Share

LEGENDA Pendekar  Kejam
LEGENDA Pendekar Kejam
Penulis: Mr.AXZ

1.

Desa Lembayung Kuning.

Tampak jendela terlihat masih tertutup, tetapi tidak dengan sinar matahari yang berkilauan perlahan menembus celah-celah rumah dan menerangi sebuah kamar tidur yang sangat sederhana.

Seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun sedang tertidur, hingga kemudian kelopak matanya bergerak-gerak dan perlahan sekali terbuka.

Matanya berkedip berkali-kali masih tampak linglung, sebelum akhirnya menggerakkan tubuhnya kemudian terduduk menatap pintu. Tampak ada sesuatu yang dirasa tidak seperti biasa dirasakan anak itu.

Rumahnya tampak sepi dan tidak ada tanda-tanda orang dirumahnya, pintu rumahnya pun tertutup rapat.

Akhirnya ia menyadari mengapa bangun kesiangan, lalu terlihat menggelengkan kepalanya perlahan dan kemudian bersiap untuk memulai harinya.

Untuk memulai hari maka ia butuh energi buat bekerja, tampak di meja hanya ada sisa makanan sisa semalam, daripada dibuang mubazir jadi ia memakannya hingga tuntas tak bersisa. Setelah sarapan ia siap memulai harinya, lalu keluar rumah.

Itu hanyalah hari yang biasa bagi David Lee, bekerja di ladang dan kemudian pulang ke rumah untuk beristirahat.

Namun ketika David tiba di depan rumahnya, dia melihat seorang lelaki tua, berusia sekitar enam puluh tahun, berdiri di depan pintu rumahnya.

"Beraninya kamu masih kembali ke sini?" tampak seseorang yang terlihat tua berbicara dengan nada merendahkan kepada David.

David tampak tidak peduli dan tetap tenang, tidak terpengaruh dengan kalimat orang tua itu, ia tetap berusaha menghormati yang lebih tua darinya.

David berdiri di tempatnya dan menatap Paman Pujo yang tadi menghardiknya.

Paman Pujo, tidak memiliki hubungan darah dengannya, beliau hanyalah seorang lelaki tua yang tinggal bersebelahan yang selalu menjaga David Lee dan kakak nya setelah orang tuanya meninggal.

Melihat sikap David yang hanya diam dan tenang, Paman Pujo menjadi kesal dan terlihat tambah marah membuat matanya menjadi merah.

"Kakakmu sudah pergi selama tiga hari tiga malam, tapi kamu masih biasa saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kenapa kamu tidak perduli sama sekali? Apakah kamu masih punya perasaan?"

Paman Pujo dengan marah menunjuk-nunjuk ke arah David, seperti Kakek yang sedang mengomeli cucunya.

Tiga hari yang lalu, saudara perempuan David pergi ke hutan mencari tumbuhan herbal di dekat desa mereka.

Namun hingga malam tiba, kakak nya tidak juga kembali pulang.

Bahkan di hari kedua, masih tetap sama belum ada kabar tentang dirinya.

Saat itulah Paman Pujo menyadari sesuatu mungkin telah terjadi pada saudara perempuan David.

Namun ketika dia melihat bahwa David tidak melakukan tindakan apa-apa untuk mencari saudara perempuannya itu, dia menjadi curiga.

Kemarin malam, ketika Paman Pujo selesai menanyai penduduk desa lainnya, dia menjadi yakin bahwa sesuatu telah terjadi pada saudara perempuan David.

Kemudian Paman Pujo menemui David di depan rumahnya.

"Kakak mu telah hilang selama tiga hari tiga malam, dan kamu bahkan tidak berusaha mencarinya. Apakah kamu saudara yang baik?" Paman Pujo mencaci-maki David sore itu.

Sedangkan tetangga lainnya hanya keluar rumah dan mendengarkan tanpa ada niat untuk campur tangan.

Mereka tahu bahwa Paman Pujo dan saudara-saudara Lee terlihat cukup dekat.

Seperti hari ini, David berdiri tegak dan dengan mata tenang, dia menghela nafas dan berkata,

"Paman, apa yang kamu ingin aku lakukan? Aku masih anak kecil, usiaku belum genap sebelas tahun. Aku tahu kakak perempuanku hilang di hutan, dan keberadaannya tidak diketahui sampai saat ini."

David mendesah pelan,

“Apa yang yang harus kulakukan? Bahkan jika aku pergi ke hutan mencarinya, aku hanya menjadi santapan hewan-hewan liar itu."

"Kamu... Kamu...!" Paman Pujo kaget dengan jawaban David.

"Bagaimana bisa ada bocah kurang ajar yang tidak tahu berterima kasih sepertimu?"

"Kakakmu bekerja siang dan malam untuk memberi makan dan menjagamu, tapi saat dia dalam masalah, kamu bahkan tidak berpikir dua kali untuk mencarinya!"

David tampak perlahan-lahan menurunkan bahunya mencoba bertahan dari kesedihannya, karena ia merasa tidak mampu berbuat apa-apa.

Wajahnya dipenuhi kesedihan dan ketidakberdayaan.

“Paman, yang kutahu pasti kakak sudah menjagaku dengan baik. Itu sebabnya aku tidak ingin menyia-nyiakan usahanya!”

“Apakah menurutmu kakakku ingin anggota keluarganya yang terakhir juga menghadapi bahaya yang tidak dapat dia atasi sendiri?”

"Apakah kamu benar-benar ingin aku pergi ke hutan dan mempertaruhkan nyawaku, Paman Pujo?"

Suara David pelan dan bergetar. Namun karena kurangnya cahaya menjelang malam hari, Paman Pujo hampir tidak bisa melihat mata David.

Anehnya, mata David tenang dan damai, seperti air di permukaan yang tenang.

Karena marah, suara Paman Pujo terdengar nyaring dan menarik perhatian tetangga sekitar. Ketika Pujo tersadar, dia menyadari banyak mata tertuju padanya.

Meski tidak ada mendekat, Pujo merasakan pandangan warga yang memperhatikannya.

Meminta seorang anak pergi ke hutan sendirian tidak ada bedanya dengan memintanya bunuh diri.

Walaupun David meminta bantuan warga desanya, dia hanya akan menerima kata-kata belasungkawa dan janji-janji yang tidak jelas.

Mereka Pun enggan mempertaruhkan nyawa mereka menjadi santapan hewan buas di hutan.

Kondisi desa ini miskin dan warga desa harus berjuang untuk bertahan hidup setiap harinya, ketika keadaan ada yang genting, ikatan antar warga desa cukup erat, namun sangat disayangkan tidak ada bantuan yang bisa warga berikan untuk kasus David.

Terlebih lagi, beragam ucapan dari para warga yang pasti terdengar,

"Hidup kami sudah sulit, dan kamu ingin kami membantumu menemukan kakak mu yang hilang di hutan? Maaf kami sungguh tidak dapat membantu."

“Aku tidak bisa karena ada anak, istri, dan orang tua aku masih membutuhkan aku untuk menghidupi mereka.”

Karena kemiskinanlah, warga desa akhirnya menjadi tidak peduli, mereka hanya mengurusi kebutuhan mereka masing-masing dan menyambung nyawa untuk hari esok.

Tapi bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk yang aneh. Inilah yang dilakukan Pujo ketika mengkritik David yang hanya diam tidak berusaha mencari saudara perempuannya yang hilang.

Meskipun David tidak meminta bantuan warga desa untuk mencari kakak nya, raut wajah David terlihat dia setidaknya menunjukkan kesedihannya dan ketidak berdayanya seorang anak lelaki yang kini tinggal seorang diri.

Raut wajahnya terlihat kesedihan dan kehilangan, matanya berair, dan dia menjadi lebih diam dari biasanya.

Penduduk desa pun turut merasakan kesedihan dengan diri David.

Mereka sudah mempunyai masalah sendiri, dan karena David sendiri merasa segan untuk meminta bantuan, warga desa pun hanya bisa merasa kasihan di dalam hati.

Malam ini, para tetangga akhirnya mengerti mengapa David bersikap berbeda beberapa hari terakhir ini.

Paman Pujo ini juga sungguh aneh. Meskipun dia telah membantu keluarga David, tampaknya ia tidak benar-benar peduli pada David. Ia hanya memaki David tapi tidak pernah membantu mencari kakak David yang hilang di hutan.

Kalimatnya tidak sesuai dengan kata-kata dan tindakannya.

David menggelengkan kepalanya dan hanya mengabaikan keberadaan Paman Pujo.

David tidak peduli dengan alasan di balik tindakan Paman Pujo, dia juga tidak ingin tahu.

Selama Paman Pujo tidak mencampuri kehidupan sehari-harinya, David anggap itu semua hanyalah angin yang berhembus seperti biasa.

David Lee berjalan menuju pintu rumahnya. Ia melihat paman Pujo masih di luar rumahnya.

Wajah Paman Pujo memerah, tapi dia hanya diam saja menatap David tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Paman Pujo hanya bisa melihat saat David memasuki rumahnya.

Paman pujo berdiri diam sejenak, mulutnya membuka dan menutup seolah-olah sedang mengucapkan kata-kata, tapi tidak ada suara yang keluar.

Paman Pujo menggelengkan kepalanya dan berjalan ke rumahnya sendiri.

Di dalam rumah, David berdiri di belakang pintu, dengan fokus mendengarkan langkah kaki Paman Pujo.

'Tunggu saja beberapa hari lagi. Jika dia tidak menimbulkan masalah, akan ku biarkan saja.'

Kata David dalam hati, wajahnya yang santai dan tenang perlahan membentuk senyuman.'

David pun tidak suka ikut campur dalam urusan orang lain, dan dia hanya peduli dengan urusannya sendiri, karakter yang terbentuk dari lingkungan di desa ini.

Tapi jika seseorang ingin membuat masalah untuknya, David tentu akan mengambil tindakan yang 'diperlukan'.

David meregangkan tubuhnya yang kaku setelah bekerja di ladang.

Seluruh sikapnya tampak berbeda dari apa yang dia tunjukkan di luar.

David terlihat lebih tenang dan bersinar, laksana seorang anak bangsawan yang seharusnya tidak berada disana.

Di daerah yang bukan tempat tinggalnya, di mana dia hanyalah seorang anak kaya raya yang sedang berkelana.

Setelah beristirahat sebentar, dia pergi ke halaman belakang dan mulai berlatih bela diri.

David tidak memiliki guru bela diri yang bisa mengajarinya berlatih seni bela diri.

David hanya mengandalkan ingatannya tentang seni bela diri dari kehidupan sebelumnya.

...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status