Share

Bab 9

"Sungguh aku tidak menyangka hal itu. Benar-benar diluar dugaan," ucap Bima setelah keluar dari ruangan tersebut.

Mahesa yang mendengar itu langsung tertawa sambil menoleh ke belakang dan berkata, "Apa hal ini sudah kalian rencanakan, Arjuna? Karena dari tadi aku lihat kau begitu tenang. Tapi, saat kau mulai bica .... "

"Sudah, aku yakin Arjuna tidak seperti yang kau katakan, Mahesa. Bukankah begitu, Arjuna?" tanya Bima yang memotong ucapan Mahesa untuk membela Arjuna sambil menoleh ke belakang.

"Biarkan dia berpikir demikian. Yang penting aturan baru itu sudah tidak berlaku lagi," jawab Arjuna dengan raut wajah datar.

"Aku sungguh heran dengan kalian berdua. Tidak pernah akur, tapi hebatnya, masih bisa tetap berteman akrab. Sunggu kalian manusia aneh," komentar anak perwakilan kelas bahasa sambil tertawa kecil.

Sedangkan Gayatri yang berjalan paling depan hanya diam dan tidak menoleh sama sekali. Namun, secara mendadak langkahnya terhenti. Sehingga membuat Mahesa yang ada di belakang nyaris menabraknya.

"Ada apa, Gayatri?"

"De, apa benar salah satu murid di kelasmu ada yang meninggal?" tanya Gayatri sambil berbalik dan tidak mengacuhkan pertanyaan dari Mahesa.

"Iya, kenapa?" tanya balik Gede yang merupakan perwakilan dari kelas bahasa.

"Kalau tidak salah dia itu yang kemarin terlibat keributan dengan Mahesa dan Arjuna-kan?" tanya Gayatri sekali lagi dan kali ini dengan tatapan mata yang mengarah ke Mahesa serta Arjuna secara bergantian.

Belum saja Gede menjawab pertanyaan itu, Mahesa telah lebih dulu tertawa terbahak-bahak. Sehingga Bima menyuruhnya untuk berhenti tertawa. Sebelum ada guru yang datang menegurnya.

"Maaf, maaf. Aku tadi sedikit kelewatan. Tapi, tadi lucu, lho," ucap Mahesa setelah benar-benar bisa berhenti tertawa sambil mengusap air mata yang menempel di kedua sudut matanya.

Lalu dengan buru-buru Gede menjelaskan kabar tersebut kepada Gayatri. Secara terperinci dan jelas. Juga rencana teman-teman sekelasnya untuk datang melayat setelah pulang sekolah.

"Aneh."

Satu kata dari Gayatri sebelum kembali berjalan meninggalkan lorong itu dan menuruni anak tangga. Melihat itu Mahesa dan yang lainnya cuma bisa terdiam serta saling menatap satu sama lainnya. Mereka tidak tahu kenapa perempuan berambut sebahu itu berkata demikian.

"Sudahlah. Jangan pikirkan ucapan dan sikap Gayatri tadi. Karena yang penting saat ini, kita harus segera kembali ke kelas. Dan memberitahukan kabar baik ini kepada yang lainnya," saran Bima yang langsung disambut anggukan oleh teman-temannya.

Dan mereka pun segera menuruni anak tangga untuk menuju ke kelasnya masing-masing. Hanya Arjuna saja yang mengambil jalur berbeda—menuju ke perpustakaan. Tentu hal itu membuat Mahesa bertanya kepada dirinya.

"Percuma juga aku masuk ke kelas. Sebentar lagi jam istirahat. Dan sudah ada Bima yang akan memberitahukan kabar itu," jawab Arjuna sebelum berjalan menuju perpustakaan.

Mahesa yang mendengar jawaban tersebut hanya tersenyum kecut dan tidak memperdulikan Arjuna. Ia lebih memilih masuk ke kelas untuk mengumumkan hasil pertemuannya dengan Kepala Yayasan sebelum bel istirahat berbunyi. Hal yang sama juga dilakukan oleh Bima dan Gede.

Arjuna yang kini sudah berada di perpustakaan, segera memilih buku di rak bagian n***l. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan sebuah bacaan yang diinginkannya. N***l karangan Dan Brown—Origin. Menjadi pilihannya saat ini.

Dan setelah itu, Arjuna berjalan menuju ke sebuah meja yang berada di tengah-tengah ruangan. Meja kayu dengan empat buah kursi yang terletak di antara deretan-deretan rak buku di sisi kiri dan kanan. Ada tujuh meja yang sama di sana dan kesemuanya masih kosong. Maklum belum jam istirahat.

Namun, baru saja Arjuna hendak duduk. Tiba-tiba sebuah buku tebal melayang ke arahnya dari sisi kanan dengan sangat cepat. Ia yang tidak menyadari hal tersebut harus menerima akibatnya. Saat buku itu menghantam wajahnya. Sehingga membuat Arjuna terjatuh ke lantai.

Dan akibat dari hantaman buku itu membuat wajah bagian kanan menjadi memar, yang disertai dengan keluarnya darah segar dari kedua lubang hidung. Arjuna pun meringis kesakitan sambil bangkit. Namun, baru saja hendak berdiri, Arjuna sudah kembali diserang oleh beberapa buku yang datang dari arah depan.

Melihat itu Arjuna langsung bersembunyi di bawah meja. Sehingga buku-buku tersebut tidak mengenai dirinya dan terjatuh begitu saja di lantai keramik yang berwarna putih. Nyaris saja, batin Arjuna sambil melihat sekeliling, "Tidak ada siapa-siapa di sini. Lalu siapa yang menyerangku?" tanyanya pada diri sendiri dengan tetap waspada.

Baru saja Arjuna bertanya seperti itu, tiba-tiba meja tempatnya berlindung terangkat dan berguling-guling di udara beberapa kali. Sebelum menukik tajam ke arah dirinya. Melihat itu, Arjuna segera menghindar dengan menggulingkan tubuhnya ke belakang.

"Nyaris saja," ucap Arjuna seiring suara hantaman meja di lantai yang menggema mengisi seluruh ruangan perputakaan.

Potong-potongan kayu pun berhamburan ke sana kemari dan ada beberapa yang mengarah ke wajah Arjuna. Dengan refleks ia melindunginya menggunakan tangan kanan. Sehingga pergelangan tangannya tergores oleh potongan kayu tersebut hingga berdarah.

Dan ketika Arjuna menurunkan tangan sambil menahan rasa sakit. Ada keanehan yang terjadi. Keadaan yang tadinya berantakan telah kembali seperti sediakala. Tidak ada buku serta potongan kayu yang tercecer di lantai. Posisi meja serta kursi telah kembali ke tempatnya masing-masing. Termasuk n***l yang hendak ia baca.

Suasana perpustakan juga kembali hening dengan petugas perpustakaan yang masih sibuk membaca. Luka yang ia dapatkan pun hilang tanpa bekas. Walau masih menimbulkan rasa sakit dan nyeri. Sehingga membuat hati Arjuna bertanya-tanya. Tentang hal yang barusan terjadi.

Jangan-jangan tadi aku —

Kata hatinya itu terpotong saat melihat pintu perpustakaan terbuka lebar. Seiring dengan suara bel istirahat yang berteriak kencang. Lalu dari balik pintu muncul seorang perempuan yang tidak asing bagi Arjuna. Walau ia baru sehari mengenal sosok itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status