"Kamu jadi istri, kok, nggak bisa jaga suaminya? Bisa-bisanya kamu ngebiarin Raka begituan sama cewek lain yang bahkan itu adalah asisten pribadi kamu," kata Nirmala dengan sinis. "Kamu juga, Raka. BIsa-bisanya kamu kayak gitu ke cewek lain, padahal istri kamu lagi hamil. Kalian, 'kan, masih bisa berhubungan. Jangan laper mata. Tahan nafsu.""Kenapa Mbak jadi marahin anak saya?" sanggah Tika.Kini, Kyra dan Raka duduk bersebelahan di ruang tengah rumah minimalisnya. Ada Nirmala dan Tika, juga Pratama dan Angga. Baru sehari semenjak kedatangan Arum dengan test-pack dia yang menunjukkan hasil positif, ternyata kabar itu sudah sampai ke telinga kedua orang tua mereka. Bahkan, media massa sudah mulai menyebarkan kabar tersebut dengan sangat heboh. Namun, hal ini sudah masuk dalam perhitungannya."Ini benar-benar memalukan nama keluarga," ujar Pratama. "Kyra, bagaimana kamu menghadapi ini? Kamu bisa ditendang sama jajaran direksi karena kasus ini. Posisi kamu benar-benar ada di ujung tandu
Seperti yang Kyra duga, Arum tidak akan berani membawa kasus ini ke meja hijau. Padahal, Kyra sudah mempersiapkan semua hal untuk menghadapi persidangan itu. Alih-alih menyelesaikan masalah secara profesional, Kyra malah mendapatkan surat undangan dari Lillyana. Kyra tahu bahwa ini akan menjadi jebakan kedua untuknya. Jadi, ia sudah siap."Kamu yakin, Kyra?" tanya Raka cemas.Kyra mengangguk dan mencium bibir Raka singkat. "Kakak tunggu sini. Kalau dalam 1 jam aku nggak balik, Kakak boleh masuk. Kalau Kakak juga ngelihat ada kejadian yang nggak bagus, Kakak boleh panggil bantuan. Tapi, ini urusan antar perempuan. Jadi, aku akan menyelesaikannya sesuai kemauan mereka."Raka menatapnya lama. "Hati-hati.""Ada gue, tenang aja," kata Jess dengan mantap. Walaupun mungkin dia tidak bisa berbuat banyak, tapi dengan sifat Jess yang blak-blakan dan teliti dalam memahami situasi, dia akan menjadi pendukung untuk Kyra."Tampol aja wajahnya Lillyana kalau dia macem-macem," sahut Vino. Dia bertuga
Tentu saja Kyra memaafkan perbuatan Lillyana dan Arum yang mencoba merusak rumah tangganya dan Raka, tapi tentu saja dia tidak akan memaafkan begiu saja tanpa mengungkapkan kebenaran. Bukan tentang kebenaran atas perbuatan mereka, tapi juga segala skandal yang dilakukan oleh Lillyana dan Aphrodite's Company pada banyak orang.Kesempatan ini tentunya Kyra gunakan untuk membuat jajaran direksi Mahesa Group takut dan mempertimbangkannya dengan serius, juga menakut-nakuti Hisyam bahwa dirinya tidak bisa diremehkan. Tentu saja, kini Kyra sudah menunjukkan dirinya secara terang-terangan tentang perannya dalam perusahaan Mahesa Group selama ini.Hanya dalam waktu kurang dari dua minggu, skandal Raka dengan Arum terhapuskan. Posisi Kyra sebagai calon penerus Mahesa Group semakin mendapatkan perhatian. Seperti sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Meski sebagian tidak ada dalam rencana Kyra, tapi garis akhir perjuangannya semakin terlihat.Saat ini, ia dan Raka sedang menikmati hari-hari y
"Riau?"Raka mengulang kata penting yang diucapkan Angga. Rak yang sebelumnya sedang berjalan bersebelahan dengan papanya usai makan siang bersama."Iya. Kamu juga udah tahu, 'kan, kalau kita ada rencana buka cabang hotel di sana. Papa mau kamu yang handle dulu untuk pembangunannya. Ini bisa jadi portofolio yang bagus untuk kamu" jelas Angga."Tapi, Kyra udah mau lahiran, Pa. Nggak mungkin aku tinggalin," ungkapnya. Ia bahkan sampai menghentikan langkahnya. Ia benar-benar tak menyangka papanya akan mengambil keputusan itu. "Nggak mungkin aku cuma sebulan di sana, 'kan? Kalau ada apa-apa sama Kyra, gimana?"Angga menatapnya lama, lalu ia tertawa terbahak-bahak hingga membuat Raka bingung. "Saya belum selesai bicara, kamu udah potong duluan," ungkapnya, lalu ia merangkul Raka dan memgajaknya untuk kembali berjalan. "Seminggu doang, kok. Saya nggak nyuruh kamu di sana lama-lama. Ada orang yang akan bantuin kamu untuk mengawasi. Kamu datang untuk meninjau seminggu. Nanti, kalau Kyra sudah
"Jess...""Hm? Kenapa, Kyr?" Jess ada di ruang tengah, sedang duduk sambil menikmati cemilan."K-Ketubanku pecah."Jess melompat dari sofa dan berlari cepat ke arah dapur, tempat Kyra berdiri dengan posisi kaku. "Oh, sh*t." Ia sudah melihat genangan air bening di kaki Kyra, bahkan saat ia mendekati Kyra, kaki yang tak beralas itu bisa merasakan hangatnya air ketuban. "Ki-Kita ke rumah sakit sekarang. Masih kuat, 'kan?"Jess pun memapah Kyra untuk berjalan perlahan-lahan. Ia bahkan tak sempat membawa apapun selain ponsel. Ia langsung mengambil kunci mobil Kyra yang digantung di dekat pintu. Cepat-cepat ia mendudukkan Kyra di kursi penumpang depan, memasakkan sabuk pengaman untuknya, lalu bergegas membawa mobil itu pergi dari rumah."K-Kyr, lo bisa telpon Kak Vini atau Kak Raka? Kasih tahu kondisi lo."Kyra mengambil ponsel miliknya dan mencoba menghubungi Raka, tapi tak kunjung diangkat. Ia mengirim pesan sebagai gantinya. Setelahnya, ia menghubungi Vino. Namun, tak langsung mendapatka
Raka sepertinya hampir pingsan saat tiba di depan ruang operasi. Kalau tidak ada Vino dan Jess, ia sudah pingsan di sana dan mempermalukan dirinya sendiri di depan orang tua Kyra. Ternyata, kondisi Kyra benar-benar buruk karena terlalu lama diberikan tindakan. Ia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri."Ini gara-gara kamu!" seru Nirmala sambil menuding wajah Raka.Raka yang lelah pontang-panting dari Riau ke Jakarta sambil bergelut dengan rasa takut sepanjang perjalanan, tahu-tahu disalahkan oleh ibu mertuanya yang egois dan seperti nenek sihir itu. Dengan lelah, Raka mengangkat kepalanya dan menatap Nirmala dengan tatapan dingin. Tapi, tidak ada kata yang keluar dari mulutnya yang terkatup datar."Kenapa nyalahin anak saya?" sahut Tika melindunginya. "Ini hak Raka untuk memutuskan, karena dia suaminya. Siapapun pasti akan membiarkan suami bertanggung jawab untuk mengambil keputusan terkait istri dan anaknya. Mbak yang salah. Harusnya, Mbak langsung ambil keputusan untuk sesa
Raka berdiri di samping inkubator tempat para dokter menaruh anak laki-lakinya dengan Kyra. Tubuhnya begitu mungil, bahkan kepalan tangannya tampak lebih besar dibanding kepala anak mereka. Nafas anak itu tampak pelan dan tenang, seakan tidak mempedulikan kehadirannya. Raka tersenyum sambil mengusap dinding kaca inkubator yang terasa hangat. Matanya tidak bisa lepas dari wajah anak mereka."Itu hidungnya Ibu, tapi kayaknya bibir itu bukan punya Ibu, mungkin punya Ayah. Matanya besar, ya, kayak punya Ibu. Wajah kamu mungil untuk ukuran laki-laki, tapi itu akan membuatmu menggemaskan kayak ibu kamu," kata Raka pada anak mereka yang sedikit terusik dengan suaranya, tampak menggeliat kecil dan mengerutkan kening. Raka pun tersenyum lebih lebar. "Kayaknya, kamu dapat banyak dari Ibu daripada dari Ayah. Tidur kamu terusik, kerutan di keningmu sama kayak punya Ibu. Kamu benar-benar menggemaskan. Ayah nggak percaya Ibu berjuang begitu keras demi kamu, Nak. Harus jadi anak yang soleh, ya?"Mat
"Bulan depan, Papa akan secara resmi kasih kamu D'Kratos."Bukan hanya Raka, tapi Kyra yang sedang makan sambil duduk di atas kasur pun langsung tercengang mendengar ucapan Angga yang begitu tiba-tiba di tengah keheningan suasana yang tenang di kamar rawat inap ini."Hah?!" seru Raka. "Pa, mendadak banget!""Kenapa? Nggak suka?" tanya Angga dengan wajah datarnya.Raka menggeleng cepat. "Bukan, bukan. Aku suka, banget malah!" jawab Raka dengan semangat. "Tapi, ini mendadak banget, Pa. Aku aja belum menyelesaikan tugas di Riau. Masa, Papa udah mau pensiun gitu aja? Sebulan itu kecepetan, Pa."Angga menaruh gelas berisi kopi yang dibelinya di kafe rumah sakit ini. "Sebenarnya, Papa memang sudah merencanakannya untuk bulan depan. Itu hadiah Papa untuk kelahiran anak kalian. Tapi, karena ternyata lahir prematur, ya, nggak bisa sekarang juga. Jadi tetep bulan depan, deh," jelas Angga dengan santai. "Semua dewan direksi dan lainnya sudah setuju. Tugas kamu di Riau itu cuma ujian untuk meliha