"Mami!" Delisha hanya diam, saat Cheryl naik ke pangkuannya dan menjambak-jambak rambut ibunya, memainkan bibir Delisha yang hanya duduk seperti patung dan tidak bersemangat melakukan sesuatu.
Orang-orang di sekitarnya selalu membuat dirinya terpuruk, seolah dia tak boleh berbahagia sedikit saja. Alam bersekongkol dan langsung merebut kebahagiaan yang baru saja dia rasakan.
"Mami!" Delisha mengalihkan pandangannya dan menunggu Cheryl akan berbicara apa. Tuntutan orang-orang di sekitarnya membuat dia stress sendiri. Ayden menyuruh agar jangan peduli dengan kata-kata orang, kelakukan orang-orang di sekitarnya menuntut agar Delisha mengambil tindakan bukan seperti patung yang Ayden instruksikan.
"Apa, Nak?" Cheryl sekarang menggelayut di leher Delisha seperti anak monyet.
"Mami!" Delisha menunduk melihat sepasang mata polos hitam itu. Dia sayang sekali terhadap anaknya dan akan melakukan
Delisha masih malas, sangat malas untuk melihat Ayden. Tapi laki-laki itu seperti tak punya urat malu. Dilarang seperti apapun tidak berpengaruh apa-apa.Delisha juga tak tega saat melihat Cheryl begitu ceria menyambut Ayden dan keduanya bermain-main, Ayden melempar Cheryl ke udara dan bocah cantik itu tertawa ingin dilakukan terus.Gadis itu hanya berdiri dengan gaya tangan di depan dada. Dan memperhatikan interaksi ayah dan anak tersebut.Ayden berbalik dan tersenyum padanya. Hari ini cuaca begitu cerah, seperti mood Cheryl yang selalu ceria. Bocah yang tidak tahu bagaimana hati gundah gulana."Mami Cheryl, cantik." Delisha berbalik dan menatap Ayden. Banyak yang bilang dirinya cantik, dia merasa biasa saja. Tapi saat Ayden memuji dirinya cantik, sangat berefek Delisha merasa jadi wanita cantik sekarang."Tuh lihat, di atas ada burung." Cheryl dan Delisha sa
Kehidupan orang tua sangat indentik dengan penyakit. Sebut saja, diabetes, rematik, stroke, hipertensi, penyakit jantung, osteoporosis, obesitas."Mami." Delisha menunduk melihat anaknya yang sedang menenangkan dirinya. Delisha sedang menemani Oma cuci darah, gadis itu baru tahu jika selama ini Oma cuci darah setiap saat. Tapi Oma tak mau menunjukkan pada Delisha tentang penyakitnya."Oma." Delisha mengangguk dan mencium Cheryl. Dia mengendong Cheryl yang berada di pangkuannya.Oma tak bisa lagi rawat jalan, tapi diharuskan rawat inap jadinya Delisha memboyong Cheryl ke rumah sakit."Buka, Mami." Delisha mengambil jajanan itu menyobeknya dan memberi pada Cheryl agar dia tenang. Sebenarnya Delisha sedang menunggu Ayden datang ke rumah sakit, tapi laki-laki itu belum membalas pesannya. Delisha ingin Ayden ada di sini, dan menemani dirinya yang sedang bersedih karena kesehatan Oma menuru
Demi mengibur hatinya yang gundah gulana, Delisha ingin memanjakan diri. Bosan juga di rumah sakit, kesembuhan Oma berjalan di tempat.Tak ingin memikirkan Ayden, tapi laki-laki itu benar menghilang. Delisha mencoba untuk menghilangkan semua perasaan buruk, nyatanya tak bisa.Hari ini, Delisha ingin mengunting rambutnya dan juga rambut Cheryl. Mereka akan memangkas rambut dengan model yang sama. Dengan tas sandang putih, Delisha keluar dari rumah sakit bersama Cheryl. Cheryl adalah alasan di balik semua alasan dia bertahan dengan semua hal yang menimpa hidupnya.Delisha masuk ke dalam elevator dan memegang tangan Cheryl. Merasa Dejavu, saat di mencoba menelpon Ayden dan berakhir ponsel laki-laki itu tak aktif hingga sekarang. Cheryl menarik napas panjang dan melihat wajah cantik Cheryl. Melihat wajah Cheryl seperti ada obat sendiri buatnya.Jika memang seluruh dunia tak suka padanya, Delish
"Kau bodoh, tolol atau tak punya otak?" maki Ayden sambil memukul setir. Emosinya memuncak, setelah kepalanya bocor dan kemarahan Delisha yang memuncak, laki-laki itu mengumpulkan puing-puing informasi apa yang terjadi sebenarnya. Sungguh, dia tidak melakukan hal yang macam-macam.Tapi Delisha menuduh dirinya seperti penjahat kelamin. Tidak pernah terlintas di pikirannya untuk menyeleweng sungguh. Ayden mencintai perempuan bodoh itu. Bahkan dia sudah merancang masa depan yang akan dia bangun bersama Delisha dan Cheryl, bersama adik-adik Cheryl yang cantik seperti Delisha.Setelah memungut ponsel itu, Ayden tahu apa yang terjadi. Maura mencari gara-gara dan ingin memperpendek usianya. Ayden tak suka mengurus hidup orang, tapi jika kamu mengusik hidupnya, maka kamu akan menerima lebih dari itu.Sebelum meledak, laki-laki itu pergi ke klinik dan mengobati kepalanya yang bocor. Jika tidak Ayden yang mati kehabisan darah. Masih dengan kepala p
Manusia bisa berencana, tapi takdir yang menentukan.Ayden pikir, setelah dia membereskan kekacauan yang Maura buat, dia bisa bersatu bersama Delisha. Apa yang dia pikir akan semulus pantat bayi, nyatanya semua terasa runyam. Hidup ini seperti sungai, saat air mengalir ada saja tai yang lewat. Mungkin itu gambaran hidup Ayden.Delisha salah paham. Gadis bodoh dengan segala asumsi bodoh yang dia punya. Sudah bodoh, keras kepala. Delisha yang merusak segalanya dan membuat dirinya seolah-olah korban yang paling tersakiti."Dan kamu pikir aku peduli dengan semua yang kamu lakukan? Tidak! Semua kepercayaan aku hilang! Kamu menghilang di saat aku butuh, Oma sakit, dan sampai meninggal, sedikitpun kamu tak pernah ada di sana. Aku bersabar, dan memberi kamu waktu berkali-kali, tapi kamu tidak pernah tahu itu dan selalu seenaknya.""Oma?""Ya! Oma meninggal!" Delisha berteriak s
"Masuk aja ke dalam. Mami tunggu di luar." pesan Delisha pada Cheryl yang mengangguk. Bocah cantik itu begitu bersemangat, memakai seragam baru, sepatu baru, tas baru, beli aksesoris baru, tempat bekal baru, buku baru.Bahkan Cheryl sudah bangun subuh hari agar pergi ke sekolah karena tidak sabar memakai semua perlengkapan sekolah yang baru.Yang bikin Delisha geleng-geleng dan senyum, adalah Cheryl tidur malam sambil memeluk barang-barang baru tersebut. Antusiasnya luar biasa, itu yang membuat Delisha sibuk dan tak ada waktu untuk memikirkan hal-hal sial lainnya.Seperti biasa, banyak orang tua yang menunggu anak mereka di luar bersama pasangan masing-masing. Delisha hanya menunduk melihat dirinya, tubuhnya yang kecil membuat dirinya masih seperti anak remaja walau sudah punya anak.Dia duduk di halte dan menunggu Cheryl pulang sekolah, kebetulan Delisha ada jam kuliah siang, jadi dia punya
Delisha tidak membenci Cheryl, tapi jiwanya terkuras habis membuatnya seperti mengabaikan Cheryl, padahal dia selalu memperhatikan putrinya.Delisha duduk dari kejauhan, dan melihat Cheryl yang sedang menggambar, Cheryl paling semangat sekolah dan mengerjakan PR, diam-diam Delisha bangga jadi seorang ibu."Ayam-ayam punya ekor. Eh maksudnya, ayam-ayam punya sayap." Cheryl berbicara sendiri dan meralat perkataannya sendiri.Cheryl membongkar tas miliknya dan mengeluarkan pewarna dan mulai memberi warna sesuai dengan imajinasinya.Delisha langsung berangkat membuatkan susu untuk Cheryl. Dia mengaduk susu begitu lama, sambil memikirkan Ayden yang menguras emosinya begitu dalam.Delisha menggeleng, dan membawa susu itu di hadapan Cheryl dan mulai belajar bersama Cheryl.Ayden sudah lulus kuliah. Baiklah! Delisha tak ingin memikirkan laki-laki itu, walau pikirannya tetap ke sana meski raganya berada dalam ruang
Delisha tahu, Cheryl menganggap dirinya ibunya yang kejam. Dia tidak bisa mencegah saat Cheryl tumbuh menjadi anak tidak mendapatkan kasih sayang orang tua.Hubungan mereka dingin, bahkan tidak bertegur sapa. Cheryl sudah besar, sudah kuliah, walau Delisha terus memperhatikan putrinya dari jauh. Saat melihat Cheryl dia selalu merasa bangga, menjadi seorang ibu. Dia tidak pernah membenci Cheryl.Delisha pusing dengan toxic relationship yang dia jalani bersama Ayden, terus bertengkar, berbaikan lagi, dan circle itu kembali. Delisha sudah dewasa, mandiri, punya karir bagus tentunya dia tidak butuh Ayden jika terus-terusan terjebak dengan toxic relationship.Bertahun-tahun juga Delisha tak pernah membuka hatinya untuk laki-laki lain, rasa itu hanya tersimpan untuk Ayden, dan juga Delisha malas untuk drama. Dia sudah tahu bagaimana capeknya menjalani hubungan relationship. Ayden sering menemui dirinya berbicara baik-baik dan ingin bertemu Cheryl tap