Home / Romansa / LILY / BAB 8

Share

BAB 8

Author: Anputri
last update Last Updated: 2021-10-21 12:13:17

Mereka akhirnya sampai di rumah Rachel. Aunty Sera berencana tinggal di sini selama dirinya di Jakarta. Sebenarnya Aunty Sera memiliki rumah di Jakarta. Tetapi, wanita itu malas jika harus di rumah sendirian apalagi di sana banyak kenangan dengan mantan suaminya. Aunty Sera sudah lama bercerai dengan suaminya semenjak dua tahun yang lalu.

Alasan mereka bercerai adalah mantan suaminya yang selingkuh dengan wanita lain. Miris sekali nasib Aunty Sera, bahkan sampai sekarang wanita itu belum ingin memulai hubungan dengan lelaki manapun. Itulah sebabnya dia menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Lily kagum dengan tante dari sahabatnya itu, menurutnya Aunty Sera sudah seperti kakak dan idola bagi dirinya.

Rachel masuk ke dalam rumah terlebih dahulu dan disusul Lily serta Aunty Sera. Di ruang tamu sudah ada Bunda Santi yang menyambut kedatangan mereka. “Selamat datang adikku tersayang. I miss you,” ujar Bunda Santi sambil merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan adiknya. “Miss you too, bagaimana kabar kakak?” ucap Aunty Sera. Lily dan Rachel yang melihat kedua wanita itu tersenyum geli.

“Kabarku baik. Bagaimana denganmu? aku lihat kamu semakin kurus,” kata Bunda Santi.

“Aku baik-baik saja dan jangan bahas mengenai berat badanku, aku merasa nyaman dengan berat badanku saat ini jadi tidak perlu khawatir,” jelas Aunty Sera.

“Oke baiklah, apapun itu aku akan mendukungmu asalkan kamu bahagia dengan kehidupanmu saat ini,” ujar Bunda Santi.

“Ekhm ... masih ada orang di sini,” sindir Rachel.

“Maaf sayang soalnya Bunda sudah lama tidak bertemu dengan Aunty Sera,” kilah Bunda Santi.

"Kamu akan lama berada di Jakarta kan Ser?" tanya Bunda Santi lagi setelah memberi pengertian pada anak satu-satunya itu.

"Rencananya sih begitu kak, karena aku akan membuka cabang baru di sini," balas Aunty Sera.

"Oh benarkah? kakak bangga dengan kamu. Butikmu sekarang semakin berkembang pesat," puji Bunda Santi.

"Kakak bisa saja, ini semua karena kerja keras semua karyawanku dan tentunya keponakanku serta temannya itu," ucap Aunty Sera dengan tersenyum manis.

"Ckckck ... sudahlah ayo kita makan siang, perutku sudah sangat lapar," ucap Rachel.

"Oke baiklah ayo kita makan siang terlebih dahulu dan kita lanjutkan bicaranya setelah makan," kata Bunda Santi.

Mereka berjalan menuju meja makan yang sudah tersedia berbagai makanan. Makanan tersebut sudah Bunda Santi siapkan dan dirinyalah yang memasaknya sendiri dengan bantuan pembantu di rumah. Wanita itu menyiapkan makanan yang khusus untuk menyambut kedatangan adik tercintanya itu. Hal tersebut karena sudah lama adiknya tidak berkunjung ke sini dan karena itu dirinya ingin memberikan yang terbaik untuk adiknya.

"Ah ... rasanya perutku ingin meledak, ini enak sekali kak. Sudah lama aku tidak makan seperti ini," ucap Aunty Sera.

"Salah siapa yang tidak pernah pulang dan nyaman di negara lain," sindir Bunda Santi.

Aunty Sera yang mendengarkan itu hanya tersenyum geli dengan sindiran kakaknya itu. Bukannya dia nyaman di negara lain tetapi karena memang dirinya harus mengurus butiknya di sana. Sebenarnya dirinya ingin sekali pulang dan berkumpul bersama keluarganya. Oleh karena itu, dirinya bekerja keras sampai malam untuk menyelesaikan pekerjannya disana dan pulang ke Indonesia untuk menemui keluarganya dalam waktu yang lama.

Setelah makan siang, Aunty Sera mengajak Rachel dan Lily untuk mengobrol mengenai butik di gazebo dekat kolam renang. Sedangkan, Bunda Santi pergi ke kamar untuk istirahat. Aunty Sera ingin membicarakan rencanannya yang ingin membuka cabang butik baru dan merenovasi butik tempat Lily dan Rachel bekerja. Dirinya juga ingin meminta saran terkait asisten yang akan membantu pekerjaan Lily dan Rachel beberapa hari ke depan.

"Apa yang ingin Aunty bicarakan?" tanya Rachel setelah mereka bertiga sudah duduk di gazebo.

"Jadi begini seperti yang kalian ketahui jika Aunty akan membuka cabang baru dan merenovasi butik tempat kalian bekerja. Aunty tidak mungkin mengerjakan semuanya sendirian dan karena itu Aunty membutuhkan bantuan kalian," jelas Aunty Sera dengan wajah serius.

"Tentu saja kami akan membantu, bukan begitu Chel?" tanya Lily.

"Iya tentu saja kami akan membantu Aunty mengerjakan itu semua," ucap Rachel.

"Terima kasih sudah membantuku," balas Aunty Sera dengan tersenyum.

"Tidak perlu sungkan kepada kami Aunty. Jadi apa yang harus kami lakukan?" tanya Lily.

Aunty sudah mengurus pembangunan cabang baru dan sekarang sudah selesai tahap pembangunannya. Mungkin dalam beberapa hari ke depan kita akan disibukkan dengan persiapan pembukaan cabang baru,” jelas Aunty Sera.

Aunty sejak kapan pembangunan cabang buttik baru dimulai?” tanya Rachel.

“Mungkin sekitar 7 bulan yang lalu. Sebenarnya Aunty sudah berencana sejak 1 tahun yang lalu tapi baru terlaksana beberapa bulan belakangan ini,” ucap Aunty Sera.

“Oh jadi begitu,” kata Rachel.

Aunty dari kemarin sudah memikirkan ini baik-baik. Aunty rasa kalian membutuhkan asisten untuk membantu pekrjaan kalian. Pekerjaan kalian akan semakin bertambah menginggat adanya pembukaan cabang baru dan renovasi butik tempat kalian bekerja,” kata Aunty Sera.

“Rachel setuju. Jujur saja membayangkannya membuat Rachel tidak sanggup. Apalagi Lily harus menjaga kondisi kesehatannya,” ucap Rachel.

“Lily terserah Aunty saja,” ujar Lily.

“Oke, Aunty akan segera mencarikan asisten untuk kalian,” ucap Aunty Sera.

Keesokan harinya Aunty Sera sedang berada di dalam ruangannya yang berada di butik tempat Lily dan Rachel bekerja. Hari ini dia berencana untuk mencari asisten baru untuk Rachel dan Lily. Selain itu, dirinya juga harus pergi ke cabang butik baru untuk melihat persiapan pembukaan minggu depan. Membayangkan betapa sibuk pekerjaannya membuat dirinya pusing.

Rachel dan Lily kemarin sudah merekomendasikan orang yang bisa diandalkan untuk menjadi asisten mereka. Rara dan Bunga adalah orang yang menurut mereka bisa diandalkan untuk menjadi asisten. Mereka adalah karyawan di butik. Aunty Sera juga tidak keberatan dengan pilihan tersebut tetapi dirinya tetap harus mengetahui kemampuan dari Rara dan juga Bunga.

Alasan itulah yang membuat dirinya berada di sini. Setelah melihat riwayat pekerjaan Rara dan Bunga selama di sini dan juga berbicara dengan mereka beberapa saat lalu membuat dirinya yakin untuk merekrut mereka berdua. Saat sedang berpikir mengenai Rara dan Bunga, tiba-tiba pintu ruangannya diketuk. “Masuk,” ucap Aunty Sera. Pintu perlahan dibuka dan memperlihatkan Rachel serta Lily masuk ke dalam ruangannya.   

“Apakah kami mengganggu Aunty?” tanya Lily.

“Oh tentu saja tidak, ada apa kalian ke sini?” tanya Aunty Sera.

“Kami ingin ikut Aunty pergi ke cabang butik baru,” ujar Rachel.

“Apa boleh Aunty?” tanya Lily setelah melihat belum ada jawaban dari Aunty Sera.

“Tentu saja boleh,” ucap Aunty Sera dengan memperlihatkan senyumnya.

Setelah melakukan perjalanan selama 45 menit akhirnya mereka sampai di cabang butik. Aunty Sera memang memiliki beberapa cabang di New York tetapi di Indonesia hanya memiliki dua cabang satu di Surabaya dan satu lagi yang akan dibuka minggu depan. Tempat Lily dan Rachel bekerja adalah pusat dari butik milik Aunty Sera yang bernama A&S Collection. Nama itu sendiri adalah singkatan dari Andara Sera. Nama panjang dari Aunty Sera.

“Wah luas sekali butiknya,” ujar Rachel.

“Iya benar. Aunty memang keren,” puji Lily.

“Bisa aja kalian. Yuk kita masuk ke dalam,” ajak Aunty Sera.

Mereka berjalan menuju ke dalam butik. Saat akan melihat lebih jauh, seorang pekerja di sini memberitahukan kepada Aunty Sera jika lantai atas masih harus diperbaiki karena ada saluran air yang bocor. Perbaikan tersebut membutuhkan beberapa hari karena beberapa pekerja juga harus menyelesaikan pekerjaan yang lainnya. Hal tersebut membuat kepala Aunty Sera semakin pusing.

Jika masih ada perbaikan yang harus diselesaikan maka akan membuat pembukaan cabang baru ini ditunda. Belum lagi meletakkan berbagai properti dan koleksi pakaian di dalam butik. Dirinya rasa dalam waktu yang kurang dari 7 hari lagi akan sulit untuk menyiapkan pembukaan cabang butik baru. Lalu apa yang harus dilakukannya?. Apakah dirinya harus menunda pembukaan cabang baru?. Mungkin dirinya harus memikirkannya secara baik-baik dengan melihat kondisi dan resiko yang akan terjadi.  

Anputri

Terima kasih yang sudah membaca ceritaku. Jika ada kesalahan dalam ceritaku kalian bisa beri komentar aku akan sangat senang jika kalian memberitahuku.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LILY   BAB 46

    Kedua pasangan itu tampak tergugu setelah mendengarkan perkataan wanita paruh baya itu. Salah tingkah yang kini Bara rasakan. Sedangkan Lily pun juga sama tapi ada hal lain yang mengganggunya. Tentu saja gadis itu mencoba untuk menutupinya. “Apa mama salah bicara?” tanya mama Bara. Bukan tanpa alasan mama Bara bertanya seperti itu, karena kedua pasangan itu langsung diam setelah dirinya bertanya seperti itu. “Bukan seperti itu ma, hanya saja kami belum punya pikiran seperti itu,” jelas Bara. “Ohh begitu .... sudah saatnya kalian memikirkan masa depan, ingat! umur kalian tidak muda lagi, lagipula mama juga ingin cepat-cepat punya cucu,” papar mama Bara. “Astaga, tadi ditanya nikah sekarang cucu! Bisa gila dirinya,” batin Bara. Disisi lain Lily tertawa canggunng melihat anak dan ibu itu. Entahlah dirinya merasa aneh karena mereka membicarakan mengenai masa depan. Lily saja merasa pesimis dengan masa depannya. Andai penyakitnya tidak hadir dalam hidupnya, mungkin ia akan merancang mas

  • LILY   BAB 45

    Sosok perempuan yang baru saja menghampiri meja mereka membuat suasana hening seketika. “Hai,apa kabar kalian?” sapa perempuan itu lagi. Perkataan perempuan itu membuat mereka tersadar kembali. Rayhan menolehkan kepalanya ke arah Dany, seolah meminta penjelasan mengenai perempuan itu. Dany yang ditatap hanya meringis kecil.“Ekhem ... hai juga Kiara!” balas Dany dengan senyum yang terkesan dipaksa. Kiara memandang keduanya dengan tatapan senang, sedangkan salah satu sosok laki-laki di depannya itu sepertinya tidak begitu menyukai keberadaannya. Terlihat jelas tatapan datar yang ditujukan padanya. Padahal dulu hanya tatapan memuja yang sering didapatkannya dari sosok laki-laki itu.Jauh sebelum Kiara mengenal Bara dan Dany, ia mengenal Rayhan lebih dulu. Sosok sahabat yang selalu mendukungnya dan selalu ada disampingnya. Namun, semua itu musnah saat Rayhan menyatakan perasaannya pada Kiara. Tidak ada yang murni dari persahabatan antara perempuan dan laki-laki. Entah salah satu atau ked

  • LILY   BAB 44

    Cahaya matahari sudah mulai nampak yang menandakan hari telah berganti. Seorang perempuan menatap langit-langit kamar dengan mata sayunya. Sejak semalam kedua mata itu belum menutup sama sekali. Entah seperti apa penampilannya sekarang. Ia yakin pasti rupanya sudah seperti zombie.Sambil mendengus kesal, ia menyampirkan selimut yang sejak semalam bertengger manis menutupi kedua kakinya. Kaki kecilnya mulai menginjak lantai yang dingin karena pendingin ruangan yang menyala di kamarnya. Berjalan sampai di depan pintu balkon, ia menyibak gorden yang menutupi pintu balkon yang terbuat dari kaca itu.Terlihat orang sedang berlalu lalang di jalanan. Banyak orang yang sudah melakukan aktivitasnya. Apalagi matahari sudah mulai terik, tandanya para pekerja akan kembali memulai pekerjaan mereka. Begitu juga dengan Lily, dengan semangat yang membara ia memasuki kamar mandi unuk membersihkan diri.Ia meringis melihat penampilannya di cermin. Sangat menyedihkan! Kantung mata yang menghitam, wajah

  • LILY   BAB 43

    Dany berusaha menyadarkan Bara yang sejak tadi termenung memandangi wanita paruh baya yang ada di depan mereka. Dany mengakui jika wanita itu sangat cantik, bahkan masih terlihat muda meskipun usianya sama dengan kedua orang tuanya. Tapi, tetap saja yang dilakukan Bara terlihat memalukan. Apalagi sahabatnya itu sudah punya kekasih.Tunggu! Berbicara mengenai Lily, mengapa wajah wanita paruh baya di depannya terlihat mirip dengan Lily. Dany terus saja memindai wanita di depannya dengan intens. Dirinya seperti melihat Lily dalam versi tua. Tapi, apakah Lily memiliki hubungan dengan klien mereka kali ini?Saat asyik memikirkan itu di kepalanya, suara deheman dari wanita itu menyadarkan mereka berdua. “Apa ada masalah dengan penampilan saya? Sepertinya sejak tadi kalian terus saja memperhatikan saya,” ujar Wanita paruh baya itu. Mereka berdua yang mendengar itu jadi salah tingkah. Betapa memalukannya mereka!“Bukan begitu Bu Liana, hanya saja saat

  • LILY   BAB 42

    Suasana di dalam restoran itu sangat ramai berbeda dengan meja yang ditempati oleh Lily dan Bara. Keheningan tercipta diantara keduanya setelah Kiara yang kebetulan sedang berada di sana ikut makan di meja mereka. Sebenarnya Lily tidak keberatan, meskipun di dalam hatinya ia sedikit tidak rela jika waktu berduanya dengan sang kekasih diganggu. Apalagi yang mengganggu adalah Kiara yang merupakan perempuan masa lalu kekasihnya.Tidak ingin dianggap sebagai kekasih yang agresf dan posesif, ia mencoba untuk acuh dengan keberadaan Kiara. Jujur saja ini bukan sifatnya sama sekali. Entahlah semenjak Bara menjadi kekasihnya sifat itu muncul begitu saja. Ia hanya tidak ingin kehilangan Bara. Tidak bisa dibayangkan hidupnya tanpa Bara, pasti hambar.“Maaf, jika aku menganggu kalian,” ujar Kiara dengan wajah menyesal. Baiklah ia keterlaluan! Lily bisa melihat raut wajah Kiara yang tulus. Seperti benar-benar menyesal karena menganggu waktunya dengan sang kekasih. Hati

  • LILY   BAB 41

    Seorang perempuan sedang berlari tergesa-gesa di koridor rumah saki. Terlihat juga seorang laki-laki yang mengikuti perempuan itu dari belakang. Mereka menghiraukan orang-orang yang menatap dengan aneh. Namun, ada juga yang memaklumi karena pasti ada sesuatu yang membuat mereka berlari seperti itu. Mereka berhenti di ruang UGD, di sana terlihat Bi Asih yang duduk di kursi depan ruangan tersebut.“Bi, bagaimana keadaan ibu?” tanya Lily dengan gusar. Keringat membasahi dahi Lily setelah berlari menuju ke UGD. Bi Asih yang menelepon Lily tadi mengabari jika ibunya terpeleset di kamar mandi. Parahnya kepala ibunya terbentur wastafel sampai berdarah. Hal itu yang membuat Lily khawatir dan takut jika terjadi sesuatu terhadap ibunya.“Ibu sudah ditangani oleh dokter dan bibi disuruh menunggu di sini,” balas Bi Asih.Lily menghembuskan napas dengan lega, setidaknya ibunya sudah ditangani oleh pihak medis. Sekarang ia juga ikut duduk di samping Bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status