LOGINAlfred tak menjawab apa pun, dia begitu saja memeluk Melody dengan erat. Seolah tak ingin melepaskan sang sahabat pada lelaki lain, karena dia yang lebih berhak. Mereka saling mencintai, dan hanya terhalang ego saja.“Maafin aku, Mel,” bisik Alfred penuh penyesalan.Melody tampak diam, ingin tahu apa yang ingin lelaki itu ucapkan setelah tahu hal ini. Ada perasaan senang dan sedih Melody rasakan, senang karena Alfred sudah tahu dan sedih karena lelaki itu pasti merasa terpukul atas kejahatan Nesya.Alfred melepaskan pelukannya, memegang lengan Melody dan menatapnya penuh harap.“Aku mencintai kamu, dan aku baru menyadari hal itu. Aku yakin kamu masih mencintaiku, kita bisa kembali bersama seperti dulu,” pinta Alfred membujuk.Melody hanya tersenyum, dia memang kesal dengan sikap Alfred selama ini. Tapi lelaki tetaplah sahabat yang selama ini selalu ada di dekatnya, dan Melody tak menampik hal itu.“Maaf, tapi aku nggak bisa membalas perasaanmu, Al. Aku udah mencintai Langit,” to
Alfred menyendiri setelah Nesya ditangkap oleh polisi, dia memikirkan banyak hal tentang yang terjadi pada hubungannya. Terlebih alasan Nesya melakukan hal itu, dan itu karena dirinya. Alfred merasa bersalah dan berdosa pada Melody, penderitaan yang dia alami bersumber padanya. Semua hal.Apalagi sekarang rasa cinta Alfred pada Melody semakin menguat, dan rasa cintanya pada Nesya menghilang begitu saja. Tapi, apa dia bisa memperbaiki hubungan mereka setelah ini?“Dulu aja Melo berusaha merebutku ketika aku ingin menikah dengan Nesya, bukankah saat ini aku juga bisa merebut Melo dari Langit,” ucap Alfred pada dirinya sendiri.Ternyata rasa cinta yang dirasakan oleh Alfred pada Nesya hanya ketertarikan biasa, dan itu murni tanggungjawab karena dia berpikir telah merenggut perawan Nesya saat itu.Tapi ternyata itu hanya tipuan Nesya yang mengatas namakan dirinya, padahal itu semua perbuatan Reza. Dan dengan bodohnya Alfred percaya dan berkubang pada kebohongan Nesya selama bertahun
Nesya melemas ketika melihat siapa yang menemuinya, padahal dia sangat berharap kalau itu adalah Alfred. Tapi pria itu tak kunjung datang menemuinya.“Baju tahanan sepertinya cocok untukmu,” hina Langit begitu puas melihat Nesya seperti ini.“Kamu nggak akan menang melawanku,” seru Nesya tertawa karena percaya akan ada yang membelanya. Langit tampak tenang, tak terpengaruh sama sekali. Bahkan lelaki itu malah menunjukkan senyum smirk yang mengerikan bagi Nesya.“Kamu tidak akan keluar dari sini, dan membusuk di Penjara,” kata Langit dengan percaya diri.“Nggak akan pernah,” bantah Nesya. "Kamu jangan terlalu percaya diri, keluarga Mahendra melindungiku."Langit sedikit mendekat. "Kamu yakin sekali keluarga Mahendra akan melindungimu? Mereka itu berhubungan erat dengan keluarga Mahaprana, dan membelamu jelas tidak mungkin. Kamu jangan bodoh!"Nesya tetap menegakkan diri yakin, "kenapa? Akui aja kalau kamu takut."Langit tersenyum tipis. “Saya memiliki bukti rekaman cctv di Vill
Alby dan Alexandra langsung menuju rumah Ivander setelah Nesya dibawa ke kantor polisi, mereka harus memastikan tentang Melody. Lalu kenapa Ivander merahasiakan ini semua? “Tumben kalian datang bersama?” tanya Ivander melihat keduanya, terasa heran saja Alby tidak ke kantor.“Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu, Kak,” jawab Alexandra masuk dan duduk bersama.Ivander sepertinya bisa menebak apa yang ingin Alexandra katakan, berarti Langit sudah menjalankan rencananya sekarang. Nada yang turun ikut bergabung dengan mereka.“Kenapa Kakak merahasiakan tentang Melo dari kami?” tanya Alexandra merasa sedikit kesal karena tak tahu apa pun, apalagi itu berhubungan dengan Nesya, menantunya, “kenapa hanya diam saja ketika tahu kalau Nesya adalah pelakunya?”“Sayang, pelan-pelan. Ivan pasti akan menjelaskan ini semua,” pinta Alby berusaha menenangkan Alexandra yang terbawa emosi sejak tadi, tapi berhasil dia tahan.“Maaf merahasiakan ini semua dari kalian, tapi aku sendiri j
“Nggak, aku bisa sendiri,” tolak Nesya takut.Alfred tersenyum, dia menarik paksa Nesya untuk menyerahkannya pada polisi. “Al, aku mohon jangan seperti ini. Aku nggak bersalah,” pinta Nesya menggeleng kuat.“Kalau kamu nggak bersalah, nggak perlu takut menghadapi polisi itu. Tenanglah,” ujar Alfred terus berusaha menyeret Nesya ke depan.“Nggak,” tolak Nesya berusaha untuk menghindar.Tapi hukum tetaplah hukum, Alexandra masuk dan melihat Alfred dan Nesya sedang berdebat. Dia langsung menghampirinya, berharap bisa mendapatkan kejelasan dari sang menantu.“Nesya,” panggil Alexandra membuat keduanya berhenti berdebat.“I-iya, Ma. Ada apa?” tanya Nesya tak dapat menutupi rasa gugupnya.“Ada polisi di depan mencari kamu, bisa kamu keluar bersama Mama?” jawab Alexandra masih bersikap baik, karena dia belum tahu kebenarannya seperti apa.“Ta-tapi, Ma? Aku nggak bersalah,” kata Nesya tetap kekeh mengatakan dia tidak bersalah.Alexandra tampak tersenyum, dia harus membujuk Nesya deng
Entah kenapa saat itu Melody begitu menginginkan Langit, dia begitu nyaman dan bergairah dalam waktu yang bersamaan. Kalau bukan karena Langit bisa menahan diri, sudah pasti mereka akan melakukan hal itu. “Maaf. Aku hanya terbawa suasana dan tubuhmu membuatku bergairah, Honey,” ucap Melody menirukan panggilan Langit padanya. “Itu juga yang saya rasakan,” jawab Langit.“Tapi, terima kasih kamu telah menghentikanku dan pergi. Kalau tidak, aku pasti akan menerkammu,” goda Melody tertawa.“Dasar nakal,” balas Langit mengusap kepala Melody.Langit dan Melody berbahagia menyiapkan pernikahan mereka, apalagi Langit menjadi lebih overprotektife padanya. Lelaki itu juga memberitahu tentang pengejaran Reza dan juga surat penangkapan Nesya akan keluar sebentar lagi, dan Langit harus memastikan keselamatan Melody.“Gaun ini menurut kamu gimana?” tanya Melody.“Terlalu terbuka, dan saya tidak suka lelaki lain menatapmu dengan kagum ketika memakai gaun ini. Hanya saya yang boleh melihat







