Share

Permohonan Maaf

      Rey melajukan mobilnya, ia bergegas menuju kerumah Mey untuk memintanya ikut bersamanya. Namun saat tiba dirumah Mey, ternyata Mey tidak ada di sana. Kehadiran Rey justru membuat bu Dela bingung dan bertanya-tanya.

      "Ada apa Nak Rey? Loh, Meynya mana?" tanya Bunda Dela dengan tatapan menyelidik, ia terlihat celingukan mencari keberadaan putrinya.

      Rey terdiam, ia benar-benar kaget mengetahui kalau Mey tidak pulang kerumahnya. 

      "Pergi kemana dia?" batin Rey.

      "Nak Rey?" panggil bu Dela membuyarkan lamunan Rey.

      "Ahh, saya di suruh Mey untuk mengambil..." Rey memutar otak memikirkan alasan, karena tidak mungkin ia mengatakan bahwa mereka sedang bertengkar.

      "Ohh, ada yang ketinggalan? Ayok masuk Nak Rey kekamar." ajak bu Dela.

      Rey yang belum mendapat alasan yang tepat akhirnya mengikuti bu Dela menuju kamar Mey, kamar Mey terlihat biasa saja untuk ukuran kamar wanita, bahkan kamar Rey masih jauh lebih bersih dari pada kamar Mey. Rey menatap sekeliling, ini pertama kalinya masuk ke dalam kamar seorang wanita. 

      "Jadi Mey suruh ambil apa tadi?" tanya bu Dela lagi.

      Rey memutar bola matanya untuk mencari apa yang mungkin bisa di bawanya sebagai alasan, matanya kini menangkap sebuah boneka Micky Mouse, satu-satunya boneka yang ada di kamar itu. Boneka itu terlihat dekil dan membuat Rey geli sendiri melihatnya.

      "Saya mau ambil itu Bunda, Mey menyuruh untuk mengambilnya." kata Rey menunjuk ke arah boneka itu.

      "Oalah, dasar anak itu. Dia pasti mimpi buruk lagi yah, ini boneka selalu ada di dalam kamarnya sejak dia kecil. Kalau sedang mimpi buruk dan tidak berani menyusul ayah dan bunda ke kamar dia pasti memeluk boneka ini agar bisa tertidur kembali." kata bu Dela sembari mengambil boneka itu.

      "Bisa-bisanya dia tidur dengan memeluk boneka dekil ini, dasar perempuan jorok." ucap Rey dalam hati.

      Rey mengambil boneka yang di serahkan bu Dela kepadanya, tangannya seperti enggan mengambil boneka dekil dan lusuh ini. Namun karena tidak ada alasan lain dengan terpaksa dia mengambilnya. Setelah itu Rey langsung berpamitan untuk pergi kepada bu Dela, namun bu Dela tiba-tiba teringat sesuat, ia kembali ke kamar dan mengambil sebuah tas kecil dan menyerahkannya kepada Rey.

      "Ibu titip ini yah buat Mey." kata bu Dela sedikit malu menyerahkannya.

      "Baik Bunda." kata Rey dan langsung pergi.

      Rey yang sudah ada di dalam mobil kini benar-benar bingung harus mencari Mey kemana, di tengah kebingungannya ia penasaran dengan tas yang di titipkan bunda Mey padanya. Dengan cepat di ambilnya tas itu lalu perlahan di bukanya. 

      "Waaaaa.." teriak Rey kaget dan langsung melempar tas itu.

      Tas itu ternyata berisi pakaian dalam wanita dan sebuah baju tidur malam yang sexy, Rey benar-benar terkejut melihatnya. Ia tidak habis pikir bu Dela akan memberikan itu kepada putrinya, dengan cepat Rey langsung memungut pakaian yang di lemparkannya tadi kembali ke dalam tas. 

      Rey kini mengambil ponselnya, di telponnya pak Dev untuk membantunya untuk mencari keberadaan Mey, pak Dev berjanji akan segera mengabarinya jika berhadil mengetahui keberadaan Mey, akhirnya dengan perasaan kesal Rey memutuskan untuk kembali kerumahnya. 

***

      Mey baru saja tiba di rumah Citra, segera ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Tubuhnya benar-benar lelah saat ini beban pikirannya yang sudah sangat banyak kini bertambah dengan adanya pernikahan ini, Mey memandang langit-langit kamar itu. Bayangan wajah Rey sekelebat muncul dan membuat Mey menjadi kesal.

      "Bagaimana bisa aku menikahi lelaki jahat dan tidak berhati seperti itu?" gerutu Mey kesal, dia meremas-remas bantal yang ada di sampingnya saking emosinya. 

      Mey mengambil ponselnya, ada beberapa panggilan tak terjawab dari pak Dev. Ia tahu pasti apa tujuan pak Dev menelponnya seperti ini, pasti ingin mempertanyakan masalah kontrak bodoh itu. Karena kesal akhirnya Mey memutuskan untuk beristirahat sejenak dan melupakan semua masalahnya. 

      Ddrrrtt.. Ddrttt.. sebuah panggila telpon membangunkan Mey, dilihatnya nama Citra tertera di sana. 

      "Hallo Cit." jawab Mey.

      "Mey kamu dimana sekarang?" tanya Citra dari balik telpon suaranya terdengar panik.

      "Ahh, tentu saja di rumahmu, sepertinya aku ketiduran dan baru terbangun di jam segini." jawab Mey sambil melihat jam yang menunjukan pukul 7 malam. 

      "Mey, apa kau tidak bisa membiarkan Pak Rey untuk masuk saja?" tanya Citra panik.

      "Maksud kamu?" tanya Mey bingung tidak mengerti maksud ucapan Citra.

      "Tetanggaku terus menelpon, katanya ada orang asing yang terus mondar-mandir didepan rumahku, mereka ingin melapor karena resah tapi mereka takut kalau itu adalah keluargaku yang sedang menungguku pulang kantor." ucap Citra menjelaskan. 

      Mey yang kaget langsung berlari ke ruang tamu, di intipnya dari balik jendela dan benar saja ada Rey yang tengah mondar-mandir tidak jelas di depan rumah Citra, sepertinya ia benar-benar ragu untuk masuk dan bertemu dengan Mey. 

      "Kok dia bisa tau aku di sini?" tanya Mey.

      "Entahlah, tadi pak Dev hanya meminta alamatku. Aku juga yang sedang sibuk akhirnya memberikannya tanpa menanyakan alasannya, mungkin saja ia tau kalau kita berdua berteman cukup dekat." kata Citra, Mey terdiam bingung.

      "Pokoknya sebaiknya kamu temui Pak Rey, sebelum tetanggaku curiga dan melaporkannya karena terus mondar-mandir disana." pesan Citra sebelum memetikan telponnya. 

      Mey menarik napas dalam, ia jadi merasa tidak enak pada Citra dan tetangganya karena Rey yang seperti maling terus menatap ke arah rumah Citra. Mey akhirnya memutuskan untuk menemuinya. 

      Rey sendiri sejak tadi terus-terusan berdiri di depan rumah Citra, ia tidak segera masuk karena bingung akan mengatakan apa pada Mey, ia yang terbiasa dingin dan acuh pada orang lain juga tidak tau cara meminta maaf yang benar. Jika dirumah Mey, jelas ada ayah dan bunda yang akan mencairkan suasana, tapi disini Rey yang harus memulai semuanya. 

      Perlahan pintu terbuka, Mey keluar dari dalam rumah Citra dan menghampiri Rey. Rey yang sedang kebingungan justru terkejut melihat Mey. Tatapan Mey benar-benar tajam layaknya tatapan wanita yang sedang marah dan ngambek pada umumnya, membuat Rey semakin kehabisan kata-kata untuk membujuk Mey.

      "Sedang apa Bapak ada di sini?" tanya Mey.

      "Bagaimana kamu tahu kalau aku ada di depan rumah ini?" Rey justru balik bertanya.'

      "Haahhh, Bapak yang mondar-mandir tidak jelas sejak satu jam yang lalu membuat tetangga menelepon Citra karena mengira Pak Rey orang asing yang ingin berbuat jahat di kompleks ini." jawab Mey.

      "Apa wajah tampanku ini terlihat seperti penjahat di mata mereka?" tanya Rey.

      Mey hanya mengangkat bahunya untuk menjawab pertanyaan Rey.

      "Jadi apa tujuan Pak Rey datang kesini?" tanya Mey.

      "Aku.. Aku ke sini." Rey terlihat ragu untuk berbicara, mulutnya benar-benar sulit mengatakan maaf apalagi pada Mey yang merupakan pegawainya di kantor, walaupun saat ini sudah menjadi istrinya.

       "Kalau Bapak belum ingin bicara, aku akan masuk sekarang." ucap Mey dan hendak berbalik masuk.

      "Tunggu." tahan Rey, Mey mengurungkan niatnya dan kembali menatap suaminya tersebut.

      "Aku minta maaf atas ucapanku tadi." kata Rey pelan.

      "Dan aku juga ingin mengajakmu kembali kerumah dan berpura-pura menjadi istriku." tambah Rey meminta.

      "Kenapa tiba-tiba Pak Rey berubah pikiran?" tanya Mey, tidak ingin luluh begitu saja.

      "Aku tidak pernah berubah pikiran sejak awal, kamulah yang berubah pikiran Mey." 

       Mey terdiam, benar juga apa yang di katakan Rey dialah yang berubah pikiran.

      "Tolong bantu aku kali ini Mey." pinta Rey lembut dan penuh ketulusan, kali ini ia benar-benar melakukan sebagaimana yang di katakan oleh Pak Dev padanya.

      "Mmm, entahlah, sepertinya aku sudah tidak bisa membantu Pak Rey lagi." kata Mey senang, kali ini permainan di menangkan oleh Mey. Ia berhasil membuat seorang Rey meminta maaf pada orang lain. Padahal selama ini ia di kenal sangat dingin dengan sipapun.

      "Mey." panggil Rey frustasi, di ingatnya pesan maminya tadi siang.

      Mey tidak menjawab apa-apa, ia hanya berbalik menuju kedalam rumah dan meninggalkan Rey sendirian. Rey menarik napas dalam, sepertinya kali ini ia tidak akan bisa lagi menyelesaikan semua kekacauan ini, Rey memutuskan untuk berbalik pergi meninggalkan rumah Citra, sampai tiba-tiba Mey kembali keluar dan memanggilnya.

      "Aku tunggu besok pagi jam 7 di sini, jangan sampai lambat yah Pak. Kalau lambat takutnya aku akan berubah pikiran lagi." pesan Mey dengan senyum tergambar di wajahnya.

      Rey yang melihat senyuman Mey benar-benar merasa lega dan bersyukur, akhirnya Mey mau ikut dengannya dan itu artinya mami dan papinya tidak akan lagi memarahinya hingga mengancam akan menggantikan posisinya di perusahaan.

      "Baiklah, aku akan datang setengah jam sebelumnya." jawab Rey membalas senyuman Mey.

      

      

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status