Share

Suami Istri

      Mey tercengang dengan kemampuan Rey memanipulasi jawabannya di hadapan ayah dan ibunya, dengan cepat mereka mengerti dengan keadaan yang menyebabkan pernikahan dadakan itu. Rey mengatakan bahwa awalnya dia di jodohkan oleh Silvia, tapi karena rasa cintanya pada Mey membuatnya berani berbuat nekat untuk menghadirkan Mey sebagai mempelai wanitanya di acara pernikahannya sendiri agar orang tua Rey tidak bisa berbuat apa-apa di depan awak media dan akhirnya terpaksa membiarkan Rey menikahi wanita yang di cintainya yaitu Mey. Ia juga mengatakan bahwa dirinya tidak ingin melibatkan orang tua Mey dalam masalah percintaan mereka, Mey hanya geleng-geleng kepala mendengar semua kebohongan Rey. 

      "Bunda sempat berpikir kalau Mey tidak akan mudah mendapatkan pasangan karena Mey yang terlalu pemilih." ucap bu Dela tiba-tiba. Rey tertawa mendengar ucapan bundanya Mey, ia bahkan melirik Mey dengan tatapan mengejek.

      "Bunda.. Kan mencari pasangan itu harus hati-hati, Bunda gak mau kan Mey batal menikah karena salah pilih pasangan? apalagi sampe di tinggal kabur saat hari pernikahan." jawab Mey menyindir Rey, bu Dela yang tidak mengerti maksud putrinya itu hanya mengangguk mengiyakan ucapan Mey.

      Rey langsung menatap sinis ke arah Mey yang sudah berani menyindirnya. 

      "Apa kamu tidak lagi melihatku sebagai bosmu di kantor?" bisik Rey marah. 

      "Bukankah Pak Rey adalah suamiku sekarang? Bapak bilang akan menjalaninya dengan serius." balas Mey berbisik tak mau kalah. 

      "Mmm, sepertinya kami harus kembali ke hotel lagi Ayah, Bunda." pamit Rey, ia mulai fasih memanggil orang tua Mey dengan panggilan ayah dan bunda. 

      "Ohh iya Nak Rey, tolong jaga Mey yah." kata pak Anjas berpesan. 

      "Baik Ayah, secepatnya saya akan mengundang Ayah dan Bunda untuk bertemu dengan orang tua saya." kata Rey sebelum pergi.

      "Baiklah Nak Rey." jawab bu Dela  tersenyum.    

       Rey hendak pergi saat di sadarinya Mey terlihat hanya diam tidak mengikuti langkahnya. Pak Anjas dan bu Dela juga ikut menatap Mey yang seperti tidak mengerti dengan situasinya.

      "Apa kamu tidak akan ikut dengan suamimu?" tanya bu Dela.

      "Ahh iya Bunda, ini Mey mau ikut." jawab Mey.

      Mey yang baru ingat kalau ia sekarang sudah bersuami langsung bergegas masuk ke dalam kamar dan mengambil beberapa lembar pakaian. Sebelum pergi bunda sempat berbisik padanya.

      "Jangan lupa buatkan bunda cucu yang ganteng seperti suamimu itu." pesan Bunda di telinga Mey, Mey sontak panik mendengarnya dan langsung tertawa garing, segera di tariknya Rey untuk pergi dari rumahnya itu.

      "Ternyata keluargamu cukup unik." ucap Rey saat mereka sudah didalam mobil.

      "Keluarga pak Rey juga sama uniknya." jawab Mey malas.

      "Maksud kamu?" tanya Rey tidak mengerti.

      "Ahh bukan apa-apa." ucap Mey, bagi Mey keluarga Rey sama anehnya. Mereka menganggap pernikahan anaknya seperti hal yang biasa saja bahkan sekalipun mempelai wanitanya kabur dan anaknya menikahi wanita lain mereka tetap menganggap semuanya baik-baik saja.

      "Apakah kontraknya sudah siap?" tanya Mey.

      "Mungkin sebentar sudah ada." jawab Rey.

      Rey tiba-tiba menatap Mey dingin, ia sadar perubahan sikap Mey yang sepertinya tidak lagi melihatnya sebagai atasannya di kantor. Sejak tadi bahkan Mey berbicara dengan bahasa yang santai tanpa rasa segan sama sekali.

      "Apa kamu sudah lupa bahwa aku atasanmu di kantor Mey?" tanya Rey.

      "Yaa.. pak Rey adalah atasan saya di kantor dan di luar kantor bapak tetaplah suami saya." jawab Mey santai. 

       Rey terperangah mendengarnya, ia tidak habis pikir ada orang yang berani bertingkah seperti itu di depannya apalagi orang itu adalah pegawai di kantornya. Mey tersenyum lebar ke arah Rey, bagi Mey ini adalah medan pertempuran yang sudah dipilihnya sejak beberapa jam yang lalu maka dia akan berjuang keras untuk memenangkan pertempuran bodoh ini.

      Mey tidak akan membiarkannya di tindas oleh Rey yang saat ini berstatus sebagai bos sekaligus suaminya itu, ia bahkan sudah mempertaruhkan masa depan dan juga impian pernikahan yang sudah di bangunnya sejak dulu hanya karena ingin menolong Rey. Jadi Mey berharap Rey bisa sedikit berterimakasih padanya. 

      "Bapak bilang akan menjalaninya dengan serius bukan? maka saya pun akan menjalani peran saya dengan serius." kata Mey dengan sangat berani. Rey menghela napas, sadar sepertinya wanita ini serius ingin bermain-main dengannya. 

      "Baiklah." kata Rey dan langsung melajukan mobilnya menuju hotel. 

       Rey mengajak Mey menuju ke kamar hotel tempat mereka akan menginap sebagai sepasang suami istri malam ini. Saat tiba di depan kamar mereka, Mey terlihat ragu dan takut untuk masuk ke dalam, ia bahkan belum siap untuk menjadi seorang istri dan sekarang dia justru menjadi istri presdir di perusahaanya. Keberaniannya di dalam mobil tadi seakan lenyap tertiup angin. 

      "Apa kamu berubah pikiran? Katamu kamu akan melakukannya dengan serius." tanya Rey, ia berdiri tepat di belakang Mey yang masih berdiri mematung di depan pintu kamar hotel.

      "Bukankah kamu harus bersiap untuk malam yang panjang ini istriku?" bisik Rey, Mey yang merasa tertantang itu langsung meraih kunci kamar di tangan Rey dan membuka pintu kamarnya.

      "Siapa takut?" batin Mey. 

      Rey tertawa melihat tingkah Mey, diikutinya langkah Mey masuk ke dalam kamar hotel. Mey yang berusaha mengumpulkan semua keberanian didalam dirinya justru terduduk kaku di sofa kamar. Rey sendiri terlihat santai, setelah meletakkan koper miliknya ia langsung membuka pakaiannya tanpa ragu di depan Mey, Mey sontak berteriak dan menutup wajahnya.

      "Apa Pak Rey tidak bisa berganti di kamar mandi saja?" tanya Mey masih menutup matanya. 

      "Tidak bisa! Aku akan berganti dimanapun aku mau, bukankah seharusnya kau senang melihat tubuh suamimu yang atletis ini?" tanya Rey menggoda Mey. 

      Mey yang panik langsung berdiri dan mendorong Rey menuju ke kamar mandi, Rey sempat menolak tapi Mey terus mendorongnya sambil tetap memejamkan matanya dan akhirnya ia justru tak sengaja mendorong Rey ketempat tidur. Mey yang kehilangan keseimbangan juga ikut terdorong dan kini tubuhnya justru dalam posisi menindih tubuh Rey, dada bidang Rey yang sedang tidak tertutup baju itu terasa hangat di tubuh Mey.

      Mey sontak membuka matanya, kini dia bisa melihat jelas wajah Rey yang tampan dan tubuhnya yang atletis dengan sangat dekat. Iris mata Rey berwarna kecoklatan, rambutnya yang hitam mengkilat dan tertata rapi serta garis wajah yang tegas membuat wajah Rey terlihat begitu tampan.

      Mey ingat bahwa bos nya ini memang terkenal tampan menurut para teman-temannya di kantor, tapi ia tidak pernah menyadarinya sampai hari ini ia melihatnya sendiri dengan jarak yang sangat dekat. Mey menatap mata Rey cukup lama, ia bisa merasakan napas Rey di wajahnya hal itu membuat wajah Mey spontan memerah karena malu.

      "Apa kamu sudah sangat tidak sabar istriku?" tanya Rey membuyarkan lamunan Mey. 

      Mey yang sadar dengan posisi mereka saat ini langsung bangkit dan berbalik membelakangi Rey.

      "Bukankah sudah ku bilang Bapak sebaiknya ganti pakaian di kamar mandi?" kata Mey tergagap.

      "Baiklah, aku akan berganti pakaian di kamar mandi seperti permintaanmu." kata Rey kesal dan langsung bangkit dari tempat tidur. 

      "Setelah ini kamu sebaiknya mandi." kata Rey lagi. Mey langsung kaget mendengarnya.

      "Untuk apa Pak Rey menyuruhku mandi?" tanya Mey panik.

      "Hahhh. Apa kau akan tidur di sampingku dengan aroma keringatmu itu?" tanya Rey heran, Rey langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

       Mey terdiam dan sedikit tersinggung dengan ucapan Rey, tapi ia juga membenarkan perkataannya, ia tidak mungkin tidur dalam keadaan tubuh berkeringat seperti ini. Mey merasa sepertinya ia terlalu berpikiran negatif, di elusnya dadanya yang masih berdebar-debar tidak karuan.       

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status