tidur kalian bisa tidur di kamar Lea, ya!"

"Iya, Tante."

Tante Lidya dia tersenyum tipis, ia lantas beranjak dari duduknya dan pergi dengan jalan lunglai ke kamarnya.

Om Frans menyimpan garpunya meninggalkan makanan yang belum habis di piring.

"Om susul Tante Lidya dulu, ya. kalian kan saja makannya.

Mereka saling pandang sebelum akhirnya mereka menganggukkan kepala mengiyakan apa yang dikatakan Om Frans.

"Iya, Om," ujar mereka.

Setelah makanannya habis mereka langsung pergi ke kamar Lea, tapi entah kenapa saat memasuki kamar itu Raya merasa ada sesuatu yang aneh. Angin dingin tiba-tiba saja menabrak wajahnya.

Namun Raya tidak bicara apa-apa, ia hanya jalan mengelilingi kamar itu untuk menetralkan perasaannya tidak nyaman saat pertama kali masuk ke ruangan itu.

"Guys, kok gue merinding ya masuk ke kamar si Lea," ucap Rere seraya mengusap tengkuknya sambil berjalan mendekat ke arah Dewi yang sedang duduk di ranjang milik Lea.

Sementara Raya masih melihat-lihat situasi kamar yang nampak sepi dan dingin. Ternyata Rere juga merasakan hal yang sama seperti yang Raya rasakan.

"Mungkin itu perasaan Lo aja kali," ujar Dewi sambil menggeser duduknya karena Rere duduk mendesaknya.

Ini adalah kali pertama a masuk ke kamar Lea karena setiap mereka datang kerumah Lea mereka hanya duduk saja di ruang tamu. Mereka tidak menyangka jika kamar Gadis itu akan semenyeramkan ini.

Raya mengambil salah satu buku yang berada di lemari buku yang cukup besar milik Lea.

Lea Si Penikmat Senja

Luka Yang Kubuat Sendiri

Tentara disana judul buku dan nama penulis dari novel yang sedang Raya pegang. Raya mengerutkan keningnya, Kenapa di buku novel itu tertera nama Lea.

"Lo kenapa, Ray?"

Saya tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Dewi, ia justru membuka novel itu dan melihat halaman akhir di mana terdapat bionarasi penulis novel itu sendiri.

Lea Amaris Wijaya si pemilik nama pena Lea si penikmat senja gadis kelahiran 6 Juni 1999 ini adalah mahasiswa perguruan tinggi di universitas negeri Malang. Gadis cantik, imut ini memiliki banyak hobi terutama hobinya yang paling dominan adalah membaca dan menulis. Ia sudah memiliki 5 karya novel solo dan 9 novel di platform online juga beberapa karya antologi. Untuk lebih mengenal penulis silakan siapa lewat media sosialnya i*: @LeaSiPenikmatSenja.

Raya menutup mulutnya, ia baru mengetahui jika temannya yang satu ini adalah penulis.

***

 Seorang Pria tersenyum miring sambil melihat ke arah halaman rumah Lea yang terdapat mobil polisi terparkir di beberapa tempat tertentu.

"Bagaimanapun kalian berusaha mencarinya, kalian tidak akan pernah bisa menemukan anak kalian lagi. Ini adalah balasan dari perbuatan kalian sendiri yang telah berani merampas hakku."

Ia meneguk secangkir wind yang sedang ia pegang. Pria itu sedang berdiri melihat situasi rumah Lea di balkon kamarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status