Delisha akhirnya memboyong Oma kembali ke kota sebelumnya. Mereka menempati sebuah rumah yang tak terlalu besar. Delisha tidak akan pernah kembali ke rumah para iblis itu.
Hari pertama sekolah sebagai siswa SMA. Delisha memilih sekolah satu gedung dengan Ayden. Gadis itu hanya berpenampilan sederhana, walau dia tahu banyak laki-laki yang akan suka padanya.
Kata orang, masa SMA adalah masa-masa paling indah saat sekolah, setelah kuliah akan disibukkan dengan banyak tugas bukan hanya masalah percintaan.
Delisha melihat penampilannya di cermin. Tak ada yang spesial, dia juga tidak akan menonjol, hanya saja Delisha setidaknya punya teman agar tak terlalu kesiapan. Dia sudah menyiapkan banyak makanan untuk Cheryl. Sebenarnya sedih tapi mau bagaimana lagi, tuntutan hidup harus seperti ini.
"Pagi sayang." Delisha mencium Cheryl yang bangun baru selesai dimandikan Oma. Dia begitu bersemangat belajar, cepat lulus, kuliah, lulus, kerja dan m
"Kamu udah sarapan belum?" Ayden menarik tas Delisha, saat gadis itu hanya diam dan seperti mayat mau hidup kembali.Delisha langsung berjalan ke kelasnya. Biasanya dia akan bersemangat. semangat belajar, mengucapkan selamat tinggal untuk Cheryl tapi kali ini dia hanya diam. Delisha seperti orang hidup segan mati tak mau."Kamu kenapa sih?" tanya Ayden gondok. Tapi Delisha diam saja. Gadis itu langsung berjalan ke kelasnya saat Arion sudah berdiri di depan pintu dan tersenyum pada Delisha tapi senyumnya memudar saat melihat Ayden. Di sekolah tidak ada yang berani mendekat apalagi menggoda Delisha, Ayden langsung memberi tatapan maut dan semuanya langsung kicep.Biasanya Arion akan menggoda Delisha ketika sedang belajar atau tak ada guru yang masuk.Delisha meletakan tas di atas meja dan duduk. Dia langsung merebahkan kepalanya di atas meja. Masih terngiang di kepalanya jika selalu ada hal yang membuat dirinya menyesal terlahir ke d
Di suatu negara yang rakyatnya hidup dengan biasa saja. Yang kaya semakin kaya yang miskin makin melarat.Hiduplah sepasang kekasih yang saling mencintai dan melengkapi. Mereka adalah pasangan yang membuat semua muda-mudi merasa iri. Yang satu berparas tampan dan sang wanita sangat cantik seperti bidadari, hingga bidadari merasa insecure.Hiduplah Davi sebagai pemeran utama dan Nava si cantik bagai bidadari dan Nura sebagai antagonis.Nava begitu cantik dan semua orang menyukai dirinya. Dia cantik, tapi dia tidak pernah menggunakan semua kekuasaan itu untuk berbuat semena-mena, Nava senang membantu sesama, berteman dengan siapa saja, dia gadis yang cantik, ceria, ramah. Paket komplit yang membuat gadis seumuran dirinya iri. Nura berteman dengan Nava dan itu sebuah anugerah, jika para laki-laki tidak dilirik Nava maka mereka bisa mendekati dirinya, atau dirinya jadi batu loncatan sebelum para lelaki mendekati Nava y
"Happy birthday to you.""Happy birthday to you.""Happy birthday, happy birthday dear Mami."Dia tersenyum tapi tak ingin membuka matanya. Tapi saat selimut itu dibuka dia terseyum dan bangun. Delisha mencium Cheryl terlebih dahulu sebelum menutup matanya dan meniup lilin membuat permohonan yang dia sendiri tahu."Terima kasih semuanya. Akhirnya legal." ujar Delisha. Dia senang, akhirnya usianya legal.Gadis itu memeluk Oma yang selalu support, selalu ada untuknya walau banyak rintangan datang tapi Oma selalu terdepan untuk Delisha."Terima kasih." Delisha memeluk Ayden yang memegang kue kecil di atasnya ada lilin. Selain Oma, laki-laki ini yang membuat dirinya bisa tegar hingga kini. Ayden adalah support system terbaik yang Delisha miliki. Mereka saling support hingga tak terasa jika sekarang usia Cheryl 3 tahun. Cheryl makin pintar dan cantik seperti Delisha."Happy birthday, Mami." Delisha tersen
"Ayo, bangun. Katanya mau sekolah." Delisha menggelitik perut buncit Cheryl dengan memakai baju tidur anak berwarna abu-abu rambut sudah panjang kembali. Rambut Cheryl cepat sekali panjang membuat dia risih, tapi Delisha rajin menyisir dan memberi pita warna-warni di kedua sisi kiri dan kanan membuat Cheryl suka dengan rambut baru miliknya."Bangun dong." Delisha menggilitik lagi perut Cheryl saat bocah itu makin memeluk boneka beruang busuk miliknya. Semalam Cheryl bilang mau ikut Maminya ke sekolah, Delisha mengiyakan, dia hanya mengantar tugas dan tanda tangan absen di kampus jadi Cheryl tidak akan menganggu. Kuliah jam 10. Sekarang jam setengah sembilan, harus secepatnya karena untuk mengurus Cheryl sendiri butuh waktu lama."Ya udah deh, Mami pergi sekolah sendiri." Delisha turun dari ranjang saat Cheryl tersenyum dan bangun. Delisha mana tahan, dia langsung memeluk putrinya dan mencium dalam."Busuk. Sarapan
Delisha mulai merasa jika hubungannya bersama Ayden mulai toxic. Hal ini tak baik buat dirinya, dan juga tak mau berdampak buruk bagi perkembangan putrinya. Delisha tak mau dia bertengkar terus bersama Ayden dan dia lampiaskan ke Cheryl. Dia tak mau jadi ibu yang temperamen.Mereka bisa bertengkar, setelah itu baikan lagi dan berulang kali hal itu terulang, Delisha sudah memikirkan hal ini berkali-kali, takut menyesal, banyak hal dia pikirkan. Tapi ada saat di mana dia memutuskan hal paling bodoh dalam hidupnya, berpisah dari Ayden. Kedengarannya konyol, tapi Delisha rasa ini yang terbaik. Dia ingin fokus ke pertumbuhan Cheryl yang semakin besar dan fokus pada kuliahnya yang semakin hectic. Biarkan mereka mengurus hidup masing-masing dari sekarang."Aku memang egois, tapi aku mau kita udahan!" Ayden hanya menatap gadis bodoh ini tak percaya. Dari dulu dia selalu bersikap ceroboh yang merugikan dirinya sendiri. Selain hubungan toxic, Delisha semakin muak den
"Mami!" Delisha hanya diam, saat Cheryl naik ke pangkuannya dan menjambak-jambak rambut ibunya, memainkan bibir Delisha yang hanya duduk seperti patung dan tidak bersemangat melakukan sesuatu.Orang-orang di sekitarnya selalu membuat dirinya terpuruk, seolah dia tak boleh berbahagia sedikit saja. Alam bersekongkol dan langsung merebut kebahagiaan yang baru saja dia rasakan."Mami!" Delisha mengalihkan pandangannya dan menunggu Cheryl akan berbicara apa. Tuntutan orang-orang di sekitarnya membuat dia stress sendiri. Ayden menyuruh agar jangan peduli dengan kata-kata orang, kelakukan orang-orang di sekitarnya menuntut agar Delisha mengambil tindakan bukan seperti patung yang Ayden instruksikan."Apa, Nak?" Cheryl sekarang menggelayut di leher Delisha seperti anak monyet."Mami!" Delisha menunduk melihat sepasang mata polos hitam itu. Dia sayang sekali terhadap anaknya dan akan melakukan
Delisha masih malas, sangat malas untuk melihat Ayden. Tapi laki-laki itu seperti tak punya urat malu. Dilarang seperti apapun tidak berpengaruh apa-apa.Delisha juga tak tega saat melihat Cheryl begitu ceria menyambut Ayden dan keduanya bermain-main, Ayden melempar Cheryl ke udara dan bocah cantik itu tertawa ingin dilakukan terus.Gadis itu hanya berdiri dengan gaya tangan di depan dada. Dan memperhatikan interaksi ayah dan anak tersebut.Ayden berbalik dan tersenyum padanya. Hari ini cuaca begitu cerah, seperti mood Cheryl yang selalu ceria. Bocah yang tidak tahu bagaimana hati gundah gulana."Mami Cheryl, cantik." Delisha berbalik dan menatap Ayden. Banyak yang bilang dirinya cantik, dia merasa biasa saja. Tapi saat Ayden memuji dirinya cantik, sangat berefek Delisha merasa jadi wanita cantik sekarang."Tuh lihat, di atas ada burung." Cheryl dan Delisha sa
Kehidupan orang tua sangat indentik dengan penyakit. Sebut saja, diabetes, rematik, stroke, hipertensi, penyakit jantung, osteoporosis, obesitas."Mami." Delisha menunduk melihat anaknya yang sedang menenangkan dirinya. Delisha sedang menemani Oma cuci darah, gadis itu baru tahu jika selama ini Oma cuci darah setiap saat. Tapi Oma tak mau menunjukkan pada Delisha tentang penyakitnya."Oma." Delisha mengangguk dan mencium Cheryl. Dia mengendong Cheryl yang berada di pangkuannya.Oma tak bisa lagi rawat jalan, tapi diharuskan rawat inap jadinya Delisha memboyong Cheryl ke rumah sakit."Buka, Mami." Delisha mengambil jajanan itu menyobeknya dan memberi pada Cheryl agar dia tenang. Sebenarnya Delisha sedang menunggu Ayden datang ke rumah sakit, tapi laki-laki itu belum membalas pesannya. Delisha ingin Ayden ada di sini, dan menemani dirinya yang sedang bersedih karena kesehatan Oma menuru