Share

Keluarga Suami

      Rey tiba di rumahnya, ia langsung di sambut tatapan tajam nyonya Serly dan tuan Will. Rey berusaha mengabaikan tatapan tajam itu, namun semakin di abaikannya semakin risih saja Rey di buatnya. Kemanapun Rey melangkah tatapan itu mengikuti dan mengintimidasinya.

      "Mami, Papi, jangan tatap aku seperti penjahat begitu dong." protes Rey tidak tahan lagi.

      Mami mendekatinya

      "Dimana menantu Mami?" tanya nyonya Serly dengan tatapan kesal, Rey menghelas napas.

      "Besok aku jemput dia, Mami tenang saja." 

      "Ehemm, jangan coba-coba berbohong kepada kami Rey." kata tuan Will dengan suara datar.

      "Iya, Rey tidak bohong." 

      Saat mereka sedang serius berbicara, sepupu Rey Exel muncul dari arah pintu depan.

      "Halo Tante." sapanya dengan senyuman lebar, ia langsung memeluk nyonya Serly. Rey yang anak kandungnya bahkan tidak semanis itu saat bertemu dengan maminya.

      "Ohh, sayang. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu tiba dari London hari ini." ucap nyonya Serly.

      "Iya, harusnya biar om sama tante bisa menyiapkan makanan untukmu." kata tuan Will.

      "Ahh, aku ingin membuat kejutan untuk kalian. Jadi aku memutuskan untuk datang tanpa memberitahu." jawab Exel.

      Rey menatap Exel dengan tidak senang, sejak dulu ia memang tidak pernah akrab dengan Exel. Menurut Rey Exel seperti orang yang bermuka dua di hadapannya, di depan orang tua Rey ia selalu bersikap bersahabat dengannya tapi di belakang ia selalu membuat Rey kesal padanya.

      "Hey, pengantin baru. Dimanakah saudara iparku yang cantik itu?" tanya Exel dengan akrab, bertolak belakang dengan sikap Rey.

      Rey tidak menjawab pertanyaannya dan langsung melenggang pergi, namun tiba-tiba ucapan Exel menghentikannya.

      "Rey, apa kamu mengenal Jo? Jonathan?" tanya Exel, Rey terdiam sesaat.

      "Apa urusanmu dengannya?" tanya Rey dengan nada dingin.

      "Ohh, aku tak sengaja bertemu dengannya di London, tenyata temanku mengenalnya. Lalu saat kami bertemu dan mengetahui aku sepupumu ia langsung menanyakan kabarmu." kata Exel tersenyum.

      "Apa kau mengenalnya?" tanya Exel lagi berusaha mendapatkan jawaban Rey.

      "Ya, dia temanku saat di Amerika dahulu." kata Rey.

      "Sudah ngobrolnya, sekarang waktunya makan malam, ayo Rey dan Exel." ajak nyonya Serly.

      "Silahkan, kalian saja yang makan." jawab Rey dingin dan langsung pergi meninggalkan mereka. Exel kini menatap penuh selidik kepada Rey.   

      Rey masuk ke dalam kamarnya dan langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa kamarnya, kehadiran Exel sudah cukup membuat Rey kesal, di tambah pertanyaannya juga membuat Rey semakin meradang. 

      "Apa yang sedang kau cari tahu Exel?" gumamnya, Rey yang merasa lelah kini mulai memejamkan matanya. 

***

      Rey tiba pukul 6 pagi, satu jam lebih cepat dari waktu yang di tentukan Mey. Citra mengintip dari balik jendela seakan tidak percaya melihat presdir kantornya yang dulu bahkan tidak pernah ditemuinya secara langsung dan hanya sebatas melihat saja kini berdiri di depan rumahnya. Gaya Rey yang maskulin, ditambah pakaiannya yang klimis dan rapi, serta kaca mata hitam yang menjadikannya keren membuat aura presdirnya memang tidak bisa di bantah lagi.

      "Ohh, betapa tampannya suami orang." kata Citra, Mey yang saat itu baru saja selesai mandi langsung terkejut.

      "Apa dia sudah datang?" tanyanya, Citra mengangguk dan Mey langsung ikut mengintip dari jendela.

      "Dia bahkan menjemputku dengan pakaian seakan hendak bertemu rekan bisnisnya." kata Mey sedikit tidak nyaman melihat penampilan Rey.

      "Bukankah semua wanita menyukai pria seperti itu?" tanya Citra yang tidak mengerti dengan ucapan Mey.

      "Sudahlah, aku akan segera bersiap." 

      Setengah jam kemudia Mey sudah selesai bersiap dan langsung menghampiri Rey.

      "Sepertinya aku seperti suamimu sungguhan yang menunggumu berdandan begitu lama." kata Rey menyindir.

      "Aku menyuruh Bapak untuk datang jam 7 pagi, bukan jam 6 pagi. Jadi bukan salahku jika Bapak harus menunggu lebih lama." jawab Mey tidak mau kalah.

      "Selamat pagi pak Rey, saya Citra salah satu pegawai Pak Rey di kantor tepatnya di divisi keuangan." kata Citra memperkenalkan diri.

      "Ohh hallo Citra, maafkan istriku sudah merepotkanmu sejak kemaren." kata Rey tersenyum pada Citra, Mey langsung mendengus sebal mendengar ucapan Rey.

      "Tidak papa Pak Rey, Mey adalah salah satu sahabat saya." kata Citra senang mendapat respon baik dari presdir perusahaannya.

      Setelah berpamitan mereka langsung menuju kediaman Rey.

      "Bagaimana kontraknya?" tanya Mey.

      "Nanti kita bahas setelahnya, mami dan papiku sudah tidak sabar menunggu kedatangan menantu kesayangannya." kata Rey masih tetap fokus menyetir, Mey terdiam.

      Mendengar hal itu membuat Mey langsung gugup dan gelisah, ia tidak pernah mengenal orang tua Rey sebelumnya layaknya seorang menantu pada umumnya. Ia bahkan baru bertemu mereka setelah upacara pernikahan, namun ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Setibanya di sana benar saja, nyonya Serly dan tuan Will langsung menyambut kedatangan Mey. Mey menggunakan dress cantik berwarna pastel, benar-benar sangat cocok dengan wajah cantik Mey, tapi sepertinya Rey bahkan tidak melihat kecantikan Mey sama sekali.

      "Sayangku, selamat datang di kediaman barumu." kata nyonya Serly begitu senang. Ia bahkan langsung memeluk Mey.

      "Jika Rey berbuat sesuatu padamu, jangan segan untuk menyampaikannya kepada kami Mey." kata tuan Will dengan raut wajah bahagia saat melihat Mey, namun seketika berubah tajam saat berganti menatap Rey.

      Mey hanya tersenyum dan mengangguk pelan, dalam hati ia berkata "Sebahagia inikah mereka punya menantu? Bahkan meskipun menantu dadakan sepertiku."

      Rey merasa tersinggung mendengar ucapan papinya, tapi ia menyadari perasaan tidak nyaman dari wajah Mey yang belum begitu akrab dengan orang tuanya,  sadar akan situasi Rey langsung mengajak Mey kekamarnya.

      "Aku akan mengajak Mey menuju ke kamar." kata Rey, Rey langsung memberikan kode kepada Mey untuk mengikutinya. 

      "Iya, sebaiknya Mey beristirahat di kamar." kata tuan Will, memberikan isyarat mata kepada istrinya. Nyonya Serly langsung tersenyum malu-malu dan mengangguk.

      Mey mengikuti langkah Rey, namun tiba-tiba seorang pria menyapanya dengan ramah.

      "Hay Kakak ipar." sapanya dengan ramah.

      "Hallo." jawab Mey ramah, Mey menyadari perubahan raut wajah Rey tapi ia berusaha untuk mengabaikannya.

      "Kamu pasti Mey, perkenalkan namaku Exel." Exel mengulurkan tangannya ke arah Mey, Mey dengan senang hati meraih tangan Exel. Tapi anehnya Exel menggenggam tangan Mey begitu lama, bahkan saat Mey ingin melepaskannya Exel terus menggenggamnya erat sambil tersenyum penuh makna ke arah Mey, hal itu membuat Mey sedikit merasa tidak nyaman. 

      "Sudah lepaskan!" kata Rey dan langsung menarik tangan Mey.

      "Wow galaknya." goda Exel, namun wajah Rey tidak senang sama sekali.

      "Baiklah, nanti kita ngobrol lagi yah Mey. Bye." kata Exel dan langsung pergi, sebelum pergi ia sempat melambaikan tangan ke arah Mey, Mey hanya menatapnya heran.

      Rey dan Mey sempat terdiam sesaat, tanpa sadar Rey masih terus memegang tangan Mey. 

      "Ehem." Mey berdehem memberikan kode agar Rey segera melepas tangannya.

      Rey yang sadar langsung melepas tangan Mey, ia pun langsung melangkah menaiki tangga menuju ke kamarnya. Saat tiba di depan kamar Rey, Mey terlihat sibuk mencari sesuatu.

      "Di mana ponselku tadi?" tanya Mey sambil merogoh tasnya, kini pandangannya fokus pada isi tasnya.

      Rey langsung membuka pintu kamarnya, mata Rey sontak terbelalak melihat kamarnya. Tatapan Rey bahkan seperti baru saja melihat hantu, dengan cepat ia langsung menutup pintu kamarnya kembali.

      "Apa-apaan semua ini?" batin Rey kesal dan malu.

      Mey yang kaget melihat Rey langsung menutup pintu kamarnya setelah sempat membukanya tadi membuat Mey penasaran. Wajah Rey juga terlihat memerah padam.

      "Ada apa?" tanya Mey.

      "Jangan sampai wanita ini melihatnya!" ucap Rey membatin.

      "Sebaiknya kamu menungguku di meja makan, kamu belum sarapan bukan?" kata Rey tiba-tiba berubah baik, padahal sejak tadi ia bahkan tidak menanyakan apa Mey sudah makan atau belum. Hal ini membuat Mey justru penasaran.

      "Minggir Pak Rey." kata Mey dengan tatapan penuh selidik.

      Rey tidak bergeming, ia tetap berdiri memasang badannya didepan pintu agar Mey tidak bisa lewat. Tapi hal itu justru semakin membuat Mey penasaran dan bertekad untuk melihat apa yang di sembunyikan Rey di kamarnya. 

      "Mau coba menyembunyikan sesuatu dariku? Tidak akan bisa!" batin Mey.

      Mey kini menatap tajam pada Rey yang wajahnya masih memerah.

      "Sebaiknya Bapak minggir sekarang juga." kata Mey tegas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status