Share

BAB 7

Hari minggu yang cerah diawali dengan seorang gadis yang masih bergelung diselimut tebalnya meskipun matahari sudah menampakkan sinarnya. Gadis itu tidak merasa terusik dengan silau matahari yang menerpa sebagian wajahnya. Gadis itu masih nyaman bermimpi ditidurnya. Namun, tiba-tiba suara dering telepon mengganggu tidurnya. "Hoam ... aduh siapa sih yang telepon pagi-pagi," gerutu Lily. Lily yang daritadi masih tidur dan bergelung dibawah selimutnya merasa kesal karena tidurnya terganggu. Lily segera mengambil telepon di atas nakas dan mengangkatnya.

"Halo ada apa?," kesal Lily.

"Jangan emosi dong Li, ini sudah jam berapa? kenapa masih belum bangun?," tanya Rachel.

"Ini masih pagi Rachel, lagian hari ini weekend jadi jangan ganggu orang yang lagi ingin tidur dong," jelas Lily.

Rachel yang mendengarkan ocehan sahabatnya itu langsung kesal sendiri, "sahabatku tersayang hari ini kamu engga lupa kan kalau harus pergi ke bandara?" tanya Rachel dengan senyum yang dipaksakan meskipun Lily diseberang sana tidak melihat senyuman Rachel.

"Ha? memangnya untuk apa kita pergi ke bandara?" tanya Lily.

"Huh ... sudah aku duga pasti kamu lupa. Ini akibatnya kalau kebanyakan melamun. Orang kalau lagi bicara itu didengerin dong Li," jelas Rachel.

"Memangnya ada apa sih Chel? jangan bertele-tele dong," kata Lily dengan kesal.

"Aku kemarin kan sudah bilang kalau pagi ini kita pergi ke bandara untuk menjemput Aunty Sera," jelas Rachel.

"Lho Aunty Sera pulang hari ini? kamu gimana sih bisa-bisanya engga bilang ke aku," ucap Lily.

"Heh ... aku kemarin sudah bilang ke kamu ya. Engga perlu pura-pura lupa deh Li," ujar Rachel.

"Aku benar lupa Rachel," jelas Lily.

"Ya udah terserah. Kamu lebih baik sekarang bangun terus mandi. Habis ini aku akan jemput kamu di apartemen," ujar Rachel.

"Oke," balas Lily.

Lily masih diam terpaku di atas tempat tidur setelah mematikan sambungan telepon dari Rachel. Lily mengerjapkan kedua matanya, “astaga bisa-bisanya aku lupa jika hari ini menjemput Aunty Sera di bandara,” gumam Lily. Sepertinya benar kata Rachel terlalu banyak melamun membuat ingatannya memburuk. Gadis itu segera bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Klik ...

Bunyi pintu apartemen yang terbuka menandakan jika ada orang yang masuk ke dalam. Orang itu adalah Rachel. Rachel mengetahui password apartemen Lily jadi bukan perkara yang sulit untuk dia masuk ke dalam apartemen sahabatnya itu. “Hello everybody Rachel cantik sudah datang,” seru Rachel. Rachel yang merasa tidak ada jawaban dari ucapannya itu segera menuju ke kamar pemilik apartemen.

Suara gemericik air langsung mendera pendengarannya. Hal tersebut menunjukkan jika si pemilik apartemen itu sedang berada di dalam kamar mandi. “Huh ... ternyata masih mandi, kalau begini lebih baik aku sarapan dulu di warung Bu Wati,” ujar Rachel. Rachel menggerutu tidak jelas di pinggir tempat tidur Lily. Gadis itu kesal dengan Lily, bisa-bisanya dia masih mandi padahal ini sudah hampir jam 9 pagi.

Pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan Lily ke luar dari sana. Lily terkejut melihat sahabatnya sudah berdiri berkacak pinggang sambil melotot kepadanya. “Bagus ya, ditunggu daritadi malah asyik mandi,” sindir Rachel. Lily tidak menggubris ocehan sahabatnya itu dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian. Rachel yang merasa diacuhkan oleh Lily langsung semakin kesal dan menghentakan kakinya dengan keras.

“LILY!” seru Rachel.

“Aduh, kenapa sih Chel? sakit telinga aku dengar suara cempreng kamu,” ujar Lily.

“Kamu benar-benar menyebalkan,” ucap Rachel sambil mengerucutkan bibirnya.

“Aku daritadi bicara panjang lebar tapi kamu cuek sama aku,” imbuh Rachel.

Lily menghembuskan nafas dengan berat, “iya maaf lagian kamu lihat sendiri kan aku baru selesai mandi dan harus segera bersiap-siap,” balas Lily.

“Ya sudah, aku tunggu kamu di ruang tamu,” ucap Rachel.

“Iya,” balas Lily.

Rachel memicingkan matanya, “Aku tunggu jangan lama-lama,” ucap Rachel.

“Iya iya keluar sana,” ucap Lily sambil mendorong pelan punggung Rachel menuju pintu kamar.

“Cepat jangan lama-lama nanti kita bisa terlambat!” perintah Rachel.

“IYA RACHEL!” seru Lily.

Kedua gadis itu kini sudah berada di dalam mobil menuju ke bandara. Di tengah perjalan mereka harus dihadapkan dengan jalanan yang padat merayap. “Aduh padat banget sih jalannya,” ujar Rachel. Lily yang semula sedang berselancar dengan dunia maya di Hand Phone langsung menatap ke arah depan mobil. Lily setuju dengan ucapan Rachel mengenai jalan yang padat dengan kendaraan yang hilir mudik. “Ini gara-gara ada yang bangun terlambat akibatnya sekarang terjebak macet deh,” sindir Rachel. Lily yang mendengarkan ocehan Rachel hanya merotasikan kedua matanya dan diam tidak membalas ucapan sahabatnya itu.

Di lain tempat yang ramai dan banyak orang berhilir mudik membawa koper maupun ransel terlihat seorang wanita dewasa sedang menunggu kedatangan seseorang. Wanita itu adalah Aunty Sera. Dia sedang menunggu keponakan beserta teman keponkannya yang sudah berjanji untuk menjemput dirinya di bandara. Namun, sudah hampir 1 jam keduanya belum menampakkan batang hidungnya. Saat tadi dirinya menelepon keponakannya mengatakan jika mereka terjebak macet.

“Hah ... sampai kapan aku menunggu di sini. Benar-benar membosankan,” ujar Aunty Sera.

Aunty Sera!” seru Rachel sambil berlari-lari kecil.

Saat jarak Rachel dengan Aunty Sera semakin dekat, gadis itu langsung merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Aunty tersayangnya. Namun, Aunty sera menggoda keponakannya itu dengan menghindar dan berjalan memeluk sahabat keponakannya itu. Lily yang mendapatkan perlakuan secara tiba-tiba itu langsung terkejut dan diam terpaku. Gadis itu bingung dengan keadaan yang terjadi dengan mengerjapkan kedua matanya.

Namun, beberapa detik kemudian dia tersadar dan langsung membalas pelukan Aunty Sera. “Aunty kangen dengan Lily. Bagaimana kabarmu?” tanya Aunty Sera. Lily langsung melepaskan pelukan dan tersenyum manis kepada Aunty Sera. “Lily juga kangen Aunty dan kabar aku baik,” balas Lily. Rachel yang melihat itu langsung menghentakan kakinya dengan kesal.

AUNTY!” seru Rachel.

“Aduh, ada apa sih Rachel?” tanya Aunty sera dengan menahan tawa.

“Jail banget sih Aunty, keponakannya yang cantik ini lagi kangen sama Aunty. Tapi justru dicuekin,” ujar Rachel.

“Aduh sini-sini, mana keponakan Aunty yang cantik ini. Aunty juga kangen sama keponakan Aunty yang cantik dan cerewet ini,” ujar Aunty Sera dengan tertawa pelan.

“Ih ... aku engga cerewet ya Aunty,” kesal Rachel dengan mencebikkan bibirnya.

“Oke baiklah maafkan Aunty,” balas Aunty Sera.

“Ayo kita pergi dari sini, Aunty sudah lelah melewati perjalanan yang panjang dan ditambah menunggu kalian di sini hampir satu jam,” imbuh Aunty Sera.

“Maaf ya Aunty tadi kita terjebak macet,” ringis Lily.

“Tadi ada yang bangunnya kesiangan Aunty,” Sindir Rachel.

Lily yang mendegarkan itu hanya mendengus malas dan berjalan keluar dari bandara. “Yah ... marah anaknya,” ujar Rachel.

“Kamu sih usil, sudah ayo kita pulang,” ucap Aunty sera sambil berjalan memegangi kopernya.

Aunty Sera berada di Jakarta nntuk melihat perkembangan cabang butiknya yang ada di sini. Wanita itu juga berencana untuk membuka cabang baru lagi di Jakarta dan dirinya membutuhkan bantuan Rachel dan Lily untuk mengurus semuanya. Namun, dirinya ragu meminta bantuan Lily menginggat kondisi gadis itu yang kurang baik. Dilihat dari sekilas saja gadis itu sedang sakit apalagi badannya yang tambah kurus dibandingkan waktu di New York dulu.

“Apakah Lily keberatan kalau aku meminta bantuannya?” batin Aunty Sera dengan memandang Lily diam. Kerjaannya sangat padat dan pasti membuat Lily semakin sibuk. Apakah tidak apa-apa bagi kesehatannya?. Mungkin dirinya harus menyiapkan satu asisten untuk Lily begitu juga dengan Rachel supaya mereka tidak terlalu lelah dengan pekerjaannya nanti. Tapi siapa kira-kira yang cocok?.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status