공유

LEBIH BAIK KITA BERPISAH (Season 1)
LEBIH BAIK KITA BERPISAH (Season 1)
작가: Buluh Perindu

Keputusan

last update 최신 업데이트: 2022-04-15 00:23:58

"Aku lelah dengan semua ini, Bang. Lima belas tahun bukan waktu yang singkat."

Ranti terisak. Menahan ledakan tangis sedapat mungkin agar tak terdengar anak-anaknya.

"Abang tahu, Dek. Tapi bukan dengan cara seperti ini untuk menyelesaikannya."

Laki-laki itu beranjak, merangkulnya dalam dekapan erat. Membenamkan kepala istrinya ke dada bidang yang juga merasa sakit dengan semua kenyataan yang terjadi.

"Yang terpenting kita, Dek. Cinta kita. Kepercayaan di antara kita. Bukan tentang mereka."

Ranti mendongakkan kepalanya. Menatap laki-laki itu. Suaminya yang telah berjuang memperjuangkan cinta mereka.

"Tapi mereka keluargamu, Bang. Tak ada kata mantan adik ataupun mantan kakak. Yang ada mantan istri. Hubungan kalian bagaikan air, tak akan putus walaupun dicincang. Jangan jadikan aku sebagai penghalang. Aku ikhlas."

Netra mereka saling bertemu. Ranti mencoba meyakinkan Bayu, suaminya bahwa pilihan ini adalah yang terbaik.

"Anak-anak kita, Dek. Mana yang lebih berharga? Saudara-saudara Abang atau anak-anak kita?"

Ranti mengusap wajahnya yang telah basah, penuh air mata.

"Ini bukan tentang pilihan mana yang lebih berharga, Bang. Mereka semua berharga. Tapi ini adalah pilihan, mana yang terbaik. Anak-anak akan mengerti. Abang tetap ayah bagi mereka, selamanya ... tak akan pernah terganti."

Bayu menghela napasnya. Keadaan ini sangat sulit. Lima belas tahun Ranti berusaha mendekatkan diri pada keluarganya, tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Dan kondisi ini menjadi puncaknya.

"Abang tahu ini berat. Tapi Abang yakin, dirimu mampu menyingkirkan ego yang ada di hatimu saat ini. Tak penting mereka menganggapmu ada atau tidak. Di mata Abang, kamu tetap yang terbaik. Abang tahu ... sebesar apapun kesalahan Abang selama ini, selalu Adek maafkan. Hati Adek terlalu luas untuk selalu membuka pintu maaf untuk Abang. Tolong ... jangan akhiri seperti ini."

Akhirnya Bayu pun tak kuasa membendung lelehan bulir dari netranya. Dirinya menangis.

"Aku selamanya tetap tak akan bisa jadi saudara bagi adik dan kakak Abang. Termasuk bagi Ibu. Hanya almarhum Abah yang bisa sedikit menerima kehadiranku. Kalau hanya sekadar kata, aku masih terima, Bang. Tapi dengan fitnah ini, aku tak sanggup lagi menerima semuanya."

Ranti mencoba mengusap-usap dadanya yang mulai terasa sesak. Berat beban yang dirasakannya saat ini. Bukan hanya raganya letih, jiwanya pun sudah merasa tak kuat lagi menanggung semua kecewa ini.

"Aku tahu, Bang. Aku bukan manusia baik, manusia sempurna. Aku masih masih khilaf dan salah. Amalanku pun terbatas yang wajib ditambahkan sedikit sunah. Tak banyak, tapi aku berharap itu akan membawa keberkahan dalam keluarga kita. Tak mengapa keluarga Abang membenciku, menghinaku, merendahkanku. Tapi tolong jangan fitnah aku, Bang," ucap Ranti setelah mengurai pelukan yang ada di antara mereka.

Ranti beranjak melangkah menuju jendela. Melepaskan pandangan ke arah taman yang tepat berada dalam jangkauan matanya.

"Harusnya keluarga Abang bersyukur. Aku mampu merubah Abang menjadi pribadi yang lebih baik daripada dulu. Merubah segala tabiat Abang yang kurasa tak pantas untuk dilihat anak-anak kita. Aku yang berusaha membimbing Abang, kita sama-sama belajar. Berusaha jadi manusia yang lebih baik ke depannya. Pantaskah jika aku mendapat balasan seperti ini, Bang?"

Ranti menghela napasnya. Mencoba menekan sakit yang kian terasa.

"Menuduhku sudah mengguna-gunai Abang sehingga tak ingat mereka lagi ... hanya karena Abang tak lagi royal memberikan uang pada mereka? Harusnya mereka sadar jika Abang tak lagi bekerja. Tak lagi memegang jabatan seperti dulu. Tak lagi mampu memfasilitasi mereka seperti yang mereka mau. Harusnya ... mereka mengerti dengan kondisi Abang saat ini. Bukan lantas menuduhku berbuat keji seperti itu!"

Ranti diam. Bahkan tak merespon saat suaminya itu memeluknya dari belakang. Pandangannya tetap lurus, menatap kejauhan.

"Sehina-hinanya aku ... tak akan aku berbuat syirik seperti itu. Dukun ... sosok yang Insya Allah tak akan aku temui di sepanjang hidupku, Bang. Kalau kamu berubah, itu karena pintaku pada-Nya. Karena doa tulusku di atas sajadah. Karena lirih tangisku di sepertiga malam. Karena niatku untuk membuat hidup kita lebih baik."

Ranti kembali mengusap wajahnya, menyapu air mata yang tersisa.

"Abang paham ... Abang tahu. Karena itu Abang minta, abaikan mereka."

Ranti merasakan pelukan di pinggangnya semakin erat. Punggungnya dapat merasakan bulir bening yang mengalir di wajah laki-laki yang sedang memeluknya itu.

"Lantas sampai kapan mereka berhenti mengusik kehidupan kita? Sampai kapan aku akan dicap sebagai pemisah keluarga Abang? Aku bertanya masalah hutang ... itu karena mereka meminjam. Bukan meminta, Bang. Puluhan juta, Bang. Bukan jumlah yang sedikit bagiku, entah bagi mereka. Dan itu sudah bertahun-tahun. Bukan pula mereka tak mampu, tapi lebih pada tak mau untuk melunasinya."

Tak ada reaksi dari Bayu. Laki-laki itu tetap dalam posisi yang sama. Menahan tubuh Ranti agar tak beranjak pergi meninggalkannya. Bak buah simalakama, Bayu tak tahu harus berkata apa. Istrinya benar jika tindakan dan fitnah yang diucapkan saudara-saudaranya itu menyakitkan hatinya. Lantas dia harus berbuat apa? Berkelahi dengan sesama saudara kandungnya? Hanya ini yang dapat dilakukan Bayu saat ini. Menenangkan istrinya, memohon maaf dan pengertian atas kekurangajaran saudara-saudara yang lahir dari rahim yang sama dengannya.

"Ibu, kakak dan adikmu tak pernah menganggap keberadaan aku dan anak-anakku. Enam kali aku melahirkan, apakah pernah Ibu sengaja menjengukku? Meluangkan waktu untuk melihat kehadiran cucunya. Tak pernah Bang ... Ibu hanya akan datang ke rumah ini untuk meminta jatah bulanannya. Bukan untuk dekat dengan cucu-cucunya. Tak heran, anak-anak tak dekat dengan keluargamu, Bang. Mereka hanya sebatas mengenal Mak Cik, Pak Ngah dan Pak Wo dalam panggilan. Tidak dengan sosok mereka."

Ranti melepaskan pelukan Bayu. Membalikkan tubuhnya sehingga posisi mereka sekarang saling berhadapan.

"Niatku sudah bulat, Bang. Keputusanku tak dapat lagi diganggu gugat. Kita berpisah saja, untuk kebaikan semuanya. Ku kembalikan Abang pada keluarga karena selama ini mereka pikir aku telah merebut Abang dari mereka. Aku tak melarang Abang datang ke rumah ini, walaupun Abang tahu rumah ini adalah murni hasil kerja kerasku. Mereka anak-anak Abang ... selamanya."

Ranti menatap tegak. Netranya dan Bayu saling bertemu dalam luka.

"Jangan mengambil keputusan yang gegabah, Dek. Abang tak mau berpisah denganmu."

"Cinta tak harus menyatu kan, Bang? Berkorban untuk kebahagiaan orang yang kita cintai tentunya adalah hakikat dari cinta sesungguhnya. Kembalilah pada keluargamu, Bang. Aku ikhlas menemani Abang. Aku ikhlas mendampingi Abang. Kebahagiaan Abang ... sekarang ada pada mereka."

Tak ada balasan dari Bayu. Hanya hembusan napas yang masih memecah keheningan kamar itu.

"Abang akan pergi jika memang itu yang terbaik untukmu saat ini, Dek. Tapi bukan untuk kembali pada keluarga Abang. Abang hanya memberikan waktu pada dirimu untuk berpikir lebih jernih, lebih tenang. Satu hal yang harus kamu tahu, Abang selalu ada di sampingmu. Jangan korbankan egos saat ini untuk sesuatu yang akan kita sesali sepanjang hidup kita nantinya."

Ranti menatap pilu saat Bayu mulai membereskan baju-bajunya dari lemari. Tak banyak yang dibawanya. Hanya satu ransel yang dijadikan pembungkus baju-baju itu.

"Abang hanya akan membawa motor. Karena Abang tahu, semua yang kita miliki ini saat ini adalah hasil kerja kerasmu."

Tatapan nanar dilepaskan Ranti saat melihat kepergian Bayu, laki-laki yang telah berjuang bersamanya dari titik nol. Ranti tak membenci suaminya itu, hanya saja Allah sedang menguji mereka saat ini. Ingatan Ranti berputar, mengenang kejadian lima belas tahun silam saat dirinya mulai resmi menjadi istri Bayu Purnama, laki-laki yang dianggap keluarganya telah berubah karena dukun dan guna-guna.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (2)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Tokoh lakinya lembek lg lembek lg bosen bgt. Nyuruh org maafin mulu mau sampe kpn onta
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH (Season 1)   Lebih Baik Kita Berpisah (ENDING SEASON 1)

    "Abang tak lagi sering memberikan kami uang.""Bukankah jatah bulanan Ibu tetap kami berikan? Bahkan saat Bang Bayu di penjara pun, Kakak tetap memberikan Ibu uang kan? Padahal saat itu Bang Bayu tak lagi memiliki gaji sama sekali. Uang itu murni dari Kakak.""Tapi Abang dulu sering memberikan tambahan uang buatku dan Ibu di luar jatah bulanan itu."Ranti mengerti penyebab semua kebencian ibu mertuanya itu sekarang."Saat itu Bang Bayu masih bekerja kan?" tanya Ranti dengan nada sehalus mungkin."Kakak pasti telah mengguna-gunai Abang hingga tak lagi peduli ke kami. Padahal sekarang ekonomi Abnag jauh lebih baik daripada saat menjadi pegawai negeri dulu. Usaha Abang maju pesat. Tapi mengapa Abang tak royal lagi pada kami? Abang seakan tak berdaya karena cengkeraman tangan Kakak."Jelas sudah semuanya. Fitnah keji itu jelas-jelas membuat luka hati Ranti kembali menganga. Luka yang pernah ada semakin terasa perih karena mendapat siraman air garam di atasn

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH (Season 1)   Kecewa?

    Sontak saja Bayu dan Bu Ratna merasa terkejut atas ucapan Ranti itu. Walaupun diucapkan dengan perlahan sehingga tak ada tamu atau pun anggota keluarga lain yang mendengar, tetap saja Bayu merasa terperanjat. Bingung sekaligus terkejut mengapa sang istri berkata seperti itu. Bu Ratna sendiri memilih diam. Tak mampu entah tak mau membalas ucapan menantunya. Wajah sang ibu mertua tak menunjukkan ekspresi apa pun saat menerima piring yang disodorkan Ranti. Namun bagi Ranti semua itu tak ada maknanya lagi.Selanjutnya tiba acara utama. Bayu memberikan sambutannya. Ranti tak henti melepaskan senyum bahagianya. Kebahagiaan hari ini mungkin tak akan terulang lagi ke depannya. "Terima kasih atas kehadiran semua yang sudah hadir di sini sore ini. Tak dapat kami lukiskan perasaan bahagia kami hari ini. Kalian telah membersamai kami selama ini. Bahkan pada saat kami, terutama saya mengalami masa-masa terburuk dalam kehidupan ini. Ucapan tulus ini kami sampaikan. Ta

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH (Season 1)   Lima Belas Tahun Pernikahan

    Ranti melihat aneka masakan yang tersaji. Ayam goreng mentega, sate ayam, selada, kari telur, aneka lalapan, dan tak ketinggalan sambal tomat khas buatan emak Agung. Makanan setengah berat pun sudah tersaji. Bunga menambahkan es kelapa muda sebagai penghilang dahaga.Mengedarkan pandangannya pada keluarga dan pegawai yang sudah hadir. Sebagian sedang menunaikan salat Asar di ruang musala keluarga. Ranti belum melihat sosok tamu istimewanya sore ini. Semoga mereka akan hadir agar semuanya dapat diselesaikan.Masih ingat dengan semua yang dilihatnya dua hari yang lalu, Ranti berusaha sekuat tenaga menahan genangan bulir bening yang siap tumpah dari ujung kedua netranya. Tak ingin menunda lagi, semuanya harus diputuskan sekarang. Berpuluh purnama telah terlalui, kenyataan itu masih tetap sama. Bahkan mungkin sampai ratusan purnama berlalu pun, dirinya tak akan mampu merubah kenyataan itu."Dek, mau dimulai acaranya sekarang?" tanya Bayu yang tiba-tiba muncul

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH (Season 1)   Fitnah Tak Berkesudahan

    Ranti cepat merangkul ibunya. Seolah-olah ibunya meninggalkan pesan terakhir untuk dirinya. Bulir bening membasahi pipi mereka berdua."Sudah, jangan menangis. Ibu tahu, kamu wanita yang kuat, Ran. Wanita yang tegar. Terus seperti ini ke depannya. Hidup ini ujian, bukan hidup jika tak ada cobaan. Ibu percaya, kamu mampu melewati apa pun yang akan terjadi nanti. Ingat, Ibu akan selalu mendukungmu!"Ranti kembali terisak saat mendengarkan pesan ibunya itu. Dirinya kuat karena ada ibunya. Lantas bagaimana jika sosok yang memeluknya sekarang tak ada lagi suatu saat nanti?"Sudah, hapus air matamu! Sebentar lagi mau menjemput Faiz dan Farah kan?"Bu Dewi mengurai pelukannya. Mengelap air mata yabg membasahi pipi putri tercintanya.Ranti menganggukkan kepalanya. Tak ada lagi panggilan si kembar semenjak kelahiran Faiz dan Farah karena yang kembar tak hanya mereka.Bu Dewi beranjak dari duduknya, meninggalkan Ranti yang sedang merapikan

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH (Season 1)   Pesan Ibu

    "Ibu tak punya beban lagi jika suatu saat dipanggil Yang Maha Kuasa untuk menyusul ayah kalian. Anak-anak kami sudah bahagia dengan kekuarganya masing-masing. Walaupun sampai saat ini Ryan dan Bunga belum memberikan Ibu cucu, tak apa. Enam cucu Ibu darimu dan Bayu rasanya sudah cukup memberi kebahagiaan bagi Ibu di usia yang sudah sepuh ini."Sampai saat ini memang Ryan dan Bunga belum mampu menghadirkan cucu untuk ibu mereka. Tak kurang kasih sayang Bu Dewi tetap pada menantunya itu. Tak menyalahkan apalagi menghujat sang menantu atas amanah yang belum mereka dapatkan. Semuanya takdir. Jika janin itu belum hadir di rahim Bunga, artinya Allah belum berkehendak menghadirkan cucu dari anak dan menantunya itu. Allah belum mengizinkan dirinya mendapat cucu dari sang putra bungsu. Bukankah semua yang terjadi di bumi ini atas izin-Nya? Bahkan langit mendung pun tak akan jadi hujan jika Allah belum berkehendak. Sehelai daun hanya akan luruh dari tangkainya jika Allah men

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH (Season 1)   Gadis Impian Ryan

    Melalui berpuluh purnama, sikap ibu mertua Ranti tak pernah berubah. Selalu hanya menimbulkan masalah jika sosoknya tiba-tiba muncul di rumah anak dan menantunya. Ranti memilih tak lagi peduli dengan semua sikap yang ditunjukkan wanita itu padanya ataupun anak-anak mereka.Empat kali melahirkan dengan kondisi kehamilan ketiga dan keempat sepasang bayi kembar, Ranti tak pernah merasakan kehadiran sosok ibu mertua membersamai saat harus bertarung nyawa melahirkan cucunya. Untunglah, saat persalinan keempat ada sosok suami yang menungguinya. Menguatkan Ranti untuk terus berjuang menghadirkan anak mereka ke dunia.Tangis haru sempat dirasakan Ranti saat mengingat momen persalinan ketiganya. Tanpa kehadiran sang suami kala itu membuat dirinya bertekad harus kuat berjuang sendiri. Alif sudah duduk di kelas sekolah menengah saat ini. Sedangkan Fayza, Hanun, dan Hanif duduk di bangku sekolah dasar. Ranti memilih sekolah Islam dengan sistem full day untuk keempat

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status