Share

LEGENDA PENDEKAR MABUK
LEGENDA PENDEKAR MABUK
Author: Nandar Hidayat

1. Pengkhianatan

Pulang dari berburu, saat sang surya agak tergelincir ke barat. Alangkah terkejutnya Saka bukan alang kepalang. Dia melihat istrinya sedang bercinta dengan lelaki lain.

Saka melihat Rinjani begitu sangat menikmati cumbuan lelaki yang tengah menindihnya. Bahkan mereka tengah terhanyut berpacu menggapai puncak asmara.

Dari sikap Rinjani yang tampak terlena itu, telah menorehkan luka hati yang amat dalam. Bibir Saka bergetar. Dadanya bergemuruh panas bukan main.

Ini pengkhianatan!

Saka tidak percaya istrinya main serong dengan lelaki lain yang setahu dia lelaki itu bernama Boma Sagara murid utama Ki Jangkung Wulung.

Kelompok Ki Jangkung Wulung beserta murid-muridnya sudah sering melakukan kekacauan di dunia persilatan, sehingga banyak dimusuhi kaum pendekar.

"Rinjani, wanita laknat! Terkutuk kau!" bentak Saka Lasmana penuh amarah membara seakan-akan kepalanya dikobari api.

Bentakan ini mengejutkan dua orang yang sedang mendaki menuju puncak kenikmatan itu.

Seketika sepasang manusia yang tengah memadu cinta itu berhenti, tapi tetap dalam posisi saling menindih. Lalu terdengar Boma Sagara tertawa lantang tanpa merasa bersalah.

"Apa kau tidak lihat? Dia keenakan menikmati keperkasaanku ini. Aku dengar sendiri, katanya kau sama sekali tidak ada perkasanya. Makanya diam-diam dia melakukannya denganku!"

Kalau cuma Boma Sagara yang berkata, tidak terlalu peduli, tetapi ucapan Rinjani berikutnya membuat hatinya semakin terpukul. Wanita itu seperti bukan yang dia kenal selama ini.

"Kau pikir aku bahagia bersuamikan pria miskin sepertimu? Dasar bodoh!”

Bagaimana bisa Rinjani yang dia kenal sebagai gadis sederhana, lugu, polos dan baik hati menjadi seperti ini. Apa yang telah merasuki istrinya ini?

Dulu Rinjani adalah gadis pujaan hatinya yang juga merupakan adik seperguruannya di perguruan Gagak Lumayung.

Mereka saling mencintai, lalu menikah dan hidup mandiri di luar wilayah perguruan.

Saka Lasmana selain masih tetap menjadi murid perguruan Gagak Lumayung, dia berburu dan memancing untuk kebutuhan hidup.

Namun, setelah dua tahun mereka belum dikaruniai anak. Mungkin belum takdirnya memiliki keturunan.

"Aku tidak percaya kau bisa berkata seperti itu, Rinjani!"

Tiba-tiba saja lima orang masuk langsung memegang tubuh Saka dan menguncinya sehingga murid Ki Aswani ini tak bisa bergerak.

"Setan! Lepaskan!" teriak Saka.

Sebenarnya Saka sudah memiliki kepandaian yang tidak bisa dianggap enteng, tetapi tenaga kelima orang ini sangat kuat mengunci tubuhnya. Meskipun sudah meronta sekuat tenaga, tapi tiada hasil.

Lima orang yang ternyata teman seperguruan Boma Sagara tidak menghiraukan teriakan Saka. Mereka sengaja menahan lelaki itu agar terus menyaksikan pergumulan istrinya dengan Boma Sagara sampai selesai.

Sambil berteriak-teriak Saka berusaha melepaskan diri, tapi pegangan lima orang itu sangat kuat. Sepertinya menggunakan tenaga dalam pula.

Ternyata sampai Rinjani menjerit di saat mencapai klimaksnya lalu terkulai lemas, Saka belum dilepaskan juga.

"Pergi! Aku tak sudi melihatmu lagi!" teriak Saka.

"Kau yang pergi!” balas Rinjani. “Kau tidak memiliki apa-apa lagi. Karena sekarang rumah dan kebun menjadi milikku. Mulai saat ini kau bukan siapa-siapa lagi! Pergi!"

"Usir dia, kalau perlu bunuh saja. Habis perkara!" perintah Boma kepada temannya.

Serentak lima orang ini menyeret Saka keluar lalu melemparkannya dengan keras hingga lelaki malang itu terjatuh dengan punggung lebih dulu mengenai batu besar yang menonjol dari dalam tanah.

Secepatnya Saka bangkit hendak menyerang dengan jurus yang didapat dari perguruannya, tetapi lima teman Boma Sagara sudah lebih dulu bergerak menghajarnya.

Saka yang kepandaian silatnya lebih rendah dari mereka tak mampu membalas serangan. Dirinya malah jadi bulan-bulanan lawan.

Bertubi-tubi pukulan dan tendangan lawan mendarat di tubuhnya memberikan luka yang cukup parah. Sudut bibirnya tampak melelehkan darah.

Sudah sakit hati, sakit badan juga. Sungguh hari ini dia mendapatkan kesialan yang tiada tara. Hatinya benar-benar hancur.

Istrinya berkhianat, rumah dan kebun miliknya dirampas pula. Tidak menyangka ternyata begitu watak asli Rinjani yang terkenal lemah lembut menjadi idaman murid lelaki di perguruan.

Tidak terasa lagi sudah berapa luka diterima badannya, tapi tidak lebih sakit dari pada luka hatinya.

Satu tendangan terakhir membuat sosok Saka terpental jauh lalu jatuh bergulingan ke bawah lembah kecil di sebelah rumahnya.

Lima temannya Boma Sagara memastikan Saka tidak bangun lagi walau sosoknya tidak kelihatan karena tertutup semak belukar.

"Sudahlah, dia pasti mampus, Hahaha!"

Sambil meludah ke wajah Saka yang tak sadarkan diri, mereka tertawa terbahak-bahak dan meninggalkan Saka yang telah terbujur kaku.

"Gu... guru... Maafkan aku..."

Matanya langsung terpejam dan Saka tenggelam dalam ketidaksadarannya.

Tepat ketika cahaya yang masuk ke matanya mulai menghilang, kelebat sosok Ki Asnawi dan kawan-kawan seperguruannya muncul.

Dadanya bergemuruh, antara malu dan tak berdaya ketika mereka menatapnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

Saka sadar, ia telah mengecewakan mereka semua.

Namun, tiba-tiba wajah Ki Asnawi yang ada di hadapannya berlumuran darah!

"Gu … guru! Ada apa?!"

Seraya menatapnya tajam, gurunya bergumam, "Saka! Balaskan dendam kami!"

"Guru!"

Saka tiba-tiba terbangun. Walaupun tubuhnya masih digerogoti rasa sakit setelah dikeroyok kelompok Boma, namun wajah berlumuran darah gurunya masih terbayang di benaknya.

Ia menyadari matahari telah condong ke barat. Dalam kegelapan malam, Saka segera bangkit sambil memegangi luka-lukanya.

"Aku harus ke perguruan sekarang!"

Dengan tertatih-tatih Saka melangkah menuju tempatnya menimba ilmu silat yaitu perguruan Gagak Lumayung yang dipimpin oleh Ki Aswani yang bergelar Pendekar Gagak Putih.

Sejak kecil Saka hidup dibawah asuhan Ki Aswani. Tidak ingat siapa orang tuanya. Dia hanya tahu sudah sebatang kara sejak kecil.

Bahkan dia juga tidak tahu sejak kapan sang guru merawat dirinya. Mungkin sejak masih bayi.

Butuh waktu sepeminuman teh untuk sampai ke perguruan. Namun, karena kondisi Saka yang masih terluka, jadi agak lambat.

Saka Lasmana tidak peduli dengan luka-luka yang dideritanya. Dia ingin cepat sampai ke perguruannya, sebab mimpi yang ia dapatkan terasa begitu nyata!

Setelah menempuh perjalanan dengan membawa rasa sakit, akhirnya sampai juga di gerbang perguruan.

Namun, Saka Lasmana mematung tak berdaya ketika melihat keadaan yang terjadi di sana.

Dadanya seketika sesak, di hadapannya ia mendapati kenyataan yang sungguh menusuk hati.

"Ti... Tidak! Ini tidak mungkin!"

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sam triono
lanjutkan nulisnya kawan
goodnovel comment avatar
Joy Aira
mantap jg genre novelnya, sdh jarang ada novel tentang dunia persilatan jaman dulu.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status